Mencermati Insiden Penjualan Tiket The International 2019

1932
Mencermati Kasus Penjualan Tiket The International 2019
Credit: Dota 2 Blog

Siapa yang tidak mengenal sang pionir turnamen esports yang berhadiah fantastis, The International (TI) besutan Valve ini? Dimulai di Cologne, Jerman pada tahun 2011, TI seri pertama saja sudah berhasil memenangkan perhatian dari banyak kalangan dengan hadiah utama 1 juta dolarnya.

Kesuksesan TI dalam mengadakan ajang kompetitif Dota 2 tingkat dunia, serta melahirkan bintang-bintang baru yang semakin mewarnai dunia esports ini patut diacungkan jempol.

Namun, siapa yang menyangka ketika TI memasuki usianya yang ke-9 di Shanghai, satu per satu permasalahan pun mulai bermunculan.

Nah, pada tulisan kali ini kita akan membahas insiden dalam pelaksanaan turnamen masyhur Dota 2 yang terbilang “gagal” untuk memberikan pelayanan ticketing yang baik kepada para fans setia mereka.

Penasaran dengan kegagalan tersebut? Mari kita cermati seluk-beluknya.

Calo tiket ilegal

Calo tiket ilegal The International 9
Calo tiket. Credit: Shanghai Morning Post

Dalam pelaksanaan The International di Shanghai Mercedes-Benz Arena, banyak penonton yang mengaku bahwa mereka harus membeli tiket dari calo ilegal dengan harga yang sangat mahal.

Belum lagi ada sebuah platform penjualan tiket asal Tiongkok, Damai, yang ternyata juga melakukan unsur penipuan. Penonton yang membeli tiket duduk di kursi depan, pada hari pertandingan malah mendapat posisi kursi yang jauh di belakang.

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang diadakan di Jerman, Amerika, dan Kanada; tahun 2019 ini merupakan pertama kalinya dalam sejarah muncul isu penjualan tiket yang didalangi oleh para calo oportunis.

Dalam sebuah pemberitaan media dari The Shanghai Post, Platform Damai ternyata dicurigai untuk bersekongkol dengan sebuah sindikat calo.

Tiket berbahan kertas

badge The International Dota 2
Badge peserta The International tahun sebelumnya. Credit: Valve

Di turnamen TI sebelumnya, para penonton akan menerima badge yang terbuat dari plastik sebagai penanda untuk keluar masuk pertandingan. Di tahun 2019 kemarin, para penonton hanya diberikan sebuah tiket yang terbuat dari kertas sebagai izin masuk.

Alhasil, para calo semakin mudah memalsukan tiket dan menyelundupkannya dalam jumlah banyak mengingat tiket tersebut hanyalah lembaran kertas tipis. Di sisi lain, penanda pengunjung berupa badge tentu akan memberi nilai sentimental tambahan bagi para penontonnya untuk tetap menyimpannya seusai pertandingan.

Tempat duduk yang ditukar

Tempat duduk yang ditukar
Harga tiket yang dijual ulang berdasarkan posisi duduk. Credit: Mo Tianlun

Bila bandingkan dengan The International tahun-tahun sebelumnya, ketika membeli tiket, penonton tidak akan diberitahu lokasi persis kursinya. Informasi tersebut akan diberitahu pada saat hari pertandingan. Hal ini agar mereka yang mendapat posisi duduk di bagian depan tidak akan sempat menjual kembali tiket tersebut dengan harga yang lebih mahal.

Sedangkan pada The International yang ke-9 ini, sejak awal pembelian, penonton langsung diberitahukan posisi kursi secara detil. Oleh sebab itu, banyak calo yang menjual tiket berposisikan strategis  tersebut dengan harga yang sangat tinggi.

Sistem penjualan tiket yang belum memadai

Shanghai Mercedes-Benz Arena
Credit: Valve

Meskipun Valve sudah mengantisipasi kejadian ini dan berusaha mencegahnya dengan membuat peraturan baru pada bulan Mei. Setiap orang yang memiliki Battle Pass atau Dota Plus subscription yang masih aktif akan diberikan kode Early Access agar bisa membeli tiket satu jam lebih awal dari penonton lainnya.

Tetapi sistem seperti ini masih tidak memadai juga, banyak ahli teknologi informasi yang mengkritik kelemahan dari sistem ini, dimana pihak luar bisa menyusupkan suatu baris kode untuk melakukan kecurangan. Opini tersebut ternyata sukses merealisasikan dirinya.

Pada hari penjualan tiket, para calo ternyata bisa memesan tiket lebih awal lagi daripada mereka yang memiliki kode Early Access.

Menurut sumber yang berhubungan langsung dengan The Esports Observer, Damai adalah pihak yang menjual tiket pertandingan TI secara eksklusif yang ditentukan oleh pihak penyedia tempat, yaitu Mercedes-Benz Arena; dan pihak penyelenggara, Perfect World maupun Valve, tidak memiliki pilihan lain untuk memilih siapa yang bisa menjadi distributor tiket.

Tragedi di balik layar

Damai.cn

Menurut narasumber rahasia The Esports Observer yang dekat dengan tim dalam organizer turnamen di hari itu, ia mengatakan, “Setiap tim hanya diberikan 20 tiket VIP, dan di dalamnya sudah termasuk personel pembantu tim, perwakilan dari sponsor, dan keluarga dari pemain tersebut.”

Ada juga tim yang sempat bercanda bagaimana tiket VIP ini bernilai sangat tinggi di pasar gelap. Sesungguhnya, tiket VIP ini tidak diperjualbelikan untuk publik, namun bila dibeli dari calo gelap, tiket VIP babak final TI9 bisa dibanderol seharga 15 ribu yuan atau setara debgab 29,9 juta rupiah.

Melihat harga tiket yang membengkak seperti ini, para calo malah tidak merasa bersalah dan sebaliknya justru menyalahkan orang-orang yang terlalu miskin dan telat order. Mengingat bahwa kebanyakan para penonton itu berusia lumayan muda dan tidak punya penghasilan besar, ada calo yang berkomentar kalau kehadiran calo ini sebenarnya membantu orang-orang miskin untuk menjual kembali tiket dengan harga yang lebih tinggi.

Melihat harga tiket yang tiba-tiba naik secara drastis, bukan hanya calo profesional saja yang menyebabkan masalah, para fans pun harus berpikir ulang apakah tiket menonton pertandingan itu bisa dijual kembali dengan harga tinggi? Alhasil, mereka pun turut meramaikan kehadiran para calo.

Pada hari pertandingan, banyak sekali laporan yang muncul dari media sosial, mulai dari penonton yang ditipu calo karena membeli tiket palsu, para calo yang ditangkap polisi, hingga foto dalam gedung pertandingan yang menunjukkan banyaknya kursi kosong. Foto ini tentu menyebabkan amarah publik.

Pelajaran penting bagi turnamen lain

Audiens TI9
Credit: Valve

Kejadian seperti ini tidak hanya membuat marah para fans dan menurunkan pamor The International pada tahun ini saja, tetapi juga berdampak pada kepercayaan publik terhadap pihak-pihak penyelenggara turnamen esports.

Melihat kejadian ini, TJ Sports langsung membuat peraturan baru dalam tata cara penjualan tiket League of Legends Pro League (LPL) untuk menghindari insiden seperti ini terulang kembali. TJ Sports ini adalah Joint Venture dari Tencent dan Riot Games.

The International 2019
via Liquipedia

Pada saat pembelian tiket turnamen LPL ini, penonton harus mendaftarkan nomor induk KTP mereka. Kemudian pada saat pertandingan nanti, mereka harus membawa KTP yang sudah didaftarkan dalam tiket.

Sedangkan untuk turis luar negeri yang tidak mempunyai KTP lokal, maka mereka harus membawa paspor identitas yang terdaftar saat pembelian tiket.


(Artikel ini pertama kali dipublikasikan dalam bahasa Inggris. Isi di dalamnya telah dimodifikasi oleh penulis sesuai dengan standar editorial Esportsnesia; Disunting oleh Satya Kevino; Sumber: The Esports Observer)

banner iklan esportsnesia