Mobile Legends: Game Esports Paling Dinamis di Indonesia

2242
Mobile Legends: Judul Esports Paling Dinamis di Indonesia

Pada tanggal 27 Oktober 2019, perjuangan EVOS Esports untuk menjadi juara dalam ajang Mobile Legends: Bang Bang Professional League Indonesia Season 4 (MPL ID S4) telah membuahkan hasil. Proses jatuh bangunnya pun disaksikan langsung oleh ratusan ribu pengunjung.

Sepanjang sejarah MPL Indonesia dari Season 1, belum pernah ada tim yang berhasil mempertahankan gelar jawaranya. Mari kita lihat sejarahnya.

Rekam jejak para jawara MPL Indonesia

Season 1, gelar juara MPL ID dipegang oleh NXL setelah mengalahkan EVOS Esports di final. Kala itu, NXL tidak dijagokan sama sekali karena ada Bigetron, EVOS, dan RRQ yang bertengger di puncak klasemen Regular Season-nya.

Season 2, giliran RRQ yang mencundangi EVOS di penghujung kompetisi yang digelar di JX International, Surabaya. Meski sampai di partai final, EVOS di musim ini tidak termasuk favorit juara karena ada Aerowolf yang berisikan semua mantan pemain NXL, ONIC yang menjuarai Regular Season, dan RRQ yang memang lengkap dengan pemain hebat di setiap lini.

RRQ MPL ID Season 4

Season 3, ONIC Esports mendominasi jalannya MPL Indonesia sepanjang musim ini. ONIC dan Louvre adalah sang jagoan dunia persilatan MLBB di musim ini. Kedua tim ini selalu masuk final di 3 turnamen besar MLBB, bahkan tingkat Asia Tenggara sekalipun (MSC 2019). RRQ dan EVOS yang di musim sebelumnya bertanding di partai final justru sama-sama kalah di hari pertama babak Playoffs MPL ID S3.

Season 4, ONIC yang tak terkalahkan di musim sebelumnya kini harus menghadapi banyak kekalahan. Aerowolf, yang telah memboyong semua pemain Louvre juga harus bertengger di papan bawah klasemen akhir Regular Season dan gagal masuk ke Playoffs. Sementara itu, EVOS dan RRQ kembali menjadi kandidat juara layaknya Season 1. Pertandingan finalnya pun juga mengulang partai final MPL ID S2 namun dengan hasil yang berbanding terbalik.

Alter Ego juga tiba-tiba mencuat namanya sebagai tim kuda hitam di musim ini. Tidak sedikit orang yang jadi menjagokan tim ini. Padahal tim ini hanya berisikan 1 pemain yang namanya sudah santer terdengar sejak Season 1, Imanuel “Rmitchi” Santoso.

Jika berbicara mengenai pemain, hanya ada segelintir pemain yang masih eksis dan gemilang sepanjang sejarah MPL ID dari Season 1 seperti Eko “Oura” Julianto dan Muhammad “Lemon” Ikhsan. Eko bahkan sudah muncul namanya di MSC 2017 saat membela Saints Indo.

Mobile Legends Professional League Indonesia (MPL ID)

Daylen dan Saints Indo, mungkin itulah 2 nama yang jadi ikon MLBB di 2017. Namun, 2 tahun berselang, kedua nama tadi sudah tak terdengar lagi di tingkat kompetitif.

Perkembangan esports Indonesia

Fenomena di atas menunjukkan bagaimana lanskap esports Mobile Legends di Indonesia tidak hanya didominasi oleh tim-tim tertentu. Hal ini cukup berbeda bila dibandingkan dengan judul esports lainnya di Indonesia.

Untuk judul Dota 2, BOOM Esports adalah tim yang mendominasi selama 2 tahun terakhir ini. Untuk CS:GO, NXL bahkan sempat tak terkalahkan di turnamen berskala nasional selama 5 tahun berturut-turut.

Untuk Arena of Valor, EVOS Esports selalu langganan menjadi juara. Demikian juga dengan salah satu mobile esports bergenre battle royale yang didominasi oleh Bigetron Esports.

Apa yang membuat Mobile Legends berbeda?

Frans “Volva” Riyando, shoutcaster langganan sejak MPL ID Season 1 hingga Season 4, memberikan komentarnya. Menurut Volva, dinamisnya esports MLBB terjadi karena banyaknya jumlah pemain dan aktifnya komunitas game ini.

Shoutcaster MPL ID S4

“Kalau saya bilang, game ini adalah game yang pro rakyat. Bukan cuma memperkuat dan memperbanyak event besar di ibu kota, dari awal Moonton juga menghidupkan komunitas-komunitas kecil di berbagai daerah. Bahkan komunitas-komunitas ini sekarang juga bisa berjalan sendiri tanpa bantuan.”

Jika dibandingkan game-game lainnya, menurut Volva, game-game tadi juga mengalami penurunan jumlah player yang mengejar ke tingkat kompetitif. Karena itu, aliran suplai pemain baru pun jadi tersendat.

“Ditambah lagi, perubahan MPL yang jadi sistem franchise juga memaksa tim-tim profesional yang berlaga jadi lebih berani dan aktif mencari pemain berbakat karena pertaruhannya jadi lebih besar,” ujar Volva.

Veronica “Velajave” Fortuna, seorang lady shoutcaster MPL ID S4, juga memberikan pendapatnya. Menurutnya, dinamika esports Mobile Legends terjadi karena META-nya yang berubah begitu cepat.

“META MLBB cepat banget berubahnya, menurutku. Kalau pemain tidak mampu mengikuti perkembangan tersebut, mereka bisa stuck di titik yang sama. Misalnya, ONIC. Permainan mereka dari awal Season memang sudah terbaca oleh lawan-lawannya dan mereka tidak berhasil menciptakan teknik ataupun strategi baru.

MPL ID

Sedangkan Alter Ego, mereka menciptakan combo baru dengan Xborg, Kimmy, ataupun Badang. Alter Ego lebih berani ambil resiko.”

Ditambah lagi, Vela juga memberikan pendapat yang mendukung komentar Volva tadi. “Ada juga yang memang skill-nya kebalap sama para pemain baru. Wann, misalnya. Anak baru, out of nowhere, yang bawa gameplay baru yang membuat banyak lawannya kebingungan.”

Vincent “Oddie” Indra, shoutcaster untuk beberapa judul esports di Indonesia, memiliki perspektif yang berbeda. Menurutnya, dinamisnya pergerakan dunia persilatan MLBB diakibatkan pada sejarah para pemainnya.

“Sebagian besar pemain MLBB memang mengawali karir mereka di tingkat profesional dari MLBB dan juga belum lama. Hal ini sangat berbeda dengan para pemain Dota 2 dari BOOM yang sudah bermain 7-8 tahun.

Jam terbang itu membuat para pemainnya jadi lebih mudah adaptasi. Di game MOBA mobile satunya, banyak pemain sana yang sebelumnya bermain di game MOBA PC yang membuat mereka jadi cepat belajar dan beradaptasi. Hal ini terlihat dari R7 (RRQ) dan Phoenix (Aura) namun sedikit sekali pemain seperti itu di MLBB.”

Mochammad Ryan “KB” Batistuta, yang setia menemani Volva sebagai shoutcaster dari MPL ID S1, menjelaskan lebih detail dari beberapa kasus.

“ONIC itu hampir sama kayak RRQ dulu waktu Season 1. Memang kuat tapi pergerakan mereka sekarang sudah dianalisis dan dibaca. Semua tim tentu saja mencoba mencari celah dan memelajari kelemahan tim-tim yang dianggap kuat.

Kemenangan Gemilang ONIC Esports pada Mobile Legends: Bang Bang Professional League Indonesia Season 3

Semakin tinggi dan semakin sering sebuah tim dapat spotlight, semakin banyak dan sering juga kita diperhatikan.”

Ryan pun menjelaskan. “Kebalikannya adalah Alter Ego. Tim ini sebelumnya memang jarang jadi pusat perhatian padahal perkembangan mereka pesat banget. Semakin sedikit orang yang tahu Alter Ego, semakin bagus juga peluang mereka,” lanjutnya.

Selain dari sisi pemain, Ryan juga menambahkan soal pengaruh META/patch di dalam game yang sangat berpengaruh terhadap perubahan peta persaingan esports MLBB. “Contoh ya? Misalnya Valir deh. Di Week 8 (Regular Season), Valir itu kuat banget yang membuatnya jadi pilihan pertama setiap kali pertandingan.

Namun di Playoffs, Valir tidak lagi prioritas – kecuali tidak ada Harith atau Esmeralda — karena perubahan patch. Perubahan ini terjadi hanya dalam kurun waktu 2 minggu,” cerita KB.

Volva, Vela, dan Oddie juga setuju bahwa perubahan META yang cepat ini membuat lanskap kompetitif Mobile Legends semakin dinamis. “META-nya memang akan terus bergerak selama hero baru juga bertambah,” tegas Volva.

Sedangkan Oddie dan Vela memberikan pendapat yang senada. Hero baru di MLBB biasanya akan lebih difavoritkan dan lebih kuat dibandingkan hero lama. Hal ini wajar karena memang hero baru belum diujikan sebanyak hero lama di ajang kompetitif sehingga masih butuh penyesuaian.

Sebaliknya, hero lama jadi kurang menarik jika tidak di-rework karena sudah terkuak segala macam strateginya.

Apakah hal ini berdampak positif atau negatif?

Dylan Chia, marketing director MPL Indonesia, mengatakan, “saat ini, kami tidak melihat dampak negatifnya. Semangat kompetitif yang tinggi itu selalu baik bagi para atlet, layaknya motto dari Olimpiade, ‘Higher, Faster, Stronger.’

Mobile Legends Professional League Indonesia (MPL ID)

Jika kita ingin sukses, kita harus berlatih keras, membangun diri, menjaga disiplin, dan mampu bekerja sama.” Di satu sisi, persaingan kompetitif antar pemain dan tim yang begitu dinamis ini memang menjadi satu alasan besar mengapa MLBB bisa menjadi esports paling populer di Indonesia.

Analoginya sama seperti saat kita menonton film, kita masih bisa merasakan ketegangan saat menonton karena tidak ada spoiler ataupun yang membocorkan ending ceritanya.

“Perkembangan esports MLBB yg begitu cepat membuat setiap turnamen dan setiap pertandingan jadi tidak monoton,” seru Volva. Ryan juga menambahkan bahwa tingginya tingkat kompetisi MLBB di Indonesia membuat kita menjadi kiblat esports untuk negara-negara lainnya. Salah satu contohnya adalah gamer Rusia yang mengidolakan ONIC dan turut mengikuti perkembangan MPL ID.

Selain itu, menurut Velajave, dinamisnya MLBB juga akan memaksa para pemainnya untuk berkembang cepat. “Jadi, terpaksa berkembang itu positif juga. Tapi… ada ‘tapi’nya ini. Buat mereka yang bermental kurang, hal ini akan membuat mereka cepat putus asa. Ini juga tidak bagus buat mereka-mereka yang sudah mengorbankan segalanya namun harus tersingkir cepat…,” tutup Velajave penuh pertimbangan.

Apa yang disampaikan Veronica tadi memang masuk akal karena tidak semua pemain yang cukup beruntung bisa seperti Jess No Limit ataupun Jonathan “Emperor” Liandi yang bisa terus berkarir meski sudah melepas predikat sebagai pro player.

Lantas, apakah ada solusinya? Solusinya mungkin harus dikerjakan bersama-sama oleh semua pihak di ekosistem esports Indonesia.

Permasalahan ini terjadi di semua segmen esports. Tantangan besar ini membutuhkan banyak sinergi dari berbagai pihak. Kebutuhan untuk terus sekolah (atau kuliah) harus ditanamkan ataupun bahkan diwajibkan untuk semua pro player, misalnya, bisa menjadi salah satu solusi yang bisa digarap bersama.

banner iklan esportsnesia