Apa yang Anda, para pembaca setia Esportsnesia sekalian, pertama kali pikirkan mana kala mendengar kata, “Zuma“? Apakah yang pertama kali keluar di kepala adalah permainan pencocokan bola? Atau mungkin kodok batu yang biasa disebut “kodok zuma“? Bisa jadi juga permainan karyawan yang “gabut”.
Apapun yang terlintas kali pertama pastinya hampir semua orang yang bersentuhan dengan PC atau laptop pernah memainkan game Zuma. Khususnya di negara kita ini, Indonesia, game ini begitu populer di kalangan pegawai kelurahan hingga muncul anekdot bahwa: Jika tidak ada pekerjaan maka, petugas kelurahan akan bermain Zuma.
Sebenarnya anekdot tersebut juga meminjam anekdot dari Amerika Serikat. Katanya, kalau pegawai pemerintahan Amerika Serikat sedang lowong tidak banyak tugas, niscaya mereka hanya akan bermain Galaga.
Anekdot ini kemudian muncul terselip dalam sebuah adegan di film The Avengers tahun 2012 tatkala Sang Iron Man, Tony Stark, mengatakan, “Orang itu bermain Galaga! Aku melihatnya!”
Kita kembali ke game Zuma. Di antara deretan game klasik yang membentuk masa kecil generasi 2000-an, Zuma memang menempati posisi istimewa di hati anak kecil dan remaja generasi itu.
Khususnya ikon kodok batu yang mengeluarkan bola berwarna-warni yang kerap disebut kodok Zuma. Sehingga, para bocah generasi itu jika ingin bermain game Zuma sering meminta kepada kakak atau orang tuanya dengan kalimat lebih kurang seperti ini, “Setelin game kodok Zuma dong!”
Dengan gameplay sederhana namun adiktif alias candu sekali, karakter utama berupa kodok yang menembakkan bola warna-warni berhasil menciptakan kenangan membekas di hati orang-orang yang pernah memainkannya. Meski kini banyak game modern dengan grafis canggih dan cerita kompleks, pesona Zuma tetap kuat dan terus dicari.
Sejarah Game Zuma
Game Zuma sendiri pertama kali diperkenalkan oleh PopCap Games pada tahun 2003. Awalnya hanya untuk PC yang ber-OS Windows sebelum akhirnya tersedia dalam berbagai versi seperti Mac OS, Xbox, PlayStation, dan mobile.
Nama “Zuma” sendiri sebenarnya, berdasarkan wawancara para pengembangnya, terinspirasi dari pantai wisata bernama Zuma Beach di Malibu, California, Amerika Serikat. Namun kemudian, masyarakat ramai malah lebih mengaitkan nama Zuma dengan peradaban Aztec atau Maya karena berdasarkan tema latar yang digunakan dalam game tersebut.
Sukses besar dari game Zuma ini membuat PopCap merilis sekuel Zuma’s Revenge! pada 2009 dengan peningkatan grafis, level, dan mekanisme permainan. Khusus di Indonesia, Zuma memang memiliki penggemar tersendiri, banyak yang diam-diam mengejek para pemainnya dengan sebutan pemain profesional kodok Zuma tetapi, ternyata para pengejek tersebut memainkannya juga.
Tentang Kodok Zuma
Kodok Zuma sendiri adalah sebuah karakter utama dalam game Zuma. Pemain mengendalikan seekor kodok yang bisa memuntahkan bola warna-warni untuk membentuk rangkaian tiga atau lebih bola dengan warna yang sama.
Bola-bola tersebut berjalan dalam jalur spiral menuju tengkorak emas. Misi pemain adalah menghancurkan bola sebelum mencapai titik akhir atau tengkorak emas tadi.
Seperti disebutkan di atas, game Zuma kerap disebut game kodok Zuma karena memang kodoknya sangat ikonik sehingga berkesan sekali di hati para pemainnya. Desain karakternya lucu serta mudah dikenali, dengan tampilan mata besar serta selalu berkedip jika mengeluarkan bola, membuat kodok ini menjadi sebuah ikon tersendiri dalam sejarah game kasual.
Bisa dibilang juga kodok Zuma sejajar dengan ikon-ikon game legendaris lainnya seperti Mario, Sonic dan Crash Bandicoot. Kodok Zuma mungkin tidak mempunyai grafik menarik seperti mereka, tetapi tetap dia menjadi sebuah memori tersendiri di hati orang-orang yang pernah memainkannya.
Alur Permainan Zuma
Gameplay Zuma dimulai dengan jalur spiral atau labirin yang perlahan tapi pasti akan dipenuhi oleh bola warna-warni. Kodok Zuma akan berada di tengah atau di sisi jalur spilar tersebut.
Sang Kodok juga bisa berputar 360 derajat untuk menyesuaikan sudut memuntahkan bola. Bola yang ditembakkan akan menempel pada rangkaian, jika tidak membentuk kombinasi, atau akan meledak jika tiga atau lebih bola yang berwarna sama bertemu satu sama lainnya.
Semakin tinggi levelnya, semakin cepat laju bola dan semakin kompleks jalurnya. Total ada 13 level atau stage dalam game Zuma mode adventure. Apakah Anda salah satu yang pernah menyelesaikannya?
Kemudian, dalam versi sekuelnya yakni, Zuma’s Revenge!, kodok Zuma bahkan dibuat dapat berpindah tempat serta mendapatkan kekuatan khusus untuk melawan bos. Hal tersebut kata developer-nya untuk menambah variasi serta membuat tantangan baru bagi pemain lama, sedangkan untuk pemain baru tentu saja akan lebih menyukainya karena semakin tidak membosankan.
Memori Tak Terlupakan Memainkan Zuma
Daya tarik Zuma sebagai sebuah permainan klasik tak bisa dilepaskan dari perpaduan berbagai elemen yang membuatnya menonjol dibandingkan game puzzle lainnya. Salah satu aspek yang membuatnya begitu menarik adalah simple but challenging, iya sederhana namun menantang.
Keliatannya saja permainannya terlihat mudah. Konsepnya ‘kan gampang yakni, hanya menembakkan bola berwarna agar membentuk kombinasi sehingga meledak habis semuanya. Namun, nyatanya, semakin tinggi level yang dimainkan, semakin rumit pula tantangan yang harus dihadapi.
Hal tersebut membuat pemain dari berbagai usia serta generasi bisa menikmati permainan ini, baik pemula anak kecil yang baru saja mengenal game, maupun orang tua yang sudah berpengalaman pernah memainkannya. Makanya, tadi juga penulis bertanya apakah Anda salah satu yang pernah menyelesaikan game Zuma dalam mode Adventure?
Selain dari sisi gameplay-nya yang tadi dibilang, sederhana tapi menantang, sehingga tidak membosankan, grafis dan efek suara yang digunakan dalam game Zuma juga menjadi memori tersendiri. Warna bola yang cerah, jalur permainan yang berbentuk spiral nan eksotis juga memukau, hingga efek suara ketika bola meledak dan jangan lupakan juga sosok ikonik kodok zuma, semuanya berpadu menciptakan kenangan visual serta audio yang begitu membekas di dalam ingatan.
Praktis, game Zuma ini berhasil membangkitkan perasaan puas setiap kali pemain berhasl meledakkan bola dalam jumlah besar atau mencipatakan reaksi berantai yang panjang (chain reaction).
Kecepatan permainan juga menjadi salah satu keunggulan game Zuma. Setiap sesi permainan hanya memerlukan waktu beberapa menit, sehingga sangat cocok untuk dimainkan saat rehat singkat atau di waktu luang untuk me-refresh pikiran agar tidak suntuk.
Itulah makanya juga game Zuma identik dengan para pekerja yang sedang tidak memiliki load pekerjaan banyak. Karena, tidak seperti game berat yang butuh komitmen waktu lama, Zuma memberikan hiburan instan yang tetap memuaskan.
Terakhir, tentu saja, karakter utamanya, Sang Kodok. Kodok Zuma adalah daya tarik ikonik yang tidak bisa dilupakan serta dilepaskan begitu saja. Dengan penampilan lucu nan menggemaskan, kodok Zuma berhasil menjadi simbol dari permainan puzzle klasik yang sederhana, namun sangat adiktif ini.
Keberadaan karakter kodok ini memberi identitas kuat pada game Zuma. Hal yang membuat game Zuma mudah dikenang serta langsung dikenali bahkan setelah bertahun-tahun.
Dan tentu saja, karakter utamanya — si kodok — adalah daya tarik ikonik yang tak bisa dilupakan. Dengan penampilan lucu namun tampak serius, kodok Zuma berhasil menjadi simbol dari permainan puzzle klasik yang sederhana namun adiktif.
Keberadaan karakter ini memberi identitas kuat pada gimnya, membuatnya mudah dikenang dan dikenali bahkan setelah bertahun-tahun.