Main Game Santai Jadi Mudah Menang

382
source: 1cak.com

Pernah merasa kalau main game santai jadi mudah menang? Bukan cuman kamu saja kok, memang ada alasan kenapa bisa begitu.

Saat bermain game terutama MOBA dan permainan kompetitif lainnya, beberapa orang mudah terpancing emosinya. Bukan tanpa alasan juga, game memang didesain untuk memanipulasi perasaan pemain

Tapi seberapa jauh pemain dipermainkan oleh permainannya? Kenapa ada orang yang bisa santai-santai saja saat main dan ada orang yang langsung panas, tersulut amarah, dan emosi saat bermain game?

Perubahan Emosi Yang Cepat

Beberapa orang memiliki proses perubahan emosi yang cenderung cepat. Lebih cepat dari orang kebanyakan, malah mungkin terlalu cepat. Apakah kamu langsung terpikirkan sosok kenalanmu yang seperti ini? Atau justru kamu seperti ini?

Meski manusiawi, perubahan emosi yang cepat tidak selamanya sehat. Saat bermain video game.

Misalnya, seorang dengan perubahan emosi terlalu cepat bisa membanting keyboard saat kalah main DOTA 2. Mengerikan. Sayang kan, keyboard-nya? Apalagi kalau mechanical keyboard. Mahal, bos.

Tapi orang-orang seperti itu akan merasa wajar dengan perbuatannya lho. “Ah, kan namanya juga orang lagi emosi. Wajar dong marah.”

Tidak, gan. Tidak wajar kalau sampai emosimu merusak sesuatu baik itu berupa barang atau bahkan hubungan.

main game santai
source: Instagram dari @sejiwatinja

Sifat Temperamental

Sering dengar kalimat “aku orangnya temperamental,” dari orang lain? Saran penulis, kalau kamu mendengar orang mengenalkan diri seperti itu tanpa berusaha memperbaiki sifatnya, sebaiknya lari. Kabur sebelum kena amuknya.

Temperamental adalah perilaku atau respon orang yang berlebihan karena perubahan emosi yang cepat. Biasanya terasosiasikan dengan amarah. Mudah tersulut api, mudah meluapkan kemarahannya.

Sayangnya, tidak semua orang merasa hal ini adalah suatu masalah dan memakluminya. Hasilnya? Chat Mobile Legend diisi umpatan, makian, dan kemarahan alih-alih main MOBA untuk senang-senang dengan teman.

Iya, penulis sedang ngomongin kalian yang main game bukannya senang tapi malah makin stress. Semoga segera tercerahkan dan sadar kalau main itu ya mestinya menyenangkan.

Alasan Orang Bisa Temperamental

Ada beberapa alasan yang diyakini profesional seperti peneliti, psikolog, dan dokter jiwa (psikiater) menjadi penyebab kenapa seseorang bisa jadi temperamental.

Pertama, ternyata turun temurun lho! Sifat temperamental ini bisa jadi turunan dari kedua orang tua. Seperti halnya watak-watak yang lain bisa menurun dari ibu ataupun ayah, begitu juga dengan temperamental.

Kemudian karena lingkungan. Berada dalam lingkungan kurang sehat yang sama-sama suka marah-marah juga akan membuat seseorang menjadi mudah marah. 

Nongkrong main Mobile Legends dengan teman yang emosian dan sedikit-sedikit mengumpat akan membuatmu melakukan hal yang sama juga. Hati-hati dalam memilih pergaulan.

source: unsplash.com

Kemudian yang paling utama adalah karena masa perkembangan. Ya, remaja tentu akan lebih temperamental akibat hormon yang tidak seimbang dibandingkan dengan manusia dewasa lainnya.

Tapi ini bukan berarti mengiyakan semua kemarahan remaja yang dialami juga ya!

Main Game Santai Lebih Gampang Menang

Kembali lagi ke topik awal, kenapa kalau santai lebih gampang menang? Kenapa emosi dan kemarahan sangat memengaruhi kualitas permainan seseorang? Kenapa pro player kalau main kalem semua dan bisa menang terus?

Itu semua karena emosi kita memengaruhi kualitas keputusan. Dalam bermain video game terutama yang kompetitif, pemain dituntut untuk membuat keputusan secara cepat.

Apakah harus lanjut push atau mundur? Skill mana yang harus dipakai? Putuskan cepat!

Perasaan Melawan Pikiran

Sebenarnya tidak sepenuhnya salah untuk mengikuti perasaan. “Ikuti kata hatimu,” kalau kata beberapa orang itu bijak juga.

Tapi sesuai konteks. Kalau main game, ya mesti strategis, mengikuti pikiran, logika, pengalaman yang sudah pernah dan masuk akal mungkin akan terjadi lagi.

Perasaan dan pikiran, keduanya memiliki pro dan kontra dalam membuat keputusan. Harus disesuaikan dengan keadaan. Tidak bisa digunakan untuk semua kasus dan pemilihan keputusan.

Memutuskan Dengan Perasaan

Biasanya keputusan yang dibuat dengan perasaan cenderung impulsif, cepat, berdasarkan “ah, ini rasanya benar untukku,” padahal sebenarnya belum tentu! Keputusan seperti ini sering dilakukan oleh orang temperamental yang mengikuti kemarahannya.

“Beraninya nyerang gue! Gue kejer lo! Bodo amat lagi pada push di lane lain. Sini lo! Ah, gue mati lagi! Sialan banget tuh orang!”

Tapi bukan berarti semua keputusan yang dibuat dengan perasaan itu salah. Dalam hubungan interpersonal seperti pertemanan, persahabatan, dan hubungan romantis seperti pacaran atau pernikahan, penting untuk memikirkan perasaaanmu di dalamnya.

Apakah kamu nyaman dengan mereka? Apakah hubungannya membuatmu bahagia? Untuk apa berada dalam hubungan yang membuat sedih dan marah-marah terus? Ikutilah kata hatimu sesuai tempatnya.

source: Facebook dari page Know Your Meme Indonesia

Main Game Santai, Lebih Mudah Ambil Keputusan

Kepala dingin istilahnya. Tidak usah dibawa pusing, emosi, apa lagi sambil marah-marah dan mengumpat. Jadilah manusia yang rasional. 

Memutuskan dengan santai, akan menghasilkan keputusan yang lebih masuk akal. Tidak terburu-buru, tidak terbawa perasaan. Santai dulu nggak sih?

Namun, lagi-lagi ada kekurangannya juga menggunakan pikiran sebagai landasan pembuat keputusan.

Berpikir terlalu banyak dapat mengakibatkan overthinking alias kebanyakan mikir, kebanyakan informasi, kebanyakan pertimbangan. Kapan memutuskannya?

Ya, mesti banyak latihan untuk bisa berpikir jernih dan tenang secara cepat untuk bisa memutuskan secepat pro player memutuskan teknik permainannya. Makanya, kebanyakan pro player adalah orang-orang kalem yang strategis.

Cara Agar Bisa Main Game Santai

Terlanjur temperamental, bagaimana cara supaya bisa main game santai? Tentu semua masalah tidak mungkin tanpa solusi.

Kebiasaan main game dengan penuh emosi bisa dikurangi dengan beberapa trik yang mungkin cocok (atau tidak) bagi beberapa orang.

Hal paling utama yang mesti dilakukan adalah berpikir sebelum bertindak. Tapi berapa lama waktu berpikir yang ideal untuk berkontemplasi sebelum berucap? Jawabannya adalah sepuluh detik. Benar, hanya sepuluh detik!

Setiap kali lawan main membuatmu ingin mengumpat, cobalah hitung sampai sepuluh sambil memikirkan strategi lain yang lebih konkrit untuk membalasnya ketimbang umpatan dan makian diiringi emosi.

Sepuluh detik, dianggap cukup untuk menekan perasaan marah hingga kembali kepada kesadaran sepenuhnya.

Yang kedua, cobalah lebih ekspresif dalam mengemukakan perasaan. Emosi yang dikeluarkan pada saat bermain itu bisa jadi adalah ledakan dari perasaan yang selama ini terpendam.

Mungkin sebenarnya sedang tidak marah dengan hero lawan yang jago itu, melainkan karena atasan tadi pagi tiba-tiba melimpahkan pekerjaan di luar job desc.

Kalau kesal, cobalah untuk memproses emosi tersebut dan ungkapkanlah dengan sehat. Jangan dipendam, jangan diledakkan.

Emosi ada untuk dirasa, tapi bukan berarti diri mesti dikendalikan oleh emosi. Bijak-bijaklah dalam bertindak supaya bisa main game santai dan lebih mudah menang!