Brandoville Studios viral lantaran dugaan kekerasan dan manipulasi yang dilakukan terhadap karyawan. Brandoville merupakan studio besar di Indonesia berfokus pada pengembangan game dan animasi premium.
Brandoville Studios awalnya merupakan cabang dari Lemon Sky Studios dari Malaysia yang kemudian berdiri sendiri dan berbasis di Indonesia.
Sepak terjang Brandoville di dunia gaming terlihat mentereng dengan berbagai game terkenal seperti Final Fantasy dan The Last of Us.
Skandal Brandoville Studios
Akan tetapi, viralnya studio besar tersebut akhir-akhir ini bukanlah karena portofolio game dan animasi besutannya.
Melainkan lantaran dugaan kekerasan dan manipulasi yang dilakukan istri CEO Brandoville Studios, Cherry Lai.
Mantan karyawan Brandoville, Christa Sydney mengungkapkan kekerasan yang terjadi terhadapnya selama bekerja sebagai concept artist di studio tersebut. Christa membagikan pengakuannya disertai bukti-bukti melalui sebuah utas di Canva yang kemudian viral di berbagai platform media sosial.
Dugaan ini sebenarnya bukan kali pertama bagi Brandoville Studios. Pada tahun 2021, film dokumenter bertajuk How Game Publishers Buy Crunch Overseas menampilkan satu segmen terkait Brandoville dan menyoroti peran Cherry Lai dalam dugaan crunch culture yang terjadi di studio tersebut.
Dalam industri video game, crunch culture merujuk pada budaya kerja dengan jam sangat panjang, bisa sampai 80-100 jam per minggu dengan lembur yang tidak dibayar.
Budaya Kekerasan di Brandoville Studios
Dalam dokumen yang dibagikan, Christa menampilkan berbagai bukti seperti tangkapan layar pesan WhatsApp dan video.
Nyatanya, kekerasan yang dilakukan terhadap karyawan lebih dari kata-kata kasar yang dilontarkan melalui WhatsApp.
Brandoville Studios juga diduga tidak memberikan hak karyawan seperti THR dan uang lembur.
Karyawan diharapkan untuk selalu stand by di luar jam kerja juga merupakan budaya yang dianggap biasa di Brandoville.
Seorang karyawan pernah diminta datang ke kantor pada pukul 2 dini hari. Terkadang bahkan alasan pemanggilan tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan kewajiban kerja.
Karyawan lain ikut angkat bicara dan mengaku pernah mengalami pemotongan gaji dengan berbagai alasan yang tidak bisa dibenarkan.
Karyawan Brandoville Studios juga melaporkan berbagai bentuk manipulasi emosional seperti ancaman dan larangan untuk menjalin kontak dengan keluarga.
Bentuk kekerasan fisik pun turut dilaporkan seperti karyawan disuruh menampar dirinya sendiri sampai seratus kali dan membenturkan kepala ke tembok.
Berbagai bentuk kekerasan ini diketahui memberikan dampak buruk kepada korban baik secara fisik maupun mental.
Karyawan lain mengaku dipaksa tetap masuk kerja meskipun dalam kondisi sakit. “Dia pernah maksa aku buat masuk kantor pas aku izin sakit, padahal aku udah submit surat dari dokter.
Dia nyuruh aku tetap ke kantor, dia telepon aku jam 10 malam, dan itu aku hanya mendengarkan dia cerita dan aku harus menjawab,” ungkap salah satu karyawan melalui wawancara eksklusif dengan Beautynesia.
Dilansir dari sumber yang sama, Cherry Lai juga pernah meminta karyawan untuk melakukan rapat sembari berdiri. Isi rapat pun bukan membahas pekerjaan, melainkan hanya mendengarkan Cherry Lai bercerita.
“Ketika tim berdiri kami harus diam berdiri, tidak boleh bergerak atau pindah tumpuan karena akan menjadi topik baru bagi Mrs. Cherry yaitu bagaimana cara tahan meeting berdiri yang lama dan tidak manja, dia membandingkan dengan dirinya yang kuat berdiri lama,” ungkap karyawan lain.
Para korban kekerasan dan manipulasi Cherry Lai tidak bisa berbuat banyak untuk membela diri. “Pilihannya adalah menerima atau keluar,” ungkap korban. Dan bahkan setelah resign pun korban masih terus menerima perundungan dan bahkan ancaman pembunuhan.
Dukungan dari Berbagai Pihak kepada Mantan Karyawan
Mencuatnya kasus ini memantik reaksi dari berbagai pihak mulai dari komunitas desain grafis, komunitas game di Indonesia, sampai warganet yang turut bersimpati atas kejadian yang menimpa korban.
Asosiasi Desainer Grafis Indonesia (ADGI) memberikan pernyataan sikap melalui akun resmi instagram mereka.
Sebagai bentuk dukungan nyata, ADGI menyusun berbagai langkah seperti menyediakan mekanisme pelaporan yang aman hingga menyediakan bantuan hukum dan pendampingan psikologis.
Asosiasi Game Indonesia (AGI) juga menyampaikan dukungan resmi melalui postingan instagram.
Selain memberikan bantuan hukum dan pendampingan psikologis, AGI memberikan tindakan tegas dengan mem-blacklist terduga pelaku dari keanggotaan dan program-program AGI.
“Kami mengutuk tindakan kriminal Brandoville Studios. Kami mengucapkan terima kasih dan menyampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada mereka yang telah berani bersuara. Tindakan, keberanian, dan kejujuran Anda sangat penting untuk perubahan.
Selain itu, kami berharap masalah ini ditangani dengan serius dan diselesaikan sesuai dengan standar hukum,” ungkap AGI melalui caption postingan Instagram mereka.
Kris Antoni, founder dari Toge Productions turut mengangkat kasus ini melalui platform media sosial X untuk meningkatkan awareness terkait kekerasan yang terjadi di Brandoville Studios. Berbagai akun berbasis komunitas desain grafis maupun teknologi seperti Ecommurz juga mengangkat kasus ini sebagai bentuk dukungan terhadap korban.
Sampai artikel ini ditayangkan, belum ada pernyataan maupun permintaan maaf resmi dari Cherry Lai maupun Ken Lai. Brandoville Studios sendiri sudah menutup operasinya sejak Agustus 2024.
Meski demikian, Ken Lai dan Cherry Lai diketahui membuka studio baru dengan nama LaiLai Studios.
Berbagai pihak yang mengawal kasus ini memperingatkan talenta digital khususnya yang bergerak di bidang animasi dan gaming untuk tidak melamar kerja di studio baru tersebut.
Komunitas game Indonesia baik gamers maupun game developer tentunya menginginkan industri gaming tanah air maju.
Cita-cita tersebut bisa dicapai dengan berkembangnya studio game di Indonesia. Sangat disayangkan apabila prestasi besar yang diraih ternyata dihasilkan di atas penderitaan karyawan yang mengalami kekerasan.
Oleh karena itu, penting bagi semua pihak untuk terus berupaya menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan adil.