
Di balik persona ceria dan konten lucunya di media sosial Loaxy atau yang lebih dikenal dengan nama Lola Kurniawan, tersimpan perjalanan panjang penuh keberanian, eksperimen, dan semangat khas anak Medan yang tak kenal kata menyerah.
Dari sekadar penonton game di ruang keluarga, kini ia menjelma menjadi salah satu sosok cosplayer yang paling dikenal di kota asalnya.
Namun bagi Loaxy, cosplay bukan sekadar lomba atau pencapaian melainkan cara untuk menumbuhkan cinta pada diri sendiri dan menginspirasi orang lain untuk berani berekspresi.
Baca Juga: Profil dan Biodata Dhika Rezky: Talent RRQ Kondang Sejak 2019

Profil dan Biodata Loaxy
Berikut adalah profil dan biodata Loaxy:
- Nama Lengkap: Lola Kurniawan
- Nama Panggung: Loaxy
- Tempat dan Tanggal Lahir: Medan, 30 September 1998
- Agama: Buddha
- Manga/Anime Favorit: Hunter x Hunter
- Game Favorit: Honor Of Kings, Mobile Legends: Bang Bang, dan Roblox!
Awal Mula: Dari Nonton Game ke Dunia Cosplay

Segalanya bermula dari rasa kagum terhadap karakter Yuna dari salah satu franchise game terkenal yaitu Final Fantasy. Saat itu, Loaxy hanya penonton di belakang sang kakak yang tengah bermain di PlayStation.
“Aku suka banget kisah cintanya yang semi tragis. Pas dikasih coba main, aku cupu banget, tapi dari situ malah muncul rasa pengen banget jadi dia,” kenangnya.
Namun keberanian untuk benar-benar terjun ke dunia cosplay bukanlah perkara yang mudah. Medan pada masa itu, belum seramai kota besar lainnya dalam urusan cosplay.
“Aku sempat tertekan dan nggak berani post foto pertama kali cosplay,” ujarnya sambil tertawa kecil. Tapi keteguhan hatinya untuk mencoba berbicara lebih keras.
Loaxy memutuskan untuk langsung ikut kompetisi cosplay pertamanya dengan satu tekad: harus menang.
“Soalnya kalau kalah, aku nggak bisa jawab ‘dapat apa’ ke keluarga. Tapi beruntungnya, aku menang! Dari situ baru deh dapat dukungan penuh dari orang rumah,” katanya. Sejak saat itu, satu kemenangan kecil membuka pintu besar untuk perjalanan berikutnya.
Dari Ide ke Karakter: Proses Kreatif yang Tak Pernah Sama
Cosplay bagi Loaxy bukan hanya soal baju atau make-up, tapi soal koneksi dengan karakter. “Biasanya aku pilih karakter karena dia pretty and admirable. Kalau aku merasa kagum, aku akan coba jadi dia,” ungkapnya.
Prosesnya tidak selalu mudah, apalagi dengan cuaca Medan yang panas dan lembap. “Triknya cuma satu yaitu trial and error. Setiap kulit beda-beda, jadi harus terus eksperimen. Kadang aku ganti make-up tiap hari. Yang penting jangan takut gagal.” Terangnya.
Loaxy sempat membocorkan rahasianya agar tidak “leleh” di tengah event: “Setting make-up menggunakan Powder Chanel Pricy. Memang mahal, tapi bisa dipakai bertahun-tahun,” ujarnya dengan gaya playful yang khas.
Lebih dari sekadar hasil akhir, baginya proses eksplorasi itulah yang membuat setiap karakter terasa hidup. “Setiap kali pakai kostum, aku bukan cuma berdandan, aku belajar jadi versi lain dari diriku,” katanya pelan.
Kemenangan Bukan Hanya Sekadar Piala

Bagi Loaxy, kemenangan sejati bukan hanya saat namanya disebut sebagai juara.
“Yang aku rasain waktu menang? Jujur, YES! Ada alasan nih buat cosplay lagi! Soalnya kalau nggak ada pencapaian, izin buat lanjut cosplay bisa susah,” katanya sambil tertawa.
Namun di balik semua piala dan pengakuan, ada kebahagiaan yang jauh lebih dalam. “Rasanya paling berharga itu ketika bisa bikin orang lain tersenyum. Sekarang cosplay udah nggak dianggap aneh lagi. Semua orang bisa berekspresi tanpa takut dihakimi.”
Sebagai sosok yang kini dikenal luas di komunitas cosplay Medan, Loaxy tak merasa dirinya paling hebat. “Masih banyak teman-teman yang lebih pantas ke arah profesional,” tuturnya rendah hati.
“Aku cuma pengin bisa menginspirasi lewat konten lucu dan nyelenehku aja. Kalau itu bisa bikin orang senang, aku udah bahagia.”
Identitas dan Harapan: Menjadi Diri Sendiri Lewat Cosplay
Cosplay bagi Loaxy, adalah bentuk perjalanan menuju penerimaan diri. “Kalau kamu susah mencintai diri sendiri, cobalah jadi orang lain dan cintai dia. Lama-lama kamu akan bisa mencintai dirimu sendiri juga,” katanya penuh makna.
Ia pun tak bisa lepas dari akar Medannya. “Mungkin karena orang Medan itu direct ya. Jadi walaupun tampil imut-imut, tetap ada sisi strong-nya dikit dong!” ujarnya sambil tertawa.
Ke depan, Loaxy tidak lagi berfokus hanya pada lomba. Ia ingin memperluas dirinya ke ranah lain seperti branding di media sosial, bahkan ingin menjadi content creator mukbanger.
Untuk para kreator muda di Medan, pesannya sederhana: “Apapun tujuan kamu cosplay, mau cari pengakuan, mau senang-senang, mau jadi terkenal semua nggak masalah. Yang penting, capai dengan caramu sendiri. Bersih atau nggak bersih, yang penting tercapai!” katanya sambil tertawa lepas.
Penutup: Mencintai Diri Lewat Kostum dan Keberanian
Bagi Loaxy, cosplayer bukan sekedar tentang kostum saja, melainkan menjadi landasan awal untuk mencintai serta menerima diri sendiri.
“Kalau susah mencintai diri sendiri, cobalah jadi orang lain dulu. Dari situ, pelan-pelan kamu akan belajar untuk mencintai dirimu apa adanya.”
Loaxy mungkin memulai perjalanannya dengan sedikit ragu dan banyak tawa, tapi dari situlah ia menemukan makna sejati dari ekspresi diri.
Ia membuktikan bahwa cosplay bukan sekadar hobi, melainkan cara untuk belajar memahami dan mencintai diri sendiri, satu karakter demi satu karakter.





















