Dunia game selalu berkembang dengan hadirnya berbagai judul baru yang menawarkan pengalaman unik. Salah satu game yang tengah menjadi perbincangan di kalangan gamer adalah Sancticide, sebuah game aksi RPG berperspektif orang ketiga dengan elemen roguelike dan soulslike.

Dikembangkan oleh Red Square Games dan Sylen Studio, Sancticide membawa kamu ke dalam dunia yang dipenuhi dosa dan kehancuran, di mana kamu berperan sebagai Ezechiel, seorang Sin Collector yang bertugas membersihkan dunia dari dosa selama masa Apocalypse.

Review Sancticide

Dikemas dalam suasana kelam dengan narasi yang kuat, Sancticide berusaha memberikan tantangan yang sepadan bagi para pecinta game bertema dark fantasy.

Dalam artikel ini, aku akan membagikan pengalaman pribadiku dalam game ini, mulai dari kesan pertama, tampilan antarmuka, hingga kualitas grafik dan audio yang ditawarkan.

Spesifikasi Perangkat

Sebelum membahas lebih jauh, mari kita lihat spesifikasi yang dibutuhkan untuk menjalankan Sancticide (tersedia di Steam) dengan lancar:

Minimum Requirements:

• OS: Windows 10 (64-bit)
• Processor: Intel Core i5-8400 / AMD Ryzen 3 3300X
• RAM: 8 GB
• GPU: NVIDIA GTX 1060 / AMD Radeon RX 580
• Storage: 30 GB available space

Recommended Requirements:

• OS: Windows 11 (64-bit)
• Processor: Intel Core i7-9700K / AMD Ryzen 5 5600X
• RAM: 16 GB
• GPU: NVIDIA RTX 3060 / AMD Radeon RX 6700 XT
• Storage: 30 GB available space

Aku memainkan Sancticide di PC dengan spesifikasi di setting medium, yaitu prosesor Intel i7-10750H, RAM 16 GB, dan kartu grafis GTX 1650TI. Dengan spesifikasi ini, aku berharap bisa mendapatkan pengalaman bermain yang lebih optimal.

Review Sancticide – First Impression

Saat pertama kali memasuki dunia Sancticide, aku langsung disambut dengan nuansa yang sangat kelam dan suram.

Game ini tidak ragu-ragu memperkenalkan atmosfer post-apocalyptic dengan desain dunia yang penuh reruntuhan dan makhluk-makhluk yang tampak mengerikan. Suasana yang diciptakan benar-benar mencerminkan dunia yang sudah kehilangan harapan.

Game ini juga memberikan pilihan tingkat kesusahan, mulai dari Easy, Medium, dan Hard kalian dapat memilih sesuai dengan gameplay masing-masing. Menurut saya level Medium sudah cukup susah loh!

Gameplay awal memberikan tutorial singkat mengenai kontrol dasar, serangan, dan mekanisme pertahanan seperti parry dan dodge.

Meskipun mekaniknya terasa familier bagi penggemar game soulslike, aku menemukan bahwa ritme pertarungannya sedikit lebih cepat dibandingkan Dark Souls, tetapi tidak secepat Sekiro. Hal ini membuat pertarungan terasa lebih dinamis dan menguji kesabaran serta strategi kamu.

Salah satu hal yang langsung mencuri perhatianku adalah tingkat kesulitan game ini. Musuh di area awal sudah cukup agresif dan memiliki pola serangan yang beragam, memaksaku untuk benar-benar memahami mekanisme bertarung sejak awal.

Aku tidak bisa hanya mengandalkan serangan membabi buta, melainkan harus membaca pola serangan lawan dan mencari celah untuk menyerang balik.

Dunia Sancticide terasa sangat hidup meskipun dipenuhi kehancuran. Aku bisa melihat detail lingkungan yang luar biasa, seperti bangunan yang runtuh, api yang masih menyala di reruntuhan, serta kabut pekat yang menambah kesan suram.

Setiap sudut dunia ini tampaknya memiliki cerita tersendiri, memberikan kesan mendalam dan membuatku penasaran untuk terus menjelajahi lebih jauh.

Sistem stamina dalam game ini juga patut diperhatikan. Setiap gerakan, mulai dari menyerang, menghindar, hingga berlari, menguras stamina. Ini berarti aku harus benar-benar mengatur strategi dalam pertarungan dan tidak asal menyerang.

Jika stamina habis, aku akan rentan terhadap serangan musuh, yang sering kali berujung pada kematian.

Tak hanya itu, sistem senjata dan keterampilan dalam game ini cukup kompleks. Aku bisa mengganti senjata dengan berbagai jenis, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri.

Beberapa senjata memiliki serangan yang lebih cepat tetapi dengan damage lebih kecil, sementara senjata berat menawarkan daya hancur tinggi tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat.

Ini memberikan fleksibilitas dalam gaya bermain, tergantung pada preferensi masing-masing pemain.

Pada akhirnya, kesan pertama yang aku dapatkan dari Sancticide adalah bahwa game ini bukanlah untuk pemain yang mencari pengalaman santai.

Kesulitan yang tinggi, dunia yang kelam, serta mekanisme bertarung yang menantang membuat game ini lebih cocok untuk mereka yang menyukai tantangan dan memiliki kesabaran ekstra.

Namun, justru hal inilah yang membuatnya menarik. Aku merasa tertantang untuk terus mencoba, mempelajari pola musuh, dan menemukan cara terbaik untuk bertahan hidup di dunia yang brutal ini.

Review Sancticide – Keunikan Sistem Progression

Salah satu aspek yang membuat Sancticide menarik adalah sistem progression-nya yang kompleks. Tidak seperti game soulslike lainnya, di mana pemain bisa mengumpulkan EXP untuk meningkatkan statistik secara langsung, game ini mengadopsi pendekatan yang lebih strategis.

Pemain harus mencari dan mengumpulkan fragmen jiwa yang tersebar di berbagai area untuk membuka keterampilan baru.

Setiap keputusan dalam mengembangkan karakter bisa mempengaruhi jalannya permainan, sehingga pemain harus berpikir matang sebelum meningkatkan atribut tertentu.

Selain itu, sistem gear enhancement juga cukup unik. Alih-alih hanya mengandalkan senjata yang ditemukan, pemain bisa memperkuat dan menyesuaikan senjata dengan berbagai rune yang ditemukan sepanjang perjalanan. Hal ini memberikan kesempatan bagi pemain untuk membangun gaya bertarung yang benar-benar sesuai dengan preferensi kalian.

Review Sancticide – Interface Game

Antarmuka dalam Sancticide cukup intuitif. Menu utama dan HUD (Heads-Up Display) dibuat sederhana tanpa banyak distraksi.

Aku menyukai bagaimana UI game ini memberikan informasi yang jelas tentang health bar, stamina, dan sumber daya lainnya tanpa memenuhi layar dengan elemen yang tidak perlu.

Satu hal yang menarik adalah bagaimana game ini menawarkan sistem customization untuk tata letak HUD. Kamu dapat menyesuaikan posisi dan ukuran indikator sesuai dengan preferensi masing-masing, sebuah fitur yang jarang ditemukan dalam game sejenis.

Namun, ada beberapa bagian yang menurutku masih perlu penyempurnaan. Misalnya, navigasi dalam menu inventory terasa kurang responsif, terutama ketika ingin mengganti senjata atau memeriksa status karakter.

Meski bukan masalah besar, ini bisa sedikit mengganggu pengalaman bermain dalam jangka panjang.

Review Sancticide – Grafik dan Audio

Salah satu aspek yang membuat Sancticide begitu memikat adalah visualnya.

Menggunakan Unreal Engine 5, game ini menampilkan efek pencahayaan yang luar biasa dan detail lingkungan yang begitu mendalam.

Setiap sudut dunia yang hancur ini terasa memiliki cerita tersendiri, dari reruntuhan bangunan yang penuh grafiti hingga lorong-lorong gelap yang menyembunyikan ancaman.

Karakter dan musuh didesain dengan sangat detail. Setiap armor yang dikenakan oleh karakter utama terlihat begitu nyata, sementara desain musuh mengusung konsep grotesque yang menyeramkan.

Efek visual saat bertarung juga sangat memuaskan, terutama ketika berhasil melakukan parry atau serangan finishing move.

Dari sisi audio, Sancticide menghadirkan suara latar yang berhasil membangun atmosfer dunia yang sunyi dan mencekam. Musik latarnya minimalis tetapi efektif dalam menciptakan ketegangan, terutama saat melawan musuh boss. Efek suara senjata dan langkah kaki karakter juga terdengar realistis, menambah kesan mendalam saat bermain.

Kesimpulan Review Sancticide

Setelah menghabiskan waktu beberapa jam di dunia Sancticide, aku bisa mengatakan bahwa game ini memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu judul soulslike yang patut diperhitungkan.

Dengan gameplay yang menantang, dunia yang menarik, serta mekanisme pertarungan yang solid, game ini mampu memberikan pengalaman yang imersif bagi para pecinta genre action RPG.

Sampai jumpa di artikel review game selanjutnya, semoga artikel ini dapat membantu kalian sebelum membeli dan memainkan game Sancticide.