
Ada fenomena unik belakangan ini yaitu beberapa tim MPL PH bubar memasuki Season 15, hal ini semakin membuktikan apakah Mobile Legends hanya laku di Indonesia dan tidak dengan negara-negara tetangga lainnya?
Mobile Legends: Bang Bang bisa dikatakan menjadi salah satu game favorit yang ada di Indonesia, bahkan katanya bisa dikatakan ramai untuk regional Asia Tenggara seperti Malaysia dan juga Filipina.
Tidak hanya perkembangan dari game-nya saja, tapi liga milik mereka Mobile Legends Professional League (MPL) seperti di Indonesia bisa dibilang juga cukup baik, walaupun di beberapa season terakhir terlihat ada beberapa naik turun dari segi average views.
Tapi MPL Indonesia masih menjadi salah satu yang terfavorit, bahkan kerap menguasai dan menjadi turnamen dengan jumlah penonton yang terbanyak.
Baca Juga: Profil EVOS Depezett, Pemain dengan Kasus Pelecehan Seksual Kepada Wanita 2 Kali!
Average Views MPL Indonesia Selama 4 Season
Sebelum membahas tentang mengapa Mobile Legends tak cukup sukses di negara selain Indonesia, maka kita perlu lihat terlebih dahulu bagaimana kesuksesan Mobile Legends Professional League (MPL) Indonesia.
Harus diakui bahwa saat ini untuk scene esports, MPL Indonesia masih menjadi yang teratas bahkan mengalahkan PUBG Mobile, Free Fire, dan Valorant yang menjadi game esports populer di Indonesia.
Bahkan walaupun Mobile Legends sudah mempunyai saingan yaitu Honor of Kings, tapi Mobile Legends yang sudah hadir sejak tahun 2016 masih kokoh baik dari segi views ataupun pengunjung offline.
Berikut adalah average views MPL Indonesia:
MPL Indonesia Season 11
- Peak Viewers: 1.888.453
- Average Views: 357.631
- Hours Watched: 73.344.128
- Airtime: 205 jam 5 menit
MPL Indonesia Season 12
- Peak Viewers: 2.100.032
- Average Views: 520.262
- Hours Watched: 116.711.888
- Airtime: 224 jam 20 menit
MPL Indonesia Season 13
- Peak Viewers: 2.225.961
- Average Views: 464.773
- Hours Watched: 110.267.346
- Airtime: 237 jam 15 menit
MPL Indonesia Season 14
- Peak Viewers: 4.008.662
- Average Views: 512.189
- Hours Watched: 117.504.669
- Airtime: 229 jam 25 menit
Jika dilihat, MPL Indonesia bisa dibilang mempunyai angka yang stabil di 4 musim terakhir akan tetapi di MPL Indonesia Season 14 angkanya langsung naik lagi.
Ada beberapa faktor salah satunya adalah tim Rex Regum Qeon (RRQ) Hoshi yang akhirnya kembali ke final setelah cukup lama absen.
Ditambah adam Team Liquid ID yang didominasi oleh pemain muda dan entertainment yang dibawakan Aran serta Aeronshikii.
Tak heran akhirnya membuat peak viewers serta average views dari MPL Indonesia juga terkena imbasnya. Menjadi menarik melihat bagaimana MPL Indonesia Season 15 nanti, apakah akan ada kejutan lagi atau tidak.
Tim MPL PH Bubar
Masuk ke pembahasan inti, seperti yang kita tahu bahwa sudah ada 2 tim Mobile Legends Professional League (MPL) Philippines yang resmi menyatakan bubar, dia adalah tim Blacklist International dan juga Aurora.
Banyak komunitas yang kaget mengapa tim seperti Blacklist International harus membubarkan diri, mengingat mereka adalah juara dari M3 World Championship serta runner up M4. Lalu mereka juga runner up dari MSC 2021.
Tidak hanya Blacklist International, organisasi esports RSG Philippines juga harus angkat dari MPL PH, padahal mereka adalah sang juara MSC 2022 dan MPL PH Season 9, tapi nasib mereka sama dengan Blacklist International.
Mengingat kedua tim ini cukup berprestasi maka banyak yang kaget bahwa kedua tim ini harus bubar, dan digantikan oleh tim lain Falcon dan Twisted Minds.
Sebenarnya sudah ada beberapa tim MPL bubar salah satunya Nexplay dan juga EVOS. Selain itu menurut CEO dari RRQ yaitu AP juga mengatakan untuk membeliย slotย franchiseย MPL PH cukup mahal dan masih belumย worth it saat ini.
Baca Juga:ย Caraย Recovery Account Mobile Legends dengan Mudah, Hitungan Menit Selesai!
Faktor yang Membuat Tim MPL PH Bubar
Berdasarkan analisis, ada beberapa faktor yang membuat 2 tim MPL PH bubar, simak pembahasannya.
-
Cost and Demand
Masalah yang pertama pastinya pengeluaran yang tidak sebanding dengan pendapatan. Hal ini sudah menjadi hal yang lumrah apalagi untuk organisasi esports yang pendapatannya berasal dari prize pool, sponsor, hingga endorse.
Contohnya saja jika salah satu organisasi esports tersebut dalam sebulan mengeluarkan biaya sebesar 100 juta rupiah hanya untuk gaji pemain, belum lagi fasilitas seperti gaming house, listrik, air dan tetek bengek lainnya, tapi dalam 1 tahun tersebut tim tidak berhasil menjadi juara maka kemungkinan besar akan mengalami minus.
Oleh karena itu biasanya organisasi esports mengakalinya dengan sponsor. Tak heran banyak sekali sponsor di jersey tim-tim, karena memang cost yang tinggi diperlukan oleh organisasi esports.
-
Sponsor yang Minim
Sponsor merupakan aspek penting untuk organisasi esports, akan tetapi pastinya para sponsor juga ingin mendapatkan timbal balik. Diantaranya adalah brand awareness dan sales yang menjadikan brand ingin menjadi sponsor.
Tapi permasalahannya adalah, jika brand tersebut melihat tim yang tersedia atau bahkan liganya sendiri tidak cukup mendatangkan awareness atau sales maka sudah dipastikan brand-brand tidak akan tertarik menjadi sponsor.
Karena pada dasarnya brand tidak hanya ingin โmembakar uangโ tanpa mendapatkan feedback apapun. Hal ini kemudian yang membuat banyak brand tertarik masuk ke MPL Indonesia, karena bisa mendatangkan awareness dan sales baik menjadi sponsor ke MPL Indonesia atau bahkan tim yang bertanding di MPL ID.
-
Pergeseran Fokus Divisi
Faktor ini yang terjadi oleh Blacklist International. Bagi yang belum tahu bahwa manajemen Blacklist International saat itu fokus membangun divisi Dota 2 yang sayangnya tidak berjalan dengan baik dan harus bubar.
Untuk membangun divisi Dota 2 membutuhkan biaya yang jauh lebih besar daripada Mobile Legends, bahkan dari gaji saja untuk pemain Dota 2 tier 1 sudah mencapai puluhan hingga ratusan juta.
Pada akhirnya divisi Mobile Legends akhirnya menjadi korban dan harus bubar dari tim MPL PH, padahal Blacklist International menjadi salah satu tim terbaik Mobile Legends yang pernah ada.
-
Persaingan Semakin Ketat
Kompetisi di tim MPL PH sangat sengit. Tim-tim yang tidak mampu bersaing di level tertinggi akan kesulitan mendapatkan penggemar dan sponsor. Dalam ekosistem esports, performa sangat menentukan daya tarik tim di mata investor dan brand.
Tim yang terus-menerus mengalami kekalahan atau gagal bersaing di papan atas sering kali mengalami kesulitan mempertahankan sponsor dan akhirnya memilih untuk mundur dari MPL.
Baca Juga: Caraย Fix Packet Lossย di Valorant, No Ribet Auto Berhasil!
Apakah Benar Mobile Legends Hanya Laku di Indonesia?
Mungkin pembahasan ini akan menjadi pro dan kontra yang memang sejak dulu sudah dibahas oleh komunitas esports Indonesia yaitu โMobile Legends Hanya Laku di Indonesiaโ.
Jika berbicara mengenai statistik, mulai dari Indonesia jadi salah satu negara dengan pemain aktif Mobile Legends yang tinggi, mempunyai jumlah viewers MPL Indonesia yang tinggi, maka sudah menjadi bukti bahwa Mobile Legends benar-benar laku di Indonesia.
Bahkan di negara asalnya yaitu China, Mobile Legends baru saja gencar mempromosikan game-nya, karena Honor of Kings lah yang merajai MOBA mobile di China. Apalagi masih ada juga Dota 2 yang populer di China juga.
Lalu bagaimana dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Filipina? Untuk Malaysia sendiri kehadiran Honor of Kings menjadi ancaman serius karena sebelum rilis secara global, di Malaysia sudah banyak yang memainkan Honor of Kings versi China.
Lalu di Filipina, Dota 2 dan game PC masih menjadi salah satu yang favorit, makannya tidak heran bahwa pertumbuhan dari pemain hingga jumlah views di MPL Malaysia dan MPL PH tidak mendapatkan peningkatan drastis seperti di Indonesia.
Mobile Legends juga kesulitan dalam membangun ekosistem game dan esports mereka di negara-negara Timur Tengah, Eropa, CIS, bahkan sampai ke Amerika Latin.
Hal ini bisa dilihat dari tak semuanya memiliki MPL, lalu jumlah penonton yang minim, dan banyak faktor lainnya.
Di negara-negara tersebut game-game FPS seperti Counter Strike, Valorant masih digandrungi, dan tidak lupa juga Dota 2 dan League of Legends yang menguasai pasar MOBA.
Ada 1 Fakta juga yang harus diterima, bahwa dengan banyaknya jumlah penonton dari MPL Indonesia, MSC, hingga M World Championship tapi penambahan prize pool sangat minim, tidak seperti game esports lainnya yang walaupun dari segi views kalah jauh tapi mempunyai prize pool lebih besar.
Hal ini terlihat dari sponsor brand yang dikenal luas. Contoh saja seperti Monster Energy, Alienware, Zowie, dan masih banyak lagi yang punya โuang besarโ untuk menjadi sponsor turnamen-turnamen esports sehingga prize pool yang diberikan juga besar.
Jadi menurut kalian apa saja faktor yang membuat Blacklist International dan Aurora sebagai 2 tim MPL PH bubar?