Banyak Terjadi Skandal Pro Player dengan Cewe di Esports Indonesia, Ini 3 Alasannya!

Di balik gemerlap prestasi esports Indonesia, muncul fenomena yang kerap mencoreng citra industri, yaitu skandal pro player.

Kasus-kasus ini tidak hanya ramai di media sosial, tapi juga menjadi topik hangat di komunitas esports karena menyangkut figur publik yang dikenal banyak orang.

Fenomena skandal pro player bukan hal baru di dunia esports Indonesia. Beberapa tahun terakhir, publik telah menyaksikan berbagai bentuk pelanggaran moral dari pemain profesional, mulai dari perselingkuhan, pelecehan, hingga skandal asusila. 

Dampaknya pun besar, karena tidak hanya merugikan individu, tetapi juga tim dan sponsor yang menaungi mereka. Popularitas yang datang cepat, penghasilan besar di usia muda, serta kurangnya kontrol diri menjadi kombinasi yang berbahaya bagi sebagian pemain.

Di balik gemerlap dunia esports, kehidupan pribadi para pemain seringkali menjadi sorotan. Mereka dituntut bukan hanya untuk berprestasi di dalam game, tetapi juga menjaga nama baik di luar arena. 

Namun sayangnya, skandal pro player terus muncul dan menjadi tanda bahwa dunia esports Indonesia masih membutuhkan pembinaan yang lebih dalam hal etika dan profesionalitas.

Berikut ini adalah beberapa skandal pro player di Indonesia yang menggemparkan publik dan menjadi pelajaran besar bagi industri esports Tanah Air.

Baca Juga: Profil dan Biodata RRQ Sheiren Margaretha: Reporter Cilik yang Jadi Talent Esports

Skandal Pro Player di Indonesia yang Menggemparkan

1. Skandal Perselingkuhan Listy Chan

Skandal Pro Player Indonesia - Listy Chan
Sumber: Listy Chan

Salah satu skandal pro player paling terkenal datang dari Listy Chan, mantan pemain Mobile Legends dari EVOS Ladies. Pada pertengahan tahun 2020, publik dikejutkan dengan kabar perselingkuhan yang melibatkan Listy Chan dan streamer terkenal Ericko Lim, yang saat itu masih berpacaran dengan Jessica Jane.

Kasus ini langsung viral di media sosial dan menjadi bahan pembicaraan selama berminggu-minggu. Imbasnya, EVOS Esports menonaktifkan dan memutus kontrak Listy Chan secara resmi. 

Peristiwa ini menjadi bukti bahwa dunia esports bukan hanya tentang skill, tapi juga attitude yang menentukan kelangsungan karir seseorang.

2. Kasus Asusila BTR Branz

Nama Jabran “Branz” Bagus, pro player Mobile Legends dari Bigetron Alpha (sekarang EVOS), juga pernah terseret skandal pro player besar pada Mei 2021. 

Saat sedang melakukan siaran langsung, Branz lupa mematikan live stream miliknya dan secara tidak sengaja memperdengarkan suara desahan wanita. Cuplikan itu dengan cepat tersebar luas di internet dan membuat komunitas heboh.

Akibat skandal pro player tersebut, Bigetron Alpha memberikan sanksi tegas dengan mencabut hak Branz tampil selama satu bulan dan melarangnya mengikuti MSC 2021. 

Meskipun akhirnya Branz bangkit dan melanjutkan karirnya, insiden ini menjadi pengingat bahwa tanggung jawab moral tetap penting, bahkan di luar pertandingan.

3. Pelecehan oleh EVOS Depezett

Skandal Pro Player Indonesia - Depezett
Foto: Instagram EVOS Depezett

Kasus skandal pro player paling baru dan serius datang dari EVOS Depezett. Pada Januari 2025, seorang penggemar dengan akun @sechaars_ mengunggah bukti percakapan pribadi dengan Depezett yang mengajaknya ke apartemen. 

Setelah permintaan maaf publik, muncul korban lain yang mengaku mendapatkan pesan tidak senonoh dan bahkan ditawari uang untuk melakukan panggilan video vulgar.

Kasus ini membesar karena semakin banyak korban yang berbicara. EVOS pun langsung bertindak cepat: mulai dari klarifikasi publik hingga pemutusan kontrak resmi. 

Pada 17 Februari 2025, EVOS Esports mengumumkan bahwa Depezett resmi dikeluarkan dari roster MPL ID Season 15. Kasus ini menjadi contoh nyata bahwa skandal pro player bisa menghancurkan reputasi dalam sekejap.

Baca Juga: 3 Alasan Kenapa ONIC Kairi Jadi FMVP MPL ID S16, Memang Pantas dan Layak

3 Alasan Banyak Terjadi Skandal Pro Player di Esports Indonesia

Fenomena skandal pro player tentu tidak muncul tanpa sebab. Ada beberapa faktor mendasar yang menyebabkan kasus-kasus ini sering terjadi di dunia esports Indonesia, terutama di kalangan pemain muda yang belum siap menghadapi ketenaran dan tanggung jawab besar.

1. Kaget karena Punya Uang Banyak

Banyak pro player di Indonesia meraih kesuksesan dan penghasilan besar di usia sangat muda. Gaji yang tinggi, hadiah turnamen ratusan juta rupiah, hingga kontrak endorsement membuat mereka hidup nyaman bahkan sejak remaja. 

Namun, sebagian dari mereka belum siap secara mental untuk mengelola uang dan popularitas yang datang tiba-tiba.

Kondisi ini membuat banyak pemain tergoda untuk menjalani gaya hidup glamor dan berlebihan. Ada yang berpesta, pamer barang mewah, bahkan terjebak dalam perilaku tidak pantas dengan perempuan. 

Rasa “bebas” karena punya uang sering kali menimbulkan kesalahpahaman bahwa segalanya bisa dibeli, termasuk perhatian lawan jenis. Akhirnya, skandal pro player pun bermunculan dari gaya hidup yang tak terkendali ini.

2. Merasa Tinggi Karena Popularitas

Liquid Aeronshikii
Sumber: Instagram liquid.aeronn

Popularitas seorang pro player bisa menyaingi artis hiburan. Mereka memiliki jutaan pengikut di media sosial, disorot media, dan dielu-elukan fans di setiap turnamen. 

Namun, tidak semua pemain mampu mengelola ketenaran ini dengan bijak. Ada yang menjadi sombong, merasa berkuasa, dan menggunakan statusnya untuk menggoda atau memanipulasi orang lain, terutama penggemar perempuan.

Faktor ini menjadi salah satu pemicu utama skandal pro player, di mana para pemain lupa batasan antara publik figur dan kehidupan pribadi. 

Mereka tidak menyadari bahwa setiap tindakan mereka diawasi publik. Mentalitas merasa “tidak bisa disentuh” atau “terlalu terkenal untuk salah” sering berujung pada kesalahan fatal yang menghancurkan karir mereka sendiri.

3. Tidak Berpendidikan dan Kurang Etika Sosial

Banyak pro player memulai karir di usia muda, bahkan sebelum menyelesaikan pendidikan menengah atau kuliah. Fokus mereka sepenuhnya tertuju pada latihan dan turnamen, tanpa banyak mendapat pembinaan etika atau pendidikan sosial yang cukup. 

Akibatnya, ketika ketenaran datang, mereka tidak siap secara emosional dan mental untuk menghadapinya.

Kurangnya pendidikan dan pengalaman hidup membuat beberapa pemain sulit memahami konsekuensi dari tindakan mereka. Mereka mungkin pandai membaca map di dalam game, tapi gagal membaca situasi di dunia nyata. 

Inilah mengapa skandal pro player sering kali muncul bukan karena niat jahat, tapi karena ketidaktahuan dan kurangnya bimbingan moral.

Organisasi esports sebenarnya mulai sadar akan pentingnya edukasi non-teknis ini. Banyak tim kini memberi pelatihan public speaking, etika media, hingga manajemen keuangan. Namun, tanpa kesadaran dari pemain itu sendiri, skandal pro player tetap akan sulit dihindari.

Baca Juga: 3 Perbedaan Filosofi ONIC Adi dan AE Xepher dalam Meracik Roster

Fenomena skandal pro player seharusnya menjadi refleksi bagi dunia esports Indonesia bahwa kesuksesan tidak hanya diukur dari jumlah kill atau trofi yang dimenangkan. 

Profesionalitas dan moralitas juga menjadi aspek penting dalam membangun reputasi pemain. Setiap skandal pro player yang mencuat bukan hanya merugikan individu, tetapi juga mencoreng citra tim, sponsor, dan komunitas secara keseluruhan.

Ke depan, tim esports dan organisasi perlu menanamkan nilai tanggung jawab sejak dini. Edukasi moral, pembinaan karakter, serta pengawasan media sosial perlu menjadi bagian dari sistem pembinaan pro player

Di sisi lain, para pemain juga harus sadar bahwa mereka adalah figur publik yang memiliki pengaruh besar, terutama bagi generasi muda.

Jika semua pihak bekerja sama menjaga integritas, maka dunia esports Indonesia bisa berkembang lebih sehat, profesional, dan bebas dari skandal pro player yang merusak citra industri.