
Di balik energi elektrik yang memancar dari setiap siaran pertandingan Delta Force, tersembunyi seorang ayah dua anak yang telah jatuh cinta pada dunia game sejak era Super Famicom. Rocky Yudhistira, atau yang lebih dikenal sebagai Rocky Roshow, membagikan perjalanan personalnya menuju puncak karir sebagai talent dalam wawancara eksklusif dengan Esportsnesia.
“Nama panjangku sebenarnya sangat panjang sampai setiap ujian sekolah dulu, lama sekali hanya untuk membulatkan nama,” ujarnya.
Perjalanan Rocky dalam dunia game telah dimulai sejak lama, melintasi berbagai generasi konsol dari Sega Genesis hingga mobile game. Pengalamannya yang cukup aktif mengikuti perkembangan FPS di Indonesia, mulai dari CS 1.1 hingga kompetitif di Point Blank, akhirnya membawanya menemukan passion pada Delta Force.
“Delta Force memiliki elemen yang sangat berbeda dengan genre FPS mobile lainnya. Dari player yang massive 24 vs 24 di mobile dan 32 vs 32 di PC membuat game ini sangat tinggi action-nya dan membuatku bisa merasakan keseruannya terus,” jelasnya.

Asal-usul Nama Roshow
Banyak spekulasi bermunculan mengenai asal-usul nama Roshow yang melekat pada identitas digitalnya. Rocky dengan jujur mengungkapkan bahwa nama tersebut memang berasal dari namanya sendiri, Rocky.
“Banyak orang yang mengira Roshow ini dari ‘Rocky – Show’, lalu ada juga yang mengira RO dari Ragnarok Online karena aku sempat lama bermain game itu. Namun pada akhirnya aku mengiyakan kalau Roshow itu dari namaku Rocky,” tuturnya.

Filosofi di Balik Mikrofon
Sebagai caster, Rocky tidak sekadar mendeskripsikan permainan, tetapi menciptakan narasi yang emosional dan menghibur.
Ia mengungkapkan bahwa analisis teknisnya terbentuk dari pengalaman bermain yang mendalam, sementara elemen storytelling-nya terinspirasi dari berbagai sumber.
“Untuk narasi sendiri biasanya ada beberapa yang aku coba kaitkan dengan misalkan film, anime atau berita yang aku lihat. Selain itu juga aku coba untuk mencari kosakata dari mana saja, mungkin dari film atau anime, atau dari teman-teman saat streaming, dari sosmed dll supaya tidak mengulang kata-kata yang sama,” paparnya.
Momen Tak Terlupakan
Dari ratusan jam siaran, terdapat satu momen yang paling membekas dalam ingatannya, yakni saat ia membawakan pertandingan perwakilan Indonesia melawan tim luar negeri.
“Dari tim Indonesia sudah unggul duluan di 2 game pertama, namun lawannya coba melakukan comeback. Di momen penentuan itu tim Indonesia tidak berhasil mendapatkan poin kemenangannya dan tanpa sadar aku sampai ikut menangis meski sudah coba kutahan,” kenangnya dengan nada haru.
“Menurutku itu masih jadi momen yang luar biasa meski tim perwakilan Indonesia kalah tapi perjuangan mereka masih tetap kuingat.”
Jalani 2 Peran: Streamer dan Caster
Menjalani peran ganda sebagai streamer yang intim dengan audiens dan caster yang objektif tidak menjadi hambatan berarti baginya. Rocky mengaku tidak memiliki metode khusus dalam menjalani kedua peran tersebut.
“Saat streaming pun aku tidak berbeda jauh dari aku yang ada di dunia nyata, sedangkan mungkin saat menjadi caster dimana kita harus objektif itu sudah jadi kebiasaan saat sebelumnya aku ada di pekerjaan yang cukup dekat dengan dunia pers,” ujarnya.
Menjaga Api Kreativitas
Di tengah tuntutan konsistensi dalam industri esports, Rocky memiliki cara unik untuk menjaga kreativitasnya tetap menyala. Ketika mengalami kebuntuan ide, ia justru berinteraksi langsung dengan komunitasnya.
“Biasanya aku akan streaming dan bertanya langsung sama teman-temanku tentang content apa yang mereka mau dan sedang mereka cari. Dari situ biasanya akan muncul ide-ide yang lain,” ungkapnya.
“Kalau aku kelelahan dengan game kompetitif, aku suka banget buat main game RPG kayak Final Fantasy atau MMORPG seperti Ragnarok.”
Harapan untuk Calon Talent Muda
Meski merendah tentang kemampuan inovasinya, Rocky memiliki harapan jelas untuk generasi caster berikutnya. “Aku ingin caster-caster selanjutnya bisa memberi info jalannya game dan memberikan storytelling yang bisa bikin penonton tertawa dan juga membuat penonton tegang,” harapnya.
Berdasarkan perjalanannya, Rocky memberikan tiga nasihat mendasar bagi mereka yang bercita-cita mengikuti jejaknya. “Yang paling penting kemauan dulu, setelah itu mereka harus coba merealisasikannya,” tegasnya.
“Carilah role model untuk caster/streamer, setelah menemukan role model tersebut coba cocokkan kembali dengan gaya kita sendiri, dan yang terakhir kembangkan terus ke arah yang kita mau. Tapi perlu diingat di era sekarang ada kalanya kita juga mengetahui arah pasar menuju kemana,” tambahnya.

Refleksi Akhir dan Makna Sebuah Perjalanan
Ketika ditanya tentang warisan yang ingin ditinggalkannya, Rocky menjawab dengan penuh makna: “Aku ingin suatu hari nanti orang ingat kalau ada seseorang yang sangat mencintai game dari masa kecilnya dan akhirnya bisa mengakhiri ceritanya juga di game.”
Ia menutup dengan pesan yang dalam:
“Kalau kalian punya mimpi untuk berkecimpung di dunia esports/game, temukan jalannya dari sekarang. Dulu sempat mau kompetisi di PB, tapi tahun 2012 esports belum sebesar sekarang. Pernah juga melamar di perusahaan game/esports dari tahun 2014 tapi tidak diterima juga, dan ternyata jalannya menjadi streamer dan caster dari tahun 2020 sampai sekarang.”
Perjalanan Rocky Roshow membuktikan bahwa passion yang dijaga konsistensinya pada akhirnya akan menemukan jalannya sendiri. Ini adalah sebuah pelajaran berharga tidak hanya bagi calon talent esports, tetapi bagi siapapun yang memiliki mimpi.




















