Dari Game Jam ke Gamescom: Perjalanan Epik Cliffbite Studio Membawa Dongeng ke Panggung Dunia dengan “Once Upon A Kingdom”

Cliffbite Studio

Esportsnesia mendapatkan kesempatan eksklusif untuk berbincang dengan Hana, CEO dan Founder Cliffbite Studio, developer indie asal Indonesia yang sedang menanjak. Studio ini sedang mempersiapkan game terbaru mereka, “Once Upon A Kingdom“, sebuah game city-building yang diramu dengan elemen tower defense dan dibalut dengan cerita dongeng yang unik.

Berikut adalah petikan wawancara kami yang mengulik lebih dalam tentang game, tantangan development, dan visi besar mereka untuk industri game Indonesia.

Profil: Dari 3D Artist ke Pendiri Studio Game Berprestasi

Hana
Hana, Founder Cliffbite Studio

Hana bukanlah nama baru di dunia game Indonesia. Dengan pengalaman selama 5 tahun, perjalanannya dimulai sebagai seorang 3D Artist dan Animator.

Pada 2022, ia bersama Panitia Game menelurkan The Chef’s Shift, sebuah game yang sukses mendulang 8 penghargaan internasional, termasuk Best Asia Game dan puncaknya, Game of The Year.

Kesuksesan itu berlanjut dengan Cookard yang berhasil meraih lebih dari 150.000 pemain dan 2.000+ review positif di Steam.

Pencapaian gemilang inilah yang akhirnya mendorongnya mendirikan Cliffbite Studio bersama Winner Insanjaya.

Kini, mereka fokus mengembangkan Once Upon A Kingdom, game yang berawal dari Game Jam dan telah memenangi 2 penghargaan nasional di TSA Game Fest dan NUON Battle Pitch di IGDX. Prestasinya bahkan membawa game ini hingga tampil di panggung dunia seperti Gamescom Jerman dan PAX West Amerika.

Inspirasi dan “Jiwa” Game: Santai, tapi Tetap Strategis

Terinspirasi dari kegemarannya bermain game city-building seperti Cities: Skylines dan game tower defense Clickyland, Hana ingin menciptakan pengalaman yang berbeda. Ia melihat peluang untuk menggabungkan kedua genre tersebut dengan porsi yang lebih seimbang.

“Saya ingin pemain merasakan nuansa santai namun dengan sedikit tantangan,” ujar Hana.

Clickyland itu addictive, tapi bisa terasa overwhelming karena basisnya tower defense. Di Once Upon A Kingdom, kami balik; basisnya adalah city-building yang santai, dan tower defense-nya adalah bumbu penyedap.”

Lalu, apa yang membuat game ini spesial? Cliffbite Studio tidak hanya sekadar mencampur genre, tetapi juga menyuntikkan elemen “Dongeng” ke dalamnya.

Pemain akan membangun kota-kota berdasarkan cerita dongeng dan konspirasi fiktif yang dihidupkan kembali.

once upon a kingdom

Dengan sistem kartu, pemain harus membangun dengan strategis dan membuat pilihan terbaik untuk menghadapi perubahan musim dan event global yang dinamis.

Setiap kali bermain, peta dan tantangannya akan selalu berubah, menjanjikan replayability yang tinggi.

Jika harus dirangkum dalam tiga kata, Hana menyebutnya: Dongeng, Rebuild, Strategy. Tiga kata ini merepresentasikan inti dari pengalaman bermain yang mereka tawarkan.

Menghubungkan dengan Gamer Indonesia dan Respons yang Berkesan

Menargetkan genre yang cukup niche di Indonesia, Hana justru melihatnya sebagai peluang. “Yang menarik justru karena jarang yang membuat game serupa di Indonesia, itu bisa menjadi batu loncatan kami untuk terlihat,” katanya.

Daya tarik visual yang lucu dan mekanik yang unik selalu menjadi pembeda mereka di setiap event.

Respons pemain selama fase playtest menjadi bahan bakar terbesar bagi tim. Mulai dari masukan tentang flow tutorial, balancing resources, hingga desain aset, semua didengarkan dengan saksama.

“Kami tidak akan sejauh ini tanpa masukan pemain… Semua masukan yang baik, selalu berkesan dan selalu kami pikirkan,” kenang Hana. Bahkan, komentar sederhana seperti, “Aku mampir soalnya game-nya kelihatan lucu,” adalah sebuah “momen kemenangan kecil” yang memberi semangat untuk terus berkembang.

Tantangan dan Visi Besar Game Indonesia di Mata Dunia

Seperti kebanyakan developer indie, tantangan terberatnya terletak pada aspek balancing, mulai dari ekonomi, resources, hingga feedback visual agar pemain merasa nyaman dan engaged.

Namun, di balik semua tantangan, optimisme Hana terhadap masa depan game Indonesia sangat besar. Ia menyebutkan sederet nama seperti Space from the Unbound, Coral Island, Agni, dan Act of Blood sebagai bukti bahwa SDM Indonesia tidak kalah hebat di kancah global.

“Indonesia tidak pernah kekurangan orang-orang jago… Dengan game city building pertama kami ini, kami berusaha yang terbaik untuk menunjukkan bahwa kami juga bisa menghasilkan game yang berkualitas.”

Jika Once Upon A Kingdom sukses, impian Hana dan Cliffbite Studio cukup sederhana: tetap menjadi studio indie yang konsisten membuat game dengan genre management dan visual 2.5D yang lucu sebagai core identity mereka.

Dan sebagai penutup, Hana berharap suatu hari nanti pemain akan mengenang game ini dengan kesan:

“Dulu aku pernah main game city building jadi Firaun yang dibawa alien untuk bangun piramida dan peradaban… Rasanya seperti dongeng.”

Bagaimana Kamu Bisa Mendukung?

Cliffbite Studio sangat membuka diri untuk dukungan dan masukan dari komunitas. Untuk membantu perjuangan mereka, kamu bisa:

  1. Wishlist game “Once Upon A Kingdom” di Steam. Ini sangat membantu visibility game!
  2. Follow perkembangan terbaru di Instagram mereka: @cliffbitegame
  3. Saat game dirilis nanti, berikan feedback dan kritikan yang membangun tentang flow dan perasaan kamu saat memainkannya.

Dukunganmu bukan sekadar angka, tapi bahan bakar untuk terus membuktikan bahwa game Indonesia bisa go international!