Dari Game Jam ke Steam: Renala Games Hadirkan ‘House of Everlast’, Game Puzzle Platformer Penuh Sentuhan Hati

Dari Game Jam ke Steam: Renala Games Hadirkan 'House of Everlast', Game Puzzle Platformer Penuh Sentuhan Hati

Dalam industri game indie Indonesia yang semakin semarak, nama Renala Games muncul dengan proyek pertamanya yang ambisius: House of Everlast.

Di balik studio ini terdapat Tirza, seorang lulusan Sistem Informasi UPH Surabaya yang memimpin tim kecil ini dengan visi yang jelas.

Dalam wawancara eksklusif dengan Esportsnesia, Tirza membongkar perjalanan pembentukan studio, filosofi di balik House of Everlast, serta tantangan nyata yang dihadapi developer indie di Indonesia.

Dari Tugas Kuliah ke Studio Profesional: Awal Mula Renala Games

Dari Game Jam ke Steam: Renala Games Hadirkan 'House of Everlast', Game Puzzle Platformer Penuh Sentuhan Hati
(ki-ka) Candra Irawan (Co-Founder & COO), Tirza Artahsasta (Co-Founder & CEO) di IGDX 2024 Bali

Kecintaan Tirza pada dunia game sudah dipupuk sejak dini, berawal dari perkenalan oleh sang ayah. Namun, keputusan untuk terjun ke game development diambilnya setelah menyelesaikan studi sarjananya.

“Setelah lulus kuliah, saya mendedikasikan satu tahun untuk belajar secara mandiri secara online, salah satunya melalui Udemy,” jelas Tirza mengenai persiapannya.

Renala Games sendiri berawal dari sebuah kelompok tugas kuliah di Jakarta. Tirza kemudian bergabung dengan mereka untuk mengikuti sebuah Game Jam pada 2022. Pengalaman kolaborasi inilah yang menjadi titik balik.

“Setelah game jam, kami bersama-sama memutuskan untuk membawa Renala Games ke jenjang yang lebih profesional. Dari sanalah saya menjadi co-founder dan dipercayai untuk memimpin studio sebagai CEO,” ujarnya.

Nama “Renala” sendiri terinspirasi dari sebuah tantangan dalam game Elden Ring.

“Rekan saya kesulitan melawan boss bernama Rennala, Queen of The Moon. Nama itu lalu menginspirasi kami karena bagus dan melambangkan semangat kami untuk menaklukkan tantangan yang tak ada habisnya, layaknya game souls-like,” papar Tirza mengenai filosofi nama studionya.

Tim inti Renala Games terbentuk dari jejaring pertemanan yang saling mempercayai dan memiliki passion yang sama.

“Studio awalnya menjadi wadah anak-anak muda yang memiliki passion membuat game. Lalu, mulai tahun 2023 kami memutuskan untuk menjadikannya studio game yang serius untuk terjun ke industri,” tambahnya.

Mengungkap ‘Jiwa’ House of Everlast: Puzzle, Emosi, dan Inovasi Kontrol

Dari Game Jam ke Steam: Renala Games Hadirkan 'House of Everlast', Game Puzzle Platformer Penuh Sentuhan Hati

House of Everlast bukan sekadar game puzzle platformer biasa. Di balik judulnya yang puitis, tersimpan konsep naratif yang dalam tentang arti eksistensi.

“Kami ingin menyampaikan bahwa manusia itu seperti kepingan puzzle. We exist so we all fits together,” tutur Tirza tentang pesan inti game tersebut.

Premis ceritanya mengikuti perjalanan Nala, seorang tokoh utama yang merasa dirinya tercipta secara tidak sengaja.

“Nala merasa demikian terutama setelah adiknya mengalami kecelakaan fatal karena kelengahannya. Merasa tidak berarti, dia kabur dari rumah agar tidak menjadi beban, namun justru terjebak di rumah berhantu dan harus membantu para penghuninya beristirahat dengan tenang,” jelas Tirza.

“Ini yang akan menjadi titik balik bagi Nala; bahwa dirinya memang diciptakan untuk suatu tujuan, termasuk menenangkan jiwa yang tersesat.”

Dari segi gameplay, House of Everlast menawarkan mekanik yang menjadi pembeda utama.

“Kami menerapkan multi-character control dalam waktu bersamaan. Nala digerakkan menggunakan keyboard dan Mr. G (karakter hantu) digerakkan menggunakan mouse. Mereka, manusia dan hantu, harus bekerja sama untuk melewati rintangan,” jelas Tirza tentang mekanik inovatif yang memadukan ketangkasan fisik Nala dengan kemampuan merasuki benda-benda milik Mr. G.

Tak hanya gameplay, atmosfer audio juga menjadi perhatian khusus. Tirza sendiri yang bertindak sebagai komposer.

“Saya sendiri yang menulis dan memproduksi musik hingga siap dimasukkan ke dalam game. Prosesnya, saya berkolaborasi dengan Candra sebagai game designer untuk memahami detail dan suasana yang dibutuhkan, lalu menulis draft untuk di-review sebelum akhirnya dipoles,” ceritanya tentang proses kurasi musik yang menghanyutkan itu.

Strategi, Umpan Balik, dan Tantangan Nyata Developer Indie

Showcase House of Everlast di Game Prime 2024, Jakarta
Showcase House of Everlast di Game Prime 2024, Jakarta

Renala Games secara jelas menyasar pasar pemain yang menyukai puzzle platformer dengan cerita yang emosional. Langkah strategis merilis demo di Steam pun telah mereka ambil, dengan hasil yang menggembirakan.

Feedback yang kami terima sejauh ini positif. Kami melihat antusiasme pemain yang menunggu rilis game lengkapnya, dan ada pula yang memberi pujian pada berbagai aspek elemen dalam game, seperti musik, art, dan keunikan gameplay-nya,” kata Tirza.

Namun, di balik antusiasme tersebut, tantangan terbesar yang mereka hadapi sangat nyata: pendanaan.

“Kami mengembangkan game ini sepenuhnya bootstrap dan tidak mendapatkan bantuan funding dari pihak luar,” ujarnya.

Ini adalah realitas yang dihadapi oleh banyak studio indie di Indonesia, di mana kreativitas sering kali harus berhadapan dengan keterbatasan finansial.

Harapan: Dampak, Bukan Hanya Angka Penjualan

Dari Game Jam ke Steam: Renala Games Hadirkan 'House of Everlast', Game Puzzle Platformer Penuh Sentuhan Hati

Meski dibayangi tantangan dana, harapan Tirza untuk House of Everlast tetaplah substantif. Baginya, kesuksesan tidak semata diukur dari angka.

“Kami hanya ingin House of Everlast dapat berdampak bagi pemain dan pesan moral yang ingin kami sampaikan dapat diterima. Sebagai game pertama dengan funding yang sedikit, kami tidak mengharapkan angka penjualan yang besar. Kami ingin menjadikan game ini sebagai portofolio kami dan pembuka jalan bagi kesuksesan game kami selanjutnya,” ungkapnya dengan nada optimis.

Harapan ini juga ia sandingkan dengan dukungan untuk ekosistem yang lebih besar.

“Saya berharap komunitas game developer bisa saling mendukung dan studio-studio indie Indonesia dapat mencapai keberhasilan. Dukungan dari para gamer Indonesia bisa dilakukan dengan membeli game lokal, memberikan feedback yang jujur, dan bagi content creator lokal untuk lebih sering membuat konten mengenai game-game karya anak bangsa,” pesannya.

Untuk para calon game developer di tanah air yang masih ragu, Tirza memiliki kata-kata penyemangat yang tegas dan masuk akal.

“Identifikasi ketakutan kalian. Jika takut karena kurang pengalaman, carilah kerja ke studio game yang dapat memberikan kalian pengalaman. Jika takut karena takut gagal, gagallah lebih cepat. Karena tanpa kegagalan, kalian tidak akan pernah berhasil. Dengan gagal lebih cepat, kalian dapat belajar lebih cepat, dan dari situ kalian bisa semakin dekat dengan keberhasilan lebih cepat,” tutupnya.

Dengan House of Everlast, Tirza dan Renala Games tidak hanya sekadar membuat game, tetapi juga menanamkan sebuah pesan tentang ketangguhan, baik dalam narasi game mereka maupun dalam perjalanan nyata mereka sebagai developer indie Indonesia.


Artikel ini ditulis berdasarkan wawancara eksklusif Esportsnesia dengan Tirza, Founder & CEO Renala Games. Demo ‘House of Everlast’ sudah dapat diakses di Steam.