Belakangan ini sedang hangat diperbincangkan mengenai freeze contract di esports, lalu apa itu freeze contract di esports? Dan apa dampak besarnya jika seorang pemain sampai terkena hal itu?
Esports di Indonesia bisa dikatakan selalu berkembang tiap tahunnya, yang awalnya tidak terkoordinasi dengan baik, hingga saat ini sudah diakui baik itu di mata hukum dan negara.
Popularitasnya yang terus meningkat menarik perhatian banyak pihak, termasuk investor, sponsor, hingga media. Namun, di balik gemerlapnya panggung kompetisi, terdapat berbagai isu yang perlu mendapatkan perhatian.
Salah satunya adalah praktik “freeze contract.” Istilah ini merujuk pada situasi di mana pemain atau staf tim terikat kontrak dengan klub tanpa kesempatan untuk berpindah tim atau mencari peluang lain, bahkan setelah kontrak mereka berakhir.
Baca Juga: 3 Cara Menghubungi Customer Service ML dan Mengamankan Akun Mobile Legends
Apa Itu Freeze Contract di Esports?
Buat yang bertanya apa itu freeze contract di esports? Hal ini adalah kondisi di mana pemain atau staf tetap terikat kontrak secara tidak langsung meskipun masa kontrak formal telah berakhir.
Hal ini terjadi karena organisasi sengaja menahan pemain dalam status kontrak atau menolak memberikan pelepasan resmi, yang menyebabkan pemain tersebut tidak bisa bernegosiasi dengan tim lain.
Praktik ini sering kali menciptakan kebingungan dan ketidakpastian bagi para pelaku esports, terutama ketika ingin mencari tim baru.
Freeze contract sering kali menjadi alat bagi organisasi untuk mempertahankan kendali atas pemain yang mereka anggap sebagai aset berharga meskipun mereka tidak memiliki rencana aktif untuk menggunakan pemain tersebut di masa depan. Situasi ini menjadi dilema etika yang serius dalam dunia esports.
Namun tidak jarang juga manajemen esports terpaksa melakukan freeze contract karena sang pemainnya sendiri melanggar beberapa aturan yang sudah tertera di kontrak, sehingga pihak manajemen memang berhak melakukan freeze contract.
Ketidaksetujuan Coach Yeb tentang Freeze Contract
Mantan pelatih ONIC Esports yang kini telah menjadi Vice President landak kuning mengemukakan ketidaksetujuannya terkait aturan freeze contract di esports, yang sebenarnya sudah lumrah di organisasi esports baik itu di Indonesia ataupun luar.
“Saya mau bahas tentang sesuatu yang mungkin belum terlihat oleh mata kalian. Jadi, selama ini sudah ada banyak (player) yang terkena skill Aurora guys, di-freeze (kontraknya). Mungkin (telah terjadi) di seluruh dunia.
Saya ingin membahas mengenai hal ini untuk bantu semua pemain (saat ini) dan pemain ke depannya. Seharusnya hal ini tidak bisa (tidak boleh terjadi), guys. Freeze (kontrak) itu tidak bisa, dari (secara) hukum di Filipina, dan seharusnya hampir sama atau mirip hukum di Indonesia dan di seluruh dunia.
Kenapa saya ingin membahas mengenai hal ini, karena anak-anaknya (para pemain) kasihan, guys. Mereka sudah tidak bisa bekerja sebagai pemain, tidak bisa mengejar mimpi mereka, dan jujur anaknya lebih memilih main di esports daripada masuk sekolah. Jadi, seperti apa masa depan mereka?
Saya kenal satu pemain (yang terkena freeze contract) dan yang saya bangga sekali bahwa ONIC tidak pernah (melakukannya), guys. Jadi, salut (buat) ONIC. Terima kasih,” tutur Yeb.
Komentar DeanKT Tentang Apa Itu Freeze Contract di Esports
Mantan Vice President EVOS Esports, Aldean Tegar atau yang kita kenal sebagai DeanKT juga ikut angkat suara mengenai apa itu freeze contract di esports, dan penerapannya ketika dia masih di EVOS.
DeanKT menjelaskan bahwa dirinya setuju tidak setuju mengenai freeze contract, tapi yang perlu dipahami adalah pihak organisasi esports pasti ada alasan mengapa sampai harus melakukan freeze contract.
“Kalau dari saya guys, saya setuju tidak setuju. Kenapa? Jadi, masalah Freeze Contract itu apa sih? Bagi yang tidak tahu dari zaman saya sudah ada (masalah) Freeze Contract. Freeze Contract itu adalah, membekukan kontrak tapi durasi (kontraknya) masih berjalan.
Ini sepengalaman saya, tidak tahu kalau di tim lain berbeda maaf. Kontraknya dibekukan, durasi (kontraknya) masih berjalan tapi tidak digaji, jadi dia tidak digaji di (tim) esports. Dia tidak bermain juga, jadi namanya di-freeze.
Kenapa bisa di-freeze? Orang yang sudah kena freeze, itu adalah jalan terakhir yang dilakukan oleh manajemen (tim) esports, sepengalaman saya.
Kalau dia melakukan kesalahan di dalam kontrak, itu satu. Kedua, dia melakukan kesalahan apa? Ada bermacam-macam, di kontrak ada (tertera) jelas sepengalaman saya. Pemain itu melakukan kesalahan yang tertulis di kontrak bahwa, seluruh kewajiban pemain tertulis.
Harus kompetitif, harus melakukan tugas di GH, latihan, dan lain-lain. Biasanya pada zaman saya, kalau (pemain) sudah kena freeze berarti dia tidak mau melakukan apa instruksi dari manajemen. Dia itu sudah tanda tangan kontrak pasti sudah dijelaskan ada freeze ada apa-apa.
Mungkin maksud Coach Yeb ini dia mau menghilangkan pasal freeze itu. Menurut saya (jangan) dihilangkan juga, pasal freeze itu tidak apa-apa tapi kalau (menghadapi) masalah yang parah sekali.
Kenapa pasal freeze dibuat? Sebenarnya bukan cuma di Indonesia, di luar juga ada soal membekukan kontrak. Karena, biar pemain itu tidak semena-mena,” tegasnya.
“Kalau pemain tidak mau main atau bagaimana, di situlah gunanya pasal freeze. Bukan berarti manajemen mematikan karier, sepengalaman saya kalau sudah di-freeze pasti diberikan penawaran lain.
Jadi ambil banyak schedule untuk sponsorship, satu. Jadi talent, dua, atau ditawarkan jadi streamer atau ditawarkan untuk pindah tim,” jelasnya panjang lebar.
Baca Juga: Serba Serbi Film Horizon Zero Dawn yang Sedang Digarap, Harus kalian Tahu!
Dampak Freeze Contract pada Pemain dan Industri Esports
Setelah mengetahui apa itu freeze contract, kalian juga harus mengetahui dampaknya, baik pada pemain maupun pada perkembangan industri esports secara keseluruhan.
Berikut adalah beberapa dampak signifikan:
-
Karier Pemain Terhambat
Pemain yang terkena freeze contract sering kali kehilangan kesempatan untuk berkembang. Mereka tidak dapat bergabung dengan tim lain, yang mengakibatkan stagnasi dalam karir mereka. Hal ini juga mempengaruhi reputasi pemain di mata komunitas.
-
Ketidakstabilan Ekosistem Esports
Praktik ini menciptakan ketidakstabilan dalam ekosistem esports. Tim-tim kesulitan untuk merekrut pemain berkualitas karena adanya hambatan kontrak. Hal ini dapat memperlambat pertumbuhan kompetisi secara keseluruhan.
-
Dampak Psikologis
Tidak hanya berdampak pada karir, freeze contract juga mempengaruhi kondisi psikologis pemain. Ketidakpastian mengenai masa depan mereka dapat menyebabkan stres dan penurunan motivasi.
Baca Juga: Bocoran Game GTA 6: Tanggal Rilis Hingga Lokasi Rahasia
Upaya untuk Mengatasi Masalah Freeze Contract
Mengatasi masalah freeze contract membutuhkan kolaborasi antara berbagai pihak dalam industri esports, termasuk organisasi, pemain, dan regulator. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan:
-
Regulasi yang Jelas
Regulator esports perlu memperkenalkan aturan yang tegas untuk melindungi hak pemain. Hal ini mencakup batasan terhadap durasi kontrak, transparansi dalam proses transfer, dan pengawasan terhadap praktik-praktik yang merugikan seperti poaching.
-
Meningkatkan Kesadaran
Komunitas esports perlu lebih banyak mendiskusikan isu ini untuk meningkatkan kesadaran. Dengan meningkatnya tekanan dari komunitas, organisasi mungkin akan berpikir dua kali sebelum menerapkan freeze contract.
-
Pendirian Serikat Pemain
Seperti dalam olahraga tradisional, serikat pemain dapat membantu melindungi hak-hak pemain esports. Serikat ini dapat menjadi wadah untuk menyuarakan aspirasi pemain dan memastikan mereka mendapatkan perlakuan yang adil.
-
Kontrak yang Lebih Transparan
Organisasi perlu menerapkan kontrak yang lebih transparan, termasuk menjelaskan hak dan kewajiban pemain dengan detail. Ini akan meminimalkan potensi kesalahpahaman dan konflik di masa depan.
Itulah penjelasan mengenai apa itu freeze contract di esports, semoga esports di Indonesia ke depannya semakin lebih baik, ya!