Tips Membangun Komunitas Esports di Universitas

2550
tips membangun komunitas esports indonesia

Ingin mendapatkan restu dan dukungan dari pihak rektorat kampus untuk komunitas esports yang kamu sukai atau naungi? Atau, kamu sedang menggaruk-garuk kepala bagaimana caranya untuk bisa menjalankan komunitas esports yang sehat dan kuat di lingkungan universitas?

Jangan khawatir. Di tulisan kali ini kita akan belajar dari Sam Hine, salah satu pendiri Warwick Esports yang merupakan  sebuah masyarakat esports dari University of Warwick.

Penasaran dengan apa saja tips-tips yang bisa kamu gunakan untuk mengembangkan komunitas esports-mu di kampus? Yuk simak selengkapnya!

Tips Membangun Komunitas Esports

Jalin relasi dengan organisasi esports yang ada

Kamu bisa terus berinteraksi dengan organisasi atau asosiasi esports yang ada di kotamu. Sebut saja organisasi seperti PB ESI (Pengurus Besar Esports Indonesia) atau IeSPA (Indonesia Esports Association) yang masing-masing memiliki cabang di kota/daerah.

Pastikan kamu terhubung dengan mereka dan selalu mencari dukungan atau bantuan kepada mereka, baik itu dalam hal dukungan acara, penyiaran, maupun peningkatan kapasitas.

Aktif di media sosial

Terus perbaharui konten media sosial kamu secara teratur dengan berbagai aktivitas, baik itu dari hasil permainan, interaksi dengan pemain, maupun keseruan acara yang berlangsung. Aktif di media sosial dapat membantu komunitas dalam mendapatkan sponsor.

Mempublikasikan acara dan performa hasil permainan timmu ke dunia yang lebih luas tidak hanya berarti orang-orang akan lebih tahu tentang komunitasmu, tetapi juga memberikanmu gambaran analitik terhadap demografi siapa-siapa saja yang peduli dengan aktivitas komunitas esports-mu.

Pastikan kamu dan komunitas eksis di berbagai platform media sosial populer seperti Facebook, Instagram dan YouTube. Pastikan kamu memiliki konten-konten yang menarik yang bisa memancing para audiens untuk bisa mengenal komunitasmu lebih dekat.

Kelak, jika akun media sosialmu telah berkembang, bukan hal yang mustahil jika kamu dilirik dan diajak untuk bekerja sama menggarap suatu projek.

Carilah sosok coach/pelatih untuk tim

Para anggota yang tergabung ke dalam komunitas esports yang kamu bentuk pastinya ingin meningkatkan kemampuannya, dan jika memungkinkan, sebagian dari mereka tentu ingin bisa menjadi kompetitif mengikuti turnamen-turnamen esports.

Menanggapi kebutuhan ini, tentunya diperlukan sosok seorang coach, layaknya tim profesional, untuk bisa membantu dan membimbing para anggota untuk mengembangkan kemampuannya.

Di sisi lain, jikalau kamu tidak memiliki akses terhadap coach tersebut, kamu bisa juga mengajak anggota senior atau yang lebih berpengalaman untuk memperhatikan perkembangan kemampuan anggota komunitas.

Menjadi seorang coach esports di komunitas tentunya adalah sebuah kesempatan untuk mengasah skill coaching dalam lingkungan yang tergolong aman (tidak beresiko tinggi).

Ke depannya sang coach komunitas juga bisa menggunakan pengalaman ini sebagai batu loncatan (baca:portofolio) untuk melamar ke organisasi esports yang sungguhan kompetitif.

Merekrut anggota komunitas

Untuk bisa menggapai semua agenda, visi, dan misi dari suatu komunitas, tentunya diperlukan anggota yang aktif dan berdedikasi untuk membesarkan “rumah keduanya”.

Oleh sebab itu, sudah pasti setiap komunitas itu harus melakukan perekrutan, dan terus dilakukan setiap waktu demi menjaga regerenasinya.

Dalam melakukan perekrutan, tentunya kamu perlu melakukan penyaringan lamaran anggota. Memang menggiurkan jika ketika kita membuka sebuah lowongan anggota, dan langsung disambut dengan begitu deras dari pasar. Namun, kita juga perlu menyadari kapasitas kita, apakah kita sungguh mampu untuk bisa langsung menampung sebegitu banyak anggota?

Jika semua yang melamar tergolong “baik” dan sangat sayang untuk dilewatkan, maka paling tidak, kamu perlu menyusun struktur dan juga cara mengelola kegiatan komunitas agar bisa berjalan dengan efektif dan efisien.

Tidak hanya itu, kamu juga perlu membiasakan aktivitas “delegasi” serta memberikan kesempatan untuk mencoba kepada anggota yang tertarik untuk melibatkan dirinya dan berkontribusi bagi komunitas.

Tidak ada yang anggota tertarik untuk berkontribusi? Maka itu adalah tugas sang pemimpin untuk bisa memberikan dorongan atau menginspirasi tiap anggota untuk terlibat dan mengembangkan diri.

Ke depannya, kamu juga harus mempersiapkan tiap anggota yang bergabung untuk mengemban jabatan-jabatan tertentu.

Bantu anggota komunitasmu mencapai target yang ingin mereka raih

Dalam menjalan komunitas esports yang berkelanjutan, sang pencetus haruslah mampu menjelaskan apa-apa saja yang akan dilakukan oleh komunitas, beserta dengan target besarnya.

Hal ini sangat penting untuk dilakukan. Tujuannya tidak lain adalah untuk menjadi sebuah pengingat bagi para anggota akan tujuan mereka berada di komunitas ini.

Sebagian anggota akan memiliki target untuk bisa menjadi pro player. Sebagian lagi mungkin ingin menjadi konten kreator di esports, atau menjajaki karir lainnya yang tersedia di industri ini.

Kebutuhan tiap anggota ini perlu untuk diakomodir, dan kamu tidak harus mengerjakan semuanya sendirian. Kamu bisa juga menghubungi para pegiat esports yang ada untuk membantu kegiatan komunitasmu.

Bagaimana? Tentunya dengan memanfaatkan media sosial yang kini sangat memudahkan kita untuk bisa menghubungi tokoh-tokoh keren. Dengan track record akun media sosial yang aktif, kamu akan memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk menerima respon dari pihak yang ingin kamu ajak kolaborasi.

Dengan menghadirkan tokoh-tokoh esports tersebut untuk menginspirasi para anggota, tentunya hal ini akan menjadi sangat bermanfaat bagi anggota.

Selain itu, kamu juga bisa menghubungi asosiasi atau organisasi esports yang ada di daerahmu untuk membantu mengembangkan kapasitas anggota komunitasmu.

Mereka (pihak organisasi) tentu memiliki banyak pengalaman (dan koneksi) dalam berkomunikasi dengan orang-orang yang berada di dalam atau di luar industri esports.

Seandainya yang tersedia adalah orang-orang yang bukan berasal dari esports, namun jika mereka adalah orang-orang yang memiliki kemampuan yang relevan terhadap kebutuhan pengembangan diri anggota komunitas; hendaknya kamu tidak menutup pintu kesempatan untuk berkolaborasi.

Esports memang adalah sebuah tren baru, namun bukan berarti tidak ada hal lain di dunia ini yang memiliki unsur-unsur esports. Sebagai contoh, misalkan suatu hari nanti ada anggotamu yang berhasil menjadi seorang pro player tenar, anggota tersebut masih perlu dilatih dari segi public speaking agar bisa berkomunikasi di media dengan baik dan tepat.