Riot Games Dituntut Atas Budaya Diskriminasi dan Pelecehan Seksualnya

2184
Riot Games Dituntut Atas Budaya Diskriminasi dan Pelecehan Seksualnya

Tahu judul esports League of Legends? Gim populer yang dibuat oleh Riot Games ini kini dikabarkan sedang dituntut oleh karyawati dan juga mantan karyawatinya atas kasus diskriminasi dan pelecehan seksual, dimana perlakuan tersebut dijustifikasi sebagai pendorong “bro culture”.

Tuntutan yang berjumlah 42 halaman tersebut diajukan di Pengadilan Tinggi Los Angeles pada awal bulan November. Gugatan ini memuat banyak klaim tentang pelecehan verbal dan tertulis, objektifikasi dari karyawan Riot, pengaturan gaji yang tidak adil, serta diskriminasi pekerjaan.

Gugatan itu juga menggambarkan proses perekrutan Riot yang bias secara gender. Riot mencari “core gamers”, dimana core gamers diyakini hanya bergender laki-laki.

Mantan karyawati Riot yang bernama Jessica Negron, mengklaim dalam gugatan tersebut bahwa tidak lama setelah dia bergabung dengan perusahaan, dia ditugaskan untuk memegang tanggung jawab pekerjaan manajernya yang baru berhenti.

Namun, Jessica mengatakan bahwa dia tidak diberikan perubahan jabatan ataupun penambahan gaji meskipun dia telah mengerjakan pekerjaan tambahan dari mantan manajernya.

Selain itu, Melanie McCracken yang saat ini bekerja sebagai karyawati di Riot mengklaim bahwa dia juga melihat dan mengalami diskriminasi seksual di bawah pengawasan Jin Oh saat Jin menjadi kepala divisi operasional internasional di Riot.

Negron dan McCracken adalah penggugat utama dalam gugatan ini, dimana gugatan yang mereka layangkan ini juga merupakan gugatan kelompok untuk karyawati perempuan yang saat ini sedang atau sebelumnya pernah bekerja di Riot Games, yang pernah dilecehkan secara seksual ataupun mengalami perlakuan diskriminasi di tempat kerja mereka.

Para penggugat meminta ganti rugi, seperti menggantikan gaji yang tidak dibayarkan yang seharusnya mereka terima dan juga biaya hukum. Akan tetapi, tidak ada nominal spesifik yang dituntut dalam gugatan.

Gugatan ini juga didukung oleh artikel Kotaku di bulan Agustus lalu yang melaporkan adanya diskriminasi terorganisir terhadap para karyawan perempuan di perusahaan Riot. Dalam laporan tersebut, Kotaku telah mewawancarai 28 karyawati Riot Games dan juga karyawan yang pernah bekerja di sana.

Dalam menanggapi laporan tersebut, Riot Games mengaku telah menyusun langkah-langkah yang diperlukan untuk menghentikan budaya seksisme yang terjadi di dalam perusahaannya. Riot Games juga meminta maaf kepada seluruh komunitas gamer yang ada.

Sebagai wujud upaya untuk memperbaiki budaya misoginis tersebut, Riot merekrut Frances Frei, mantan eksekutif dari Uber yang pernah memperbaiki isu-isu seputar budaya perusahaan.

Intisari

  • Riot Games tengah digugat oleh karyawati dan mantan karyawatinya.
  • Berita ini menyusul laporan investigasi khusus Kotaku mengenai budaya seksisme sistematis yang terdapat di dalam Riot Games.
  • Riot Games telah merencanakan solusi untuk menangani masalah misoginis yang ada di kantor mereka.

(Disadur dari The Esports Observer; Disunting oleh Satya Kevino)

banner iklan esportsnesia