Apakah video game merupakan bagian dari olahraga? Perdebatan ini telah mewarnai perkembangan industri esports selama beberapa dekade belakangan.
Menurut Guinness World Records, gamer profesional pertama adalah Dennis “Thresh” Fong yang pertama kali menjadi pro-player pada tahun 1997.
Namun, meskipun sudah ada gamer yang bermain secara profesional lebih dari dua dekade lalu, hal ini tidak serta merta melegitimasi dunia esports.
Faktanya, 15 tahun setelah Fong menjadi pro-player, industri esports masih belum sepenuhnya diterima sebagai bagian dari olahraga.
Video game dimainkan sebagai olahraga profesional? Dulunya ide tersebut dianggap konyol. Tapi sekarang pandangan mayoritas masyarakat terhadap esports telah berubah.
Perkembangan Industri Esports dari Masa ke Masa
Sekitar tahun 2010an, masih banyak orang skeptis yang menganggap esports hanya heboh di kalangan penggemar video game saja.
Kalangan ini tidak akan pernah menyangka kalau perkembangan industri esports ternyata akan semasif sekarang.
Apalagi kalau mengetahui fakta bahwa olahraga tradisional mulai melirik industri esports untuk menarik perhatian generasi muda.
Ternyata tidak dibutuhkan waktu lama untuk melihat perubahan terjadi. Pada medio 2010-an, kita mulai melihat tim olahraga tradisional membentuk tim esports mereka sendiri.
Pada tahun 2017, National Football League meluncurkan turnamen esports Madden yang perdana. Turnamen ini merupakan langkah besar bagi liga olahraga tradisional menyambut era digital.
Di tahun yang sama, Formula One meluncurkan “F1 Esports Series”, yang diikuti oleh 63.827 pembalap yang berkompetisi di tahap kualifikasi.
Pada tahun 2018, National Basketball Association (NBA) membuat gebrakan besar dengan mengumumkan Liga NBA 2K.
Terdapat 17 tim NBA yang ikut berpartisipasi dalam menciptakan tim esports dengan branding yang sama dengan tim lapangan mereka. Liga ini telah berkembang menjadi 24 tim dengan jumlah penonton yang terus meningkat.
Liga olahraga besar Amerika lainnya kemudian mengikuti jejak untuk turut ambil bagian dalam perkembangan industri esports.
Major League Soccer meluncurkan eMLS Cup pada tahun 2018, National Hockey League meluncurkan NHL World Gaming Championship pada tahun 2018, dan Major League Baseball meluncurkan MLB esports pada tahun 2020.
Investasi di Industri Esports
Tidak sampai situ saja, kita juga melihat olahraga tradisional masuk ke industri esports melalui kepemilikan dan investasi.
Baik dari kalangan atlet, pelatih, maupun pemilik tim tak luput mengamati perkembangan industri esports dan ikut ambil bagian.
Minat besar terhadap industri ini bisa dilihat dari tokoh-tokoh ternama seperti David Beckham, yang menjadi salah satu pemilik tim esports yaitu Guild Esports.
Nama lain seperti Mark Cuban menjadi investor di Unikrn, Steph Curry menjadi investor di Team SoloMid, Magic Johnson, menjadi salah satu pemilik Team Liquid, Robert Kraft, menjadi pemilik Boston Uprising dan masih banyak lagi.
Daftar ini hanyalah sebagian kecil dari sekian banyak contoh yang tercantum dalam artikel Esports Insider yang memuat daftar selebritis dan tokoh olahraga yang berkecimpung di dunia esports.
Mengapa Tokoh Olahraga Tradisional Tertarik pada Perkembangan Industri Esports?
Fakta ini tentunya menggelitik rasa ingin tahu kita. Mengapa pelaku olahraga tradisional menunjukkan ketertarikan besar terhadap perkembangan industri esport?
Salah satu alasan terbesar para tokoh mau berinvestasi tentu saja karena adanya potensi profit yang besar. Selain itu, pasar esports mencatat pertumbuhan yang masif dengan penonton dan komunitas loyal.
Menurut data dari Statista, pasar esports global diperkirakan akan mengalami peningkatan lebih dari lima kali lipat antara tahun 2023 dan 2032.
Data ini memprediksi valuasi industri esports bisa mencapai nilai lebih dari 10 miliar dolar AS dalam sepuluh tahun ke depan.
Sementara Acumen Research and Consulting memperkirakan ukuran pasar esports global akan tumbuh di atas 25,1% hingga tahun 2028, dengan valuasi mencapai lebih dari $7,1 miliar.
Esport tidak hanya menghasilkan banyak uang, tetapi juga memiliki basis penonton yang sangat besar.
Turnamen besar seperti kejuaraan League of Legends misalnya, tercatat menarik lebih banyak penonton dibandingkan kejuaraan olahraga populer seperti Super Bowl.
Hal ini membuktikan esports bukan hanya subkultur kecil, melainkan fenomena global yang bisa bersaing dengan olahraga tradisional dalam hal popularitas.
Perkembangan Industri Esports Baru Saja Dimulai
Munculnya ketertarikan dari tokoh olahraga tradisional dalam pasar esports masih terbilang baru.
Di usia yang masih terbilang muda, industri ini masih memiliki peluang besar untuk berkembang lebih masif dari sekarang.
Seiring berjalannya waktu, kita masih akan melihat lebih banyak atlet, manager, dan pemilik tim yang menginvestasikan waktu dan uang di industri esports yang begitu menjanjikan.
Hubungan antara olahraga tradisional dan esports pun masih akan terus mengalami perkembangan dengan adanya timbal balik investasi dan kolaborasi.
Di Indonesia kita sudah melihat Free Fire besutan Garena yang menjadi sponsor tim sepak bola Persis Solo.
Kerja sama ini bukanlah sponsorship pertama yang terjalin antara video game dengan tim olahraga tradisional.
Sejak tahun 90an, kerja sama ini sudah terjalin seperti Nintendo yang menjadi sponsor tim Fiorentina (1997-1999) dan Tamagotchi yang menjadi sponsor Atletico Madrid (1996-1999).
Ke depannya kedua industri ini masih akan terus berkembang beriringan dengan lebih banyak kolaborasi dan kerja sama.
Faktor Pendukung Perkembangan Industri Esports
Industri esports berkembang sangat masif dalam waktu relatif singkat dikarenakan banyak faktor. Salah satunya adalah perkembangan teknologi beberapa tahun terakhir.
Berbagai macam device diluncurkan ke pasar dengan range harga yang beragam sehingga bisa menjangkau lebih banyak pasar.
Kualitas video game juga semakin meningkat dengan ukuran lebih ringan membantu penetrasi pasar melalui smartphone.
Selain itu, berbagai platform berbagi video dan live streaming juga turut membantu perkembangan industri esports.
Platform-platform tesebut memungkinkan penonton untuk berinteraksi secara langsung dengan pemain sehingga tercipta hubungan yang lebih akrab.
Pandemi COVID-19 juga berperan dalam adopsi esports sebagai alternatif hiburan saat banyak acara olahraga fisik dibatalkan atau ditunda.
Faktor lain yang mendorong perkembangan industri esports adalah dukungan dari sponsor dan perusahaan besar.
Brand-brand ternama seperti Coca-Cola dan Red Bull diketahui telah lama berinvestasi dalam industri ini.
Pada akhirnya, industri esports tidak pernah bermaksud untuk mengancam dunia olahraga tradisional.
Bahkan, perkembangan industri esports memiliki dampak positif terhadap olahraga fisik baik dalam menjangkau audiens maupun membuka potensi model bisnis baru.
Dengan makin banyaknya kolaborasi dan kerja sama, kita akan melihat hubungan yang lebih sinergis antara olahraga tradisional dengan esports di masa yang akan datang.