Ketika turnamen esports cenderung berfokus pada aksi yang ada di layar kaca, kehadiran elemen musik justru berfokus dalam menghibur para audiens pasca merayakan ketegangan suatu event esports.
Hal ini terlihat dari presensi artis papan atas seperti Metallica yang muncul dalam turnamen-turnamen esports, hingga bintang rapper seperti Drake yang kini berinvestasi dalam tim-tim esports.
Tampaknya, dunia esports akan semakin diramaikan oleh mereka-mereka yang berasal dari industri musik. Menurut sejarahnya, video game sudah lama menggunakan musik sebagai cara untuk meningkatkan sensasi bermain.
Pada era tahun 90-an, background music (BGM) 8-bit ala Harvest Moon ataupun Super Mario Bros turut memperkaya pengalaman bermain game, seperti menelusuri map game sambil ditemani soundtrack yang merdu nan emosional. Tidak heran bila BGM tersebut pun dijual secara eksklusif di toko-toko musik.
Ketika esports diperkirakan menjadi industri global yang bernilai $1,65 miliar pada tahun 2020, tampaknya beberapa tokoh industri musik mulai mencari cara untuk bisa memposisikan diri secara strategis (re:mengambil keuntungan) dari fenomena hiburan yang terbilang baru dan menjanjikan ini.
Musisi-musisi yang berinvestasi dalam esports
Rapper asal Kanada, Drake, dikenal sebagai pengusaha yang cerdas berinvestasi dalam segala hal, mulai dari whiskey hingga tim bola basket Toronto Raptors.
Pada bulan Oktober lalu, bintang hip-hop ini mengejutkan dunia ketika diumumkan bahwa ia akan menginvestasikan sejumlah uang besar ke dalam tim esports 100 Thieves.
100 Thieves telah membangun reputasi yang layak untuk kecakapannya dalam bermain League of Legends dan Fortnite. Tidak hanya itu, mereka juga telah menjalin hubungan kemitraan dengan Cleveland Cavaliers,yang membantu mereka berekspansi menjadi brand untuk produk clothing.
Pada bulan Oktober, 100 Thieves baru saja menyelesaikan ronde pendanaan yang membuat Drake menjadi co-owner dan penasihat.
Bukan hanya Drake saja yang masuk ke dalam dunia esports. Steve Aoki, seorang DJ Amerika, membeli saham pengendali di tim esports Rogue pada tahun 2016.
Menemani rombongan selebriti musik ini, Imagine Dragons juga turut memasukkan uang mereka ke perusahaan infrastruktur untuk esports, ReKTGlobal. Tidak mau ketinggalan, Jennifer Lopez juga mengambil bagian dalam investasi $15 juta tim NRG Esports. Hal ini sudah membuktikan betapa atraktifnya esports ini.
Penampilan selebriti musik di turnamen esports
Keterlibatan para musisi ini tidak hanya sebatas di belakang layar. Jika kamu melihat ke kompetisi-kompetisi esports papan atas ataupun konferensi game saat ini, besar kemungkinan kamu akan menjumpai pertunjukan musik live.
Turnamen papan atas seperti DreamHack Atlanta, sempat dibajak oleh penampilan ekstravagan hip-hop dari London On Da Track dan Mick Jenkins; sementara itu di Indonesia sendiri, BEKRAF Game Prime 2019 juga turut menghadirkan performa musik dari Indochiptunes.
Di saat acara esports dapat mendorong artis baru ke permukaan, beberapa veteran dari industri musik justru memandang esports sebagai strategi untuk menarik demografi audiens baru.
Sebagai contoh, band metal ikonik Metallica yang bermain di konser penutup konferensi game BlizzCon pada tahun 2014 mendapatkan lebih banyak penggemar yang berusia lebih muda melalui penampilannya.
Selain itu, juga mulai muncul berbagai acara baru yang menonjolkan hubungan berkesinambungan antara esports dengan musik. Riot Games telah bekerja sama dengan MTV untuk meluncurkan Hyperplay, sebuah terobosan baru dalam menggabungkan festival esports dan musik di Singapura.
Hyperplay menampilkan band-band rock dan bintang-bintang rapper yang tampil bersama beberapa atlet esports League of Legends. Event serupa juga bisa dijumpai di ICBC, festival esports dan musik yang sangat besar di Hong Kong.
Mengapa dunia musik semakin serius menanggapi esports?
Lewatlah sudah hari-hari ketika video game hanya menampilkan soundtrack monoton berulang-ulang. Musik imersif dan responsif kini telah menjadi bagian penting dari setiap perusahaan game yang serius.
Dari band-band seperti 65daysofstatic yang menyumbangkan skor musik orisinil ke sebuah judul video game No Man’s Sky; hingga keberadaan sebuah stasiun radio di gim populer Grand Theft Auto!
Baik pengembang game maupun musisi sama-sama mendapat manfaat dari kolaborasi yang terbentuk di media hiburan ini.
Bagi industri musik tradisional yang mencari cara baru untuk meningkatkan pendapatan dan memanfaatkan target demografi yang lebih muda, tampaknya dunia game merupakan pilihan yang sangat menarik.
Baru-baru ini Universal Music Group mengumumkan usaha patungan dengan organisasi esports ESL untuk membuat label rekaman baru dan mempromosikan artis barunya melalui turnamen dan saluran ESL.
Ini adalah suatu momen yang penting karena brand esports organizer besar seperti ESL juga mulai memandang diri mereka sebagai perusahaan hiburan yang mencakup segalanya. Banyak perusahaan olahraga yang menghasilkan banyak uang dengan menjual pakaian mereka sendiri.
Memasuki industri musik juga bisa menjadi sebuah opsi yang masuk akal. Di kala video game hanya menggunakan musik untuk mendapatkan kesejukan budaya, sekarang musik dan video game sudah bekerja sama untuk menawarkan audiensnya sebuah pendekatan baru dan mendalam untuk pengalaman yang terbaik dalam hiburan game.
(Artikel ini pertama kali dipublikasikan dalam bahasa Inggris. Isi di dalamnya telah dimodifikasi oleh penulis sesuai dengan standar editorial Esportsnesia; Disunting oleh Satya Kevino; Sumber: Esports.net; Sumber gambar utama: Variety)