Mungkin bagi beberapa orang, tidak ada yang istimewa dari permainan arcade. Sayangnya pendapat itu dapat dengan mudah dibantah oleh film dokumenter satu ini, The King of Kong: A Fistful of Quarters. Film ini tidak membahas gorila bernama King Kong, melainkan dokumenter tentang intrik dari para pemain Donkey Kong.
Film yang digarap oleh sutradara Seth Gordon ini mendapat sambutan dan rating yang baik dari para kritikus dan penonton. The King of Kong menjadi salah satu film dokumenter yang membahas tentang game paling menghibur yang muncul.
The King of Kong memasukkan banyak unsur dalam penceritaannya, mulai dari kisah klasik pahlawan dan penjahat, aksi, ketegangan, drama, dan komedi. Permainan arcade yang sangat jadul, menjadi persaingan besar Billy Mitchell dan Steve Wiebe untuk meraih rekor tertinggi dari Donkey Kong.
Penonton akan melihat kilas balik yang menyenangkan tentang gim arcade klasik yang dilombakan, seperti Street Fighter, Pac-Man dan Centipede. Kisah tentang game arcade di tahun 1980-an yang berkembang sangat pesat seperti video game saat ini. menunjukkan gambaran nyata tentang komunitas game arcade yang saat ini juga masih dimainkan.
Review The King of Kong #1: Dua Pemain yang Berseteru
Game memang telah berkembang dengan pesat sejak era Donkey Kong, sebuah video game yang dibuat oleh Shigeru Miyamoto pada 1981. Maka melihat sosok yang memuji keunggulan arcade klasik menjadi suguhan nostalgia yang menyenangkan.
Permainan arcade seringkali sangat sederhana dengan para pemain yang masih memainkannya dengan perasaan nostalgia.
Bermula dari dua pemain yang memegang skor tertinggi dalam permainan arcade; film memainkan dua narasi pahlawan dengan villain, yakni Steve Wiebe sebagai “si anak baik” dan Billy Mitchell, sebagai bad boy alias villain.
Billy Mitchell merupakan pemain terbaik yang memegang rekor selama 20 tahun lebih. Ia bermain tidak untuk bersenang-senang. Melainkan bermain untuk mendapatkan skor tertinggi sebagai seorang pemain profesional.
Ia menjadi MVP dalam permainan Pac-Man. Pada 1999, ia dinobatkan sebagai Video Game Player of the Century. Billy memiliki sifat yang congkak meski ia bermain sangat baik. Ia berpikir semua orang harus mengenali namanya.
Hingga muncul Steve Wiebe, seorang warga Washington yang banyak memiliki waktu luang, yang berhasil memecahkan rekor Donkey Kong pada tahun 2005. Steve adalah seorang guru sains yang rendah hati dan berhasil melampaui rekor Billy Mitchell. Ia menjadi pemain pertama yang mendapat 1 juta poin.
Review The King of Kong #2: Melihat Kelicikan dalam Bermain
Kemudian rivalitas terjadi. Walter Day menolak rekor Steve, Walter dan Billy mengklaim untuk membuktikan skor Steve valid maka harus dibuktikan di depan umum. Mitchell berusaha kembali meraih gelarnya dengan mengadakan duel bersama Seteve Wiebe. Steve kemudian menantang Billy.
Dari sini dimulailah puncak cerita yang seru. Berbagai serangkaian strategi dan trik kotor yang dirancang untuk bermain dengan mengalahkan satu dengan yang lain. Permainan arcade menjadi sangat serius dan “kotor”.
Elemen cerita yang kuat selama 79 menit, membawa kita menemukan sifat manusia untuk terus bermain dan bertarung. Entah berapapun usia mereka, berapa jumlah anak, dan pernikahan mereka. Manusia sebagai makhluk yang bermain, tidak pernah lepas dari alasan-alasan untuk terus berlomba dan bermain.
Steve Wiebe menerima tantangan dari Billy. Ia melakukan perjalanan ke New Hampshire untuk mencoba mendapatkan skor tertinggi. Wiebe menantang Billy Mitchell, tetapi ia tidak hadir untuk mengikuti turnamen Donkey Kong.
Di hadapan banyak penonton, Steve membuktikan diri dan berhasil mendapatkan skor tinggi 985.000 poin. Namun, bertentangan dengan pernyataan sebelumnya, skor yang direkam memiliki validitas yang lebih rendah dibanding skor yang didapatkan dalam turnamen langsung, Mitchell mengirim Brian Kuh dengan menunjukkan ia mendapat skor 1.047.200 poin.
Kelicikan Billy Mitchell tidak terelakkan saat Steve meminta untuk melihat rekaman itu sendiri, namun Brian Kuh menolaknya. Dengan sepihak, penyelenggara yakni Twin Galaxies menyatakan Mitchell sebagai pemegang rekor meski ada beberapa pihak yang meragukan keaslian video.
Sembilan bulan kemudian, Guinnes World Records menerbitkan skor terbaru Billy Mitchell. Billy menyelenggarakan turnamen di Florida, kemudian Steve menantangnya lagi tetapi ditolak.
Meski Steve gagal mendapatkan rekor, tetapi Walter Day mengakui integritasnya dan memintanya untuk mengirimkan video rekaman. Steve berhasil mencetak rekor baru di garasi rumahnya, yakni 1.049.100 poin.
Review The King of Kong #3: Akhir dari Billy Mitchell, Setelah Film
Sentuhan Gordon dalam film dokumenter panjang ini memiliki banyak kelebihan selain dari segi cerita. Maka tak heran film ini mendapatkan sambutan yang baik dengan rating yang cukup tinggi.
Film ini tampak sangat konyol dengan mengisahkan cerita kekanak-kanakan dua orang dewasa yang menjadi rival demi sebuah poin tinggi permainan arcade. Namun, meski begitu, selain melihat betapa seriusnya permainan arcade yang dimainkan kedua tokoh, kita dapat melihat psikologi individu dan apa yang telah diciptakan oleh budaya yang membuat kita terobsesi untuk menang,
The King of Kong ditayangkan pertama kali pada 22 Januari 2007 dalam Slamdance Film Festival, dan telah diputar di berbagai festival film di beberapa negara. Film ini juga dirilis secara terbatas di Amerika Serikat dan sudah mendapatkan hal edar DVD yang dirilis pada 29 Januari 2008.
11 tahun kemudian setelah dirilisnya The King of Kong, Twin Galaxies merilis keputusan tentang sengketa Donkey Kong. Billy Mitchell sudah terbukti melakukan kecurangan dengan menggunakan perangkat lunak untuk mencapai skor tertinggi Donkey Kong.
Kecurangan ini terdeteksi, sehingga rekor Billy dicabut. Kemudian Wiebe diakui sebagai orang pertama mencetak lebih dari 1 juta poin. Skor Billy juga dihapus dalam Guinness World Record.
The King of Kong sangat menarik dengan membahas karakter dari setiap pemain di dalamnya. Billy Mitchell yang dianggap sebagai tokoh antagonis sedangkan Steve Wiebe sebagai protagonis yang baik rasanya kurang tepat.
Keduanya merupakan karakter dari kehidupan nyatanya. The King of Kong merekam karakter manusia dalam dengan baik dan membiarkan mereka untuk memperlihatkan warna dari diri mereka sendiri.
Billy Mitchell mungkin terlihat sangat licik. Tapi sebetulnya, begitulah yang biasanya sering terjadi dalam kompetisi game atau olahraga yang dikenal “fair”: kelicikan dan keinginan untuk menang terkadang menghilangkan nalar.
Sedangkan Steve Wiebe hanyalah orang dewasa yang ingin mempertahankan harga diri untuk tidak dilihat sebagai orang yang rendah dihadapan Billy Mitchell.
Film ini hanya menunjukkan karakter dari para tokoh dengan jalan cerita yang nyata. Sisanya, hanya penonton yang dapat menilai. Poin pentingnya, The King of Kong bukan sekadar film tentang motivasi untuk bermain, melainkan, yang mungkin melihat sisi psikologis terdalam dari para pemain gim profesional.
Itulah ulasan singkat dari film dokumenter The King of Kong. Dalam bermain setidaknya kita harus fair, entah itu kita akan menang atau kalah. Siapa nih yang main game masih suka nge-cheat? The King of Kong dapat ditonton dalam situs website ini.