[Film Esports] Review We, the Community: Dota 2 yang Lahir dari Komunitas

2926
we, the community
We, the Community adalah film dokumenter tentang Dota 2 yang dirilis pada 2015.

Dota 2 menjadi salah satu gim bergenre multiplayer online battle arena atau lebih dikenal dengan MOBA terbaik di dunia. Gim ini memiliki sejarah panjang kelahirannya sebagai gim MOBA dan telah dibuatkan film dokumenternya berjudul We, the Community.

We, the Community merangkum perjalanan panjang Dota 2 dengan narasi yang ringan sepanjang 19 menit. Film dokumenter pendek ini diproduksi oleh Moritz ‘Moose’ Zimmermann dan dapat diakses secara gratis melalui channel NAVI Dota 2 di Youtube.

Dota – Defense of the Ancients

wecraft 3
We, the Community membahas sejarah Dota yang dimulai dari map Warcraft.

We, the Community dibuka dengan penjelasan singkat mengenai awal mula permainan ini. Pada awalnya, Dota bukanlah nama gim. Bermula pada Warcraft 3 yang dirilis 2002, Blizz Entertainment yang merilis gim tersebut dengan spesifikasi gim yang lumayan keren. Pemain Warcraft 3 dapat menciptakan sebuah arena atau modifikasi khusus dari mereka sendiri.

Dengan adanya custom scenario teesebut, gim ini memiliki banyak custom map. Salah satu dari ribuan gim, ada satu yang paling terkenal. Gim itu bernama Dota yang dibuat oleh Eul dengan mengambil ide modifikasi dan membuatnya sendiri. Dirinya menyebutnya sebagai, “Dota – Defense of the Ancients.”

Dota adalah peta khusus untuk Warcraft III yang sudah ada sejak Aeon of Strife ke Starcraft. Hingga Dota sangat populer di kalangan para pemain. Dota sendiri berasal dari komunitas yang memiliki banyak gameplay dan lalu munculah gim yang hampir menyatukan semua komunitas,

Kemudian berkembang menjadi Dota Allstars yang dikembangkan oleh nick Meian dan Ragn0r. Mereka menambahkan beberapa gameplay dan item dari Warcraft ke dalam Dota Allstars. Gim ini kemudian disempurnakan oleh orang-orang yang tergabung selama bertahun-tahun.

Ada banyak orang yang kemudian terinpirasi dari terciptanya Dota. Mereka membuat versi mereka yang berbeda. Tetapi tidak ada yang sangat berhasil seperti Dota.

Review We, The Community: Titik Balik Dota Dimulai dari Mendengarkan!

IceFrog
IceFrog merupakan pengembang Dota yang paling berpengaruh di gim ini.

Sampai pada 2005, gim ini mendapatkan popularitas dan berkembang dengan pesat. IceFrog, saat itu pengembang selanjutnya, mengambil kesempatan untuk mengabadikan hidupnya dalam membuat gim itu.

We, the Community memaparkan keterlibatan IceFrog yang sukses mengembangkan Dota dibandingkan developer sebelumnya. Kunci dari kesuksesan IceFrog dalam mengembangkan gim ini adalah mulai dari mendengarkan.

Ia mendengarkan dan berbicara dengan ratusan orang yang berbeda setiap hari. Mengajukan pertanyaan, mencari saran, dan dari feedback itu ia membuat permainan yang diinginkan oleh komunitas Dota.

IceFrog kemudian dikenal sebagai salah satu orang yang layak disebut sebagai developer profesional meski dalam ranah komunitas. Ia selalu menonton pemainan yang ia kembangkan untuk mencari tahu apa yang berhasil dan apa yang gagal.

Bahkan ia juga teru merilis pembaruan fitur untuk memastikan permainannya berkembang seimbang dan menyenangkan.

Gim ini menjadi gim yang jauh lebih sukses dibandingkan gim lain. Meskipun secara tekinis, gim ini tidak memiliki pengembang dalam waktu lama. Dota mendapatkan basis pemain yang besar, komunitas tumbuh menjadi jutaan di seluruh dunia.

Sayangnya, pada waktu itu gim ini tidak komersial. Dari sini, komunitas tetap berusaha untuk mendorong gim Dota dapat diterima baik oleh publik. Turnamen-turnamen kemudian tertarik dengan Dota karena mengetahui pasar yang besar di dalamnya.

Turnamen itu bukan turnamen besar semacam Counter Strike atau Starcraft. Turnamen sebelumnya dilakukan secara sporadis dan pada saat itu hanya dilakukan di Eropa, seperti FARM4FAME dan Dota-League. Ada pula di Asia yang diadakan dua atau tiga kali setahun.

Film We, the Community juga mengisahkan usaha komunitas. Untuk mengelola Dota perlu biaya yang cukup besar. Situs web komunitas hanya dapat menghasilkan beberapa ratus dolar melalui iklan. Sayangnya hanya cukup untuk membayar server. Dibutuhkan “patungan” dari sukarelawan untuk menjalankannya.

Pro player Dota mulai bermunculan dan melihat peluang dari gim tersebut. Kuro “KuroKy” Salehi Takhasomi, pemain profesional Dota sejak tahun 2006 menyebutkan dirinya tidak berpenghasilan selama bermain Dota.

“Saya hanya memainkan game karena saya menikmatinya. Dan itu yang paling penting. Saya tidak berpikir bisa masuk ke sesuatu dan menyukainya,” jelas KuroKy.

Ia menyebutkan bahwa tim tidak memiliki sponsor yang cukup besar. Esports tidak akan pernah besar tanpa sponsor. Sayangnya, hal itu jarang terjadi.

Toby “TobiWan” Dawson berpendapat mereka sama sekali tidak menghasilkan uang, malahan mereka menghabiskan biaya yang cukup besar untuk mengelola tersebut. Mulai dari biaya server, biaya server audio, dan video. Semakin banyak penonton, maka biayanya semakin besar.

Namun, uang bukan satu-satunya masalah. Teknologi gim yang semakin usang juga menjadi salah satu masalah yang dihadapi Dota.

Berkembang Menjadi Dota 2

Dota 2
Dota akhirnya dilirik oleh pengembang dan mengembangkan gim terbarunya pada 2010, yaitu Dota 2.

Pada 2010, IceFrog dan Valve mengembangkan Dota 2. Kabar itu tersebar dengan cepat dan menjadi kabar baik bagi para penggemar. Artinya Dota menjadi gim yang diakui dan diterima. Para pro player kemudian banyak diajak bergabung ke dalam tim esports profesional dengan banyak sponsor.

Banyak yang kemudian membicarakan lompatan besar Dota yang dikembangkan oleg Valve, sebuah perusahaan game raksasa. Jacob “Maelk” Toft-Andersen menjelaskan itu menjadi titik balik di hidupnya. Ia bangga dengan permainan yang dimainkannya layak mendapat pengakuan seperti gim lain dalam esports.

Dengan adanya pengembangan gim yang baru, tentunya terdapat perbedaan gim Dota dengan Dota 2 yang dikembangkan Valve. Hal itu menimbulkan reaksi dari komunitas yang beragam. Banyak yang kecewa, banyak juga yang senang.

the international
The International menjadi event esports Dota 2 terbesar yang diikuti oleh ratusan ribu pemain.

Pada Agustus 2011, Valve mengumunkan turnamen Dota 2 yang membuat semua orang terkejut. The International menjadi turnamen resmi yang diadakan dengan hadiah 1 juta dollar. Jumlah yang sangat besar.

Itu seperti ucapan terima kasih dari Valve kepada para komunitas Dota yang loyal dengan gim tersebut. komunitas menjaga dan bekerja sangat keras untuk mengembangkan gim Dota menjadi yang lebih baik.

Pro player memiliki pengaruh yang besar bagi komunitas. The International musim pertama diadakan dari ide tentang itu, bahwa Dota 2 siap menjadi gim terbaik.

Bagi para pro player, fakta diadakannya turnamen besar itu membuat mereka menyadari bahwa turnamen itulah yang dinantikan. Berpartisipasi dalam The International menjadi tujuan untuk masa depan mereka di dalam gim tersebut.

Hingga saat ini, The International masih diadakan. Dota 2 terus berkembang. Para pemain dapat menghasilkan lebih banyak penghasilan dengan menjual item dibandingkan turnamen. Dari situ, gim menjadi salah satu sumber penghasilan yang berkelanjutan bagi para pemainnya.

Dota lahir dari komunitas, berkembang menjadi Dota 2 yang menghidupi banyak orang-orang yang sudah bekerja keras selama delapan tahun untuk menghidupkan permainan ini.

Maka, tidak bisa disebut keajaiban. Melainkan sebuah usaha keras penggemar loyal untuk menunjukkan bahwa Dota 2 akan menjadi gim yang tidak lekang digerus oleh gim MOBA lain.

We, the Community berhasil dengan ringkas dan menyenangkan membahas Dota dan para pemain di balik komunitas tersebut. Ia mengambil wawancara naratif dari berbagai narasumber seperti para pemain profesional sampai perusahaan Valve.

Dari film We, the Community kita dapat melihat kekuatan orang-orang komunitas yang dengan kompak dan loyal bermain Dota. Tertarik buat menonton We, the Community?