Dewasa ini cukup sering kita menjumpai kasus-kasus tidak mengenakkan baik di dunia esports atau olahraga, dimana biasanya seorang atlet terancam untuk diberhentikan secara sepihak, atau tidak dipenuhi hak-haknya.
Layaknya mereka yang memiliki bakat di dunia seni ataupun olahraga, mereka yang menyebut diri mereka sebagai professional gamer sebaiknya juga memiliki tim profesional yang berkompeten untuk bisa memberi mereka arahan dan bimbingan.
Sudah menjadi hal yang lazim bagi siapa saja ketika hendak melakukan sebuah kerja sama formal untuk mampu memahami secara utuh apa kesepakatan yang akan diraih, bernegosiasi, dan akhirnya menandatangani perjanjian tersebut.
Namun, bagi mereka yang masih sangat awam, apalagi remaja muda yang mencuri titik start dengan bakatnya itu; mereka justru seringkali tidak memiliki bantuan yang cukup untuk bisa memahami secara utuh kesepakatan yang dibuat.
Banyak dari mereka yang tidak mampu menangani hal-hal krusial lainnya seperti cara menghadapi pers, imigrasi, serta perpajakan.
Pentingnya jasa profesional mendampingi atlet esports
Meskipun bukan sebuah kewajiban bagi tiap individu untuk memiliki konsultan pribadi dalam perjalanan karir mereka, tidak ada salahnya jika mereka memiliki seorang profesional yang bisa membantu mereka menangani isu-isu di luar game, agar mereka hanya perlu berfokus untuk memenangkan pertandingan.
Sesungguhnya, jasa pendampingan ini adalah hal yang lumrah bagi setiap public figure untuk memiliki “tim profesionalnya” sendiri untuk membantu menangani persoalan hukum, bisnis, pemasaran, hubungan masyarakat, dan lainnya.
Di saat seorang atlet esports sudah memiliki keahlian yang mumpuni setelah berlatih lama, mereka tentu perlu bantuan dari para profesional seperti pengacara, konsultan bisnis, ataupun manajer humas agar karir mereka dapat bertahan lama.
Manajer pribadi dan pengacara
Misalnya, seorang manajer pribadi akan berperan untuk menangani persoalan sehari-hari, seperti pemesanan hotel, transportasi, koordinasi dengan penyelenggara turnamen, sesi rekaman, dan urusan pribadi lainnya yang terkesan sepele untuk ditangani langsung oleh seorang maestro.
Layanan pendampingan profesional yang paling sering dibutuhkan namun jarang dimiliki adalah jasa pengacara. Pengacara untuk atlet esports sudah pasti akan menangani semua masalah legal kliennya, termasuk di dalamnya mengatur dan memberi saran atas isu hak kekayaan intelektual dalam esports, serta membuat strategi bernegosiasi atas kontrak kesepakatan pemain dan sponsor.
Seorang pengacara juga dapat menangani pembentukan badan bisnis dan formalitas terkait, serta menasihati dan menyusun surat wasiat ataupun dokumen lainnya untuk mempertahankan kekayaan klien mereka.
Manajer bisnis
Selain pengacara, peran manajer bisnis (yang turut merangkap sebagai spesialis pajak atau akuntan) akan sangat bermanfaat untuk membantu atlet esports tersebut.
Umumnya mereka akan menghitung semua biaya yang dibutuhkan untuk tampil, membayar tagihan, mengatur portofolio investasi, serta menangani urusan pajak dan akuntansi.
Perpajakan adalah hal krusial bagi para pro gamer, sebab mereka wajib membayar pajak atas semua pendapatan mereka dari kemenangan mereka di turnamen, gaji dari tim esports, pendapatan dari streaming, serta dana sponsor.
Manajer humas
Jasa profesional ini berperan sebagai perwakilan mereka dalam berhubungan dengan publik, khususnya media, wartawan, fans; serta memberi pelatihan manajemen krisis untuk memastikan sang atlet esports tidak “silap lidah” dalam menjawab segala jenis pertanyaan yang dilontarkan, terutama di masa penuh tekanan.
Seorang public relations juga dapat mendongkrak popularitas kliennya dengan menghubungi berbagai media untuk menjadwalkan sesi wawancara ataupun promosi untuk membangun brand pribadi kliennya.
Meskipun bagi sebagian orang masih menganggap bahwa layanan jasa profesional ini masih bersifat “tidak begitu penting”, sejarah telah mencatat beberapa kejadian dalam beberapa tahun terakhir yang terjadi karena kurangnya bimbingan yang tepat bagi para atlet profesional.
Salah satu tragedi yang sering terjadi adalah tidak adanya bantuan untuk meninjau ulang kontrak atletnya, yang kemudian menyebabkan organisasi tersebut untuk mengeksploitasi atletnya.
Salah satu hal yang diregulasi dalam kontrak adalah terkait prosedur “pembajakan pemain”. Bila suatu organisasi esports hendak merekrut pemain yang sedang terikat kontrak dengan organisasi asalnya, maka organisasi esports tersebut harus melakukan buyout atau membeli dengan jumlah yang amat sangat besar. Hal ini dilakukan untuk mencegah pro gamer tersebut berpindah ke organisasi lain tanpa beban finansial.
Persoalan lainnya yang sering terjadi dan bisa dicegah sejak dini adalah mengenai masalah visa dan imigrasi. Banyak atlet-atlet esports papan atas yang pada saat hendak mengikuti turnamen besar di luar negeri, justru berhalangan hadir karena terbentur persoalan visa. Isu ini cukup serius dan dapat menyebabkan pemain kehilangan gaji dan juga potensi hadiah kemenangan.
Selain imigrasi dan kontrak, cara berperilaku seseorang juga bisa menimbulkan masalah. Contohnya, tidak jarang kita menjumpai seorang public figure yang sering membuat kontroversi ataupun melakukan cuitan yang bernada “tidak sepantasnya”. Hal ini bisa menjadi bom waktu, mengingat komunitas esports akan segera menegur perilaku yang tidak baik tersebut, serta besarnya kemungkinan untuk mendapatkan sanksi dari organisasinya.
Ketika teguran tersebut menjadi viral, mereka akan berada dalam kondisi penuh tekanan, dan salah bersikap sedikit saja berpotensi fatal untuk langsung mengakhiri karir mereka. Dalam hal ini, bimbingan dari profesional public relations bisa memberi mereka sebuah wawasan yang berharga untuk menangani situasi seperti ini.
Akhir kata, di saat industri esports terus berkembang, mereka yang lahir di masa ini dan menjadi tenar, harus menyadari apa yang mereka ketahui dan apa yang tidak mereka ketahui, agar mereka dapat mencari bantuan profesional yang pantas.
Memang faktor biaya akan menjadi pengurung niat, namun secara jangka panjang, sesungguhnya para profesional ini bisa membimbing atlet-atlet esports untuk terus mengambil langkah yang tepat dan menghindari konsekuensi-konsekuensi negatif.
(Referensi: The Esports Observer; Disunting oleh Satya Kevino)