Melihat Perkembangan Esports China

3691
Melihat Perkembangan Esports China

Sebelumnya, 2019 merupakan tahun yang signifikan untuk pertumbuhan esports China. Dunia telah menyaksikan kelahiran genre baru dari gim esports, yaitu auto battler yang terinspirasi dari mod Dota 2 “Auto Chess”. Tidak hanya itu, masih ada juga partisipasi sponsor dalam turnamen esports yang fantastis, serta datangnya berbagai dukungan pemerintah.

 Memasuki tahun 2020, pertumbuhan esports di Tiongkok semakin memberi sinyal positif kepada para organisasi esports, investor, serta perusahaan dari berbagai brand yang ada di China.

Walau demikian, masih ada pertanyaan yang sering didengar, seperti “Apakah China dapat mempertahankan laju pertumbuhan esports-nya yang tergolong cepat?” atau “Apakah industri esports China akan membawa terobosan baru di dunia?

Sulit rasanya untuk memprediksi masa depan industri esports China, terutama jika tingkat pertumbuhannya sangat cepat setiap tahunnya. Jawaban dari pertanyaan tersebut bisa ditemukan dari mengobservasi berbagai tren penting yang terjadi pada tahun 2019.

League of Legends dan Tencent di Esports China

Pemberitaan seputar bisnis esports Tiongkok, sebagian besar terkait pada sang konglomerat Tiongkok, yaitu Tencent Holdings dan League of Legends.

Tencent sendiri memiliki persenan saham dari beberapa penerbit game global, seperti Epic Games, Bluehole, Activision Blizzard, dan ia sepenuhnya memiliki Riot Games.

Tidak hanya itu, kekuasaan Tencent juga turut mencakup kepemilikan atas platform live streaming, seperti Douyu, Huya, dan sepenuhnya memiliki Penguin Esports; serta platform media sosial yang memiliki ratusan juta hingga 1,1 miliar pengguna di QQ dan WeChat.

Bangun Motivasi | Aegis The International

Keunggulan adidaya ini membuat Tencent tidak hanya menjadi penerbit game papan atas di China, tetapi juga berpotensi menjadi platform media sosial yang tidak tertandingi yang bisa dengan mudah mengiklankan produk-produk esports yang relevan dengan Tencent, seperti League of Legends, Honor of Kings, dan Peacekeeper Elite.

Sejak Tencent mendirikan divisi esports-nya, Tencent Esports, pada tahun 2016 dan merilis rencana “Esports Golden Five Years“, Tencent telah menginvestasikan banyak waktu dan uang untuk membangun ekosistem esports yang berkelanjutan.

Setiap tahun, Tencent Esports menjadi tuan rumah dari acara Tencent Global Esports Annual Summit dan mengumumkan pencapaian dan rencana esports-nya kepada dunia.

Pada tahun 2019, Tencent melaporkan sebanyak lebih dari USD 400 juta dalam nilai media untuk acara League of Legends Pro League (LPL) Summer Split 2017, dan mengumumkan bahwa LPL akan menambahkan kuota baru di tahun 2020. eStar adalah salah satu tim baru di LPL 2020.

Dibandingkan dengan judul esports lainnya yang bukan berasal dari Tencent, seperti Dota 2 dan Counter-Strike: Global Offensive (CS:GO) dari Valve; popularitas mereka sulit untuk bisa bersaing dan muncul ke permukaan dengan adanya Tencent yang terus menarik perhatian. Belum lagi Tencent juga memiliki produk serupa yang menjadi pesaing langsung, yaitu League of Legends dan CrossFire.

Rivalitas Dota 2 dan League of Legends di China

Untuk lebih menjelaskan keunggulan Tencent sebagai perusahaan esports papan atas di China, mari kita mengulas sejarah pencapaian Dota 2 Valve.

Tahun 2019 merupakan tahun paling signifikan untuk Dota 2 yang menghadirkan turnamen bergengsi The International 9 (TI9) di Shanghai berhadiah lebih dari $34 juta. Momen tersebut juga tercatat sebagai pertama kalin

Calo tiket ilegal The International 9
Calo tiket. Credit: Shanghai Morning Post

Kehadiran TI9 mendapat respon positif dari komunitas Dota 2 China. Namun, beberapa penggemar harus menderita karena adanya insiden penjualan tiket The International 2019 dengan harga ratusan hingga ribuan dolar.

Dalam hal ini, mitra Valve, Perfect World menunjukkan kekurangannya dalam membangun dan mengembangkan ekosistem esports Dota 2 di China.

Di sisi lain, setiap pergerakan esports dari Tencent dan Riot Games terus mendapatkan perhatian besar, tidak hanya di Tiongkok, tetapi juga dunia. Sebut saja contohnya kabar mengenai pendirian TJ Sports (hasil kolaborasi antara Tencent dengan Riot Games), hubungan kerja sama bersponsor selama 4 tahun senilai USD 30 juta antara LPL dengan brand Nike, serta platform Bilibili yang menginvestasikan $113 juta untuk hak media eksklusif penyiaran League of Legends Worlds Championship di Tiongkok.

Dari segi kompetitifnya sendiri, kemenangan tim esports asal China, Invictus Gaming dan FunPlus Phoenix (FPX) di LPL beberapa waktu lalu (tahun 2018 dan 2019) juga turut berkontribusi terhadap perkembangan esports di Tiongkok. Namun, para pebisnis dan investor tentu lebih memperhatikan model bisnis esports dan hasil dari investasi yang mereka tanamkan daripada kemenangan itu.

League of Legends skin

Kembali ke Dota 2, meskipun tim Dota 2 Tiongkok belum bisa memenangkan kejuaraan TI selama tiga tahun terakhir, cukup meragukan bila ada pihak perusahaan yang terlalu peduli dengan hal ini.

Di sisi lain, Valve masih “menutup pintu” kepada para pihak yang sebenarnya bisa turut mensponsori acara ini. Valve hanya bermitra dengan brand hardware NVIDIA’s GeForce, dan juga Secretlab sebagai penyedia kursi resminya.

Bagi banyak perusahaan Tiongkok yang ingin memasuki industri esports, nilai sponsor dan hak penyiaran media untuk ajang League of Legends di Tiongkok justru terlihat semakin berkembang.

Pada tahun 2020 ini, Tencent, Riot Games, dan TJ Sports akan membawa kembali Kejuaraan Dunia League of Legends ke Tiongkok untuk pertama kalinya sejak 2017, dengan babak grand final yang berlangsung di Shanghai, kota yang sama di mana The International diselenggarakan.

Sebelum Kejuaraan Dunia ini dimulai, Tencent juga akan menjadi tuan rumah Tencent Global Esports Annual Summit 2020. Acara ini menandai tahun keempatnya dari rencana “lima tahun”, sekaligus untuk melaporkan pencapaian bisnis esports.

Dalam konferensinya di 2019, TJ Sports melaporkan bahwa tim LPL teratas dihargai $180 juta. Kemenangan FPX di grand final Worlds 2019 mencapai 21,8 juta penonton untuk average-minute-audience (AMA), dan nilai dari tiap tim LPL juga berpotensi untuk melampaui $180 juta.

Jika dibandingkan dengan gim non-Tencent, sejauh ini belum ada laporan sejenis untuk menandingi kepemimpinan Tencent di industri esports China, termasuk Valve.

Kabar Ekosistem Esports China

Dota lane

Di China, Tencent adalah penerbit game terbesar dan secara teoritis berada di puncak ekosistem esports; namun meskipun begitu kuat, ia juga masih dikendalikan oleh pemerintah karena adanya regulasi yang masih ketat di China.

Sederhanya, setiap game di China memerlukan persetujuan dari pemerintah China untuk dapat dipublikasikan di negara tersebut. Jika tidak, maka penerbit terbesar pun tidak dapat memonetisasi produknya.

Pada bulan Mei, Tencent merilis versi PUBG Mobile yang telah dimodifikasi dan dihadirkan dengan judul baru, yaitu Peacekeeper Elite di China. Perusahaan telah menghapus dan mengubah beberapa fitur dalam game, termasuk penghapusan darah, kekerasan, konten seksual, dan semua konten yang tidak disetujui oleh pemerintah China.

Meskipun ada banyak permintaan untuk melakukan perubahan dari gim esports, sesungguhnya pemerintah China menunjukkan minat yang besar pada industri ini.

Di tahun ini saja, pemerintah China sudah memberikan dana miliaran kepada organisasi esports yang ingin mengembangkan esports di negaranya.

Dukungan besar-besaran ini tidak hanya menarik perusahaan China untuk memperluas operasi esports mereka di dalam negeri, tetapi juga entitas internasional untuk berinvestasi di negara tersebut, termasuk ESL, yang akan menjalin hubungan kerja sama dengan platform streaming Huya.

Dukungan terhadap tren esports di China ini juga memberikan keuntungan lebih lanjut bagi tim esports, di mana mereka bisa menambahkan nama kota di samping nama aslinya, seperti tim LPL Team WE, yang berganti nama menjadi Xi’an Qujiang WE; dan tim Liga Overwatch China seperti Shanghai Dragons atau Chengdu Hunters.

Tencent juga telah bermitra secara pribadi dengan pemerintah kota beberapa kali. Misalnya, tur internasional League of Legends “LPL Go On Worlds” yang berlangsung di beberapa kota di China, serta Moskow, Stuttgart, dan Berlin.

3 Fakta Menarik Seputar World Championship League of Legends 2018 | Esportsnesia.com
via YouTube (@League of Legends)

Guangzhou sendiri juga telah mengumumkan rencana tiga tahunnya untuk mengembangkan esports lokal bersama Tencent Esports.

Tencent dan pemerintah China memiliki visi yang sama tentang esports, yaitu pada keyakinan bahwa esports lebih dari sekadar video game. Keduanya ingin memisahkan esports dari industri game.

Cara yang paling dapat diterima oleh orang-orang yang tidak memahami esports adalah menjadikannya sebagai olahraga dengan caranya sendiri. Misalnya, di negara barat, League of Legends memiliki akun media sosialnya sendiri, dan ada akun terpisah untuk League of Legends Esports. Hampir semua liga profesional juga memiliki saluran tersendiri untuk berhubungan dengan para penggemar.

Keputusan Tencent untuk membentuk usaha terpisah dengan Riot Games untuk esports League of Legends awalnya terlihat membingungkan bagi banyak orang, tetapi jelas bahwa kedua perusahaan ini sedang mempersiapkan esports LoL sebagai usaha bisnis yang sepenuhnya terpisah, setidaknya secara legal dan tercatat di atas kertas.

Selama bertahun-tahun, penerbit game ini berada di puncak rantai, tetapi sekarang penerbit game dan pemerintah dapat saling menguntungkan satu sama lain.

Masyarakat akan lebih menerima esports, dan penerbit game juga akan diawasi untuk menjaga ekosistem esports yang berkelanjutan bagi para pemain, audiens, dan semua profesi terkait.

Bagi pemerintah, ekosistem esports juga berarti lebih banyak pekerjaan dan pajak.


(Artikel ini pertama kali dipublikasikan dalam bahasa Inggris. Isi di dalamnya telah dimodifikasi oleh penulis sesuai dengan standar editorial Esportsnesia; Disunting oleh Satya Kevino; Sumber: The Esports Observer)