Pada artikel review Pulang Insanity ini, penulis tidak membahas soal esports yang berkembang, melainkan juga menyoroti industri pengembangan game karya anak bangsa! Bagaimana tidak? Saat ini sudah banyak para developer game indie tanah air yang berhasil mendapatkan funding!
Salah satunya adalah OZYSOFT, pengembang gim yang berasal dari Kalimantan Timur ini telah meluncurkan sebuah game bergenre psychological horror yang berjudul Pulang: Insanity.
Sekilas mengenai Pulang: Insanity
Game yang sudah dirilis di Steam sejak 13 Maret 2020 ini berlatarkan sebuah cerita mengenai seorang individu yang melakukan ritual pesugihan. Setting tempat dari cerita ini pun terinspirasi dari cerita rakyat yang berkembang di daerah asal pihak developer, yaitu di Kalimantan Timur. Lebih tepatnya di Penajam dan Grogot.
Untuk memainkan gim ini, komputer kamu setidaknya harus memiliki RAM minimal 4 GB dengan prosesor minimal Intel Core i3. Spesifikasi yang sungguh merakyat!
Nah, berikutnya mari kita simak lebih lanjut.
Latar belakang Pulang: Insanity
Saat awal memulai gim, jangan lewatkan opening scene-nya! Sebab scene yang diputar adalah rangkuman dari cerita game. Setelah melihat intro tersebut, perlahan-lahan kamu akan memahami alur permainan yang sepenuhnya sesuai dengan opening scene.
Di gim ini, kamu akan memainkan seorang karakter yang bernama Rudy. Rudy satu ini memiliki latar belakang yang kelam.
Di suatu waktu, Rudy pernah mengambil jalan pintas untuk menjadi kaya dengan melakukan ritual pesugihan.
Dari ritualnya ini, Rudy memang berhasil menjadi sosok yang kaya raya, namun akibat ulahnya itu hal-hal mistis pun mulai mengganggu hidupnya dan Rudy harus kehilangan keluarganya.
Kemudian Rudy memutuskan untuk pulang ke sebuah desa di tepi sungai untuk mengakhiri ritual pesugihan yang ia lakukan.
Gameplay Review Pulang Insanity
Aktivitas utama dari gim ini berpusat pada penyelesaian puzzle dalam setiap area untuk melaju ke area selanjutnya. Setiap teka-teki memiliki petunjuk yang dapat diselesaikan dengan menjelajahi lokasi dan menyelesaikan beberapa puzzle lainnya.
Game yang mengadaptasi lokasi di dunia nyata yaitu Penajam dan Grogot ini memiliki beberapa latar tempat, seperti rumah besar Rudy, lokasi ritual, dan pedesaan di tepi sungai.
Teka-teki yang dihadirkan juga cukup bervariasi. Kamu akan sibuk mencari barang dengan petunjuk yang terbatas (dengan suasana horor tentunya), menjawab teka-teki, dan mencari kunci. Tentunya kamu harus lebih teliti untuk memperhatikan hal-hal detil, seperti potongan koran, majalah ataupun sepucuk surat.
Gim ini bergenre horor bukan karena menghadapi hantu, melainkan karena menyajikan atmosfer yang mencekam, dan memberi tekanan psikologis pada para pemainnya.
Suasana minim cahaya dan perpaduan suara dalam gim memberikan kesan seolah-olah kita sedang mengalaminya. Suasana tegang dan menyeramkan memastikan kamu akan tetap terkejut dengan penampakan mendadak, terlepas dari sesiap apapun mental kamu.
Seperti wahana rumah hantu, kamu akan melewati berbagai ruangan yang mencekam dengan rasa waswas yang tinggi, mengingat gim ini didominasi dengan sudut pandang orang pertama.
Visual Pulang: Insanity
Sekilas pada pandangan pertama, sudah tidak perlu diragukan lagi kalau game karya anak bangsa ini memiliki tampilan grafis yang keren dilengkapi dengan detil yang yang bagus dan halus.
Tidak hanya itu, gerakan daun yang tersibak saat terkena terpaan angin sangat terlihat natural dan menjadi nilai tambah untuk memanjakan mata.
Sang pengembang OZYSOFT jelas menunjukkan kebolehannya dalam memoles grafis lingkungan 3D yang punya detil tajam dan bentuk objek yang realistis.
Visualisasi tersebut juga dipadukan dengan berbagai audio dalam game yang alhasil berhasil menciptakan suasana mencekam yang natural.
Komentar kami demi Pulang: Insanity yang lebih baik
Meskipun memiliki kedetilan yang luar biasa, namun ada beberapa hal yang bisa dijadikan pengembangan ke depannya, seperti pada pewarnaan, 3D modelling, dan (mungkin) sosok-sosok yang dimunculkan.
Mengenai warna, sang developer sudah wajib diapresiasi atas upayanya menghadirkan warna yang senatural mungkin saat ini.
Namun, besar harapan penulis agar ke depannya bisa menggunakan warna-warna yang lebih natural dan gradien yang lebih tepat untuk memberikan kesan visual yang lebih nyaman.
Peletakan yang lebih detil untuk dekoratif (majalah, tumpukan CD, uang, dll) juga bisa dibuat lebih 3D agar lebih kaya visual.
Untuk model karakter sebenarnya sudah sangat keren, tetapi akan lebih keren lagi jika visual karakter dilengkapi dengan gestur yang tidak kaku, dan tampilan yang lebih segar dengan pewarnaan yang lebih realistis.
Dari segi alur cerita
Memasuki storyline dari Pulang:Insanity, penulis merasakan alur cerita yang transisinya kurang tepat, terutama dalam menghubungkan lokasi dan cerita. Dalam hal ini, terkesan kurang tersambung. Apalagi karakter seperti Kuyang yang sepertinya tidak ada hubunganya dengan ritual si Rudy.
Selanjutnya, ada kebingungan seperti apa itu Kampung Pinggir Sungai? Bukankah Rudy melakukan ritual pertama dengan “orang pintar” dan selanjutnya berada di mansion? Apa tujuan pergi ke kampung tersebut? Apa hubungannya dengan Rudy yang ingin mengakhiri perjanjian gaibnya?
Sedikit banyaknya inilah uneg-uneg penulis dalam memainkan gim. Transisi yang jelas akan memudahkan pemain untuk memahami cerita. Perlu diingat bahwa memahami cerita berbeda dengan menyelesaikan gim.
Dari segi gameplay
Puzzle-puzzle yang ada di dalam gim juga cenderung monoton. Mencari kunci hanya di saat berpindah ke lokasi lain ataupun sekedar menyelesaikan ritual. Itu pun baru dijumpai di klimaks gim dan saat Rudi melakukan ritual awal.
Tanpa alternatif, dan teka-teki yang hanya menuntut untuk berjalan di antara meja-meja bisa dibilang game ini masih hijau.
Akan lebih menyenangkan bila kita bisa menjumpai alternate story ataupun puzzle yang lebih rumit dan beragam.
Di sisi lain, meskipun memiliki desain ruang yang luas, Pulang: Insanity ternyata tidak memberikan kebebasan bagi para pemainnya untuk bisa mengeksplorasi semua ruangan secara bebas, alias minim eksplorasi.
Untuk kategori game yang hanya memiliki sedikit musuh, tidak ada metode lain untuk mati selain ditangkap hantu atau scene-scene yang berhadapan dengan bos.
Di dalam permainan saya sengaja mencoba untuk melompati pagar pembatas, melewati celah yang terbuka, hingga mencoba untuk terjun ke sungai. Namun, Rudy yang saya mainkan selalu dilindungi Yang Maha Kuasa melalui keterbatasan gim ini. Fenomena ini seperti ada ruang pembatas yang tidak terlihat, atau memang ada malaikat yang melindungi Rudy dari maut.
Di sisi yang lain lagi, penulis ingin bercerita mengenai fungsi peta. Tidak ada salahnya dengan fitur satu ini. Namun sayangnya, dengan alur yang memaksa kita untuk menuju arah yang sama membuat fitur peta ini tidak terlalu berguna.
Ditambah lagi dengan minimnya akses menuju lokasi lain yang semakin menunjukkan tidak maksimalnya fitur satu ini.
Dari segi kontrol
Di bagian kontrol, untuk kelasnya game indie, ini sudah sangat bagus. Namun beberapa gerakan masih terasa kurang nyaman, seperti gerakan membuka dan menutup pintu, gerakan saat lari yang tidak stabil membuat rasa mual, dan gerakan pemanis sepeti melompat dan crouching yang tidak banyak dipakai.
Sebaliknya, untuk lebih bisa merasakan suasana mencekam layaknya berada di rumah hantu, sang karakter cukup berjalan santai saja. Cukup beberapa scene saja sang karakter perlu berlari.
Kesimpulan
Terlepas dari semua masukan di atas, Pulang tetap termasuk game yang menarik untuk dimainkan.
Perasaan horor tersebut benar-benar terasa terutama saat sedang mencari item atau clue di ruangan yang terasa hampa menegangkan.
Pulang:Insanity memiliki pendekatan horor yang berbeda, tidak seperti game horor pada umumnya yang selalu dikejar-kejar hantu atau musuh.
Game satu ini menitikberatkan di suasana keseraman yang tercipta dengan visualisasi minim cahaya disertai efek suara yang membuat merinding. Konsep ini memang pantas diacungi jempol.
Kualitas grafis yang disajikan juga sangat menawan. Sang developer mampu mengemas sebuah urban legend khas Indonesia dan memperkenalkannya ke dunia internasional. Karakter-karakter yang ditampilkan jelas menggunakan kearifan lokal.
Dari sekian banyak ulasan, sebanyak lebih kurang 70% pengguna dari Steam menyatakan recommended untuk dimainkan.
Pulang: Insanity bisa dibeli di Steam senilai Rp189.000 untuk versi Lunatic Edition yang di dalamnya sudah termasuk digital artbook dan original soundtrack. Sedangkan untuk versi a la carte, Pulang: Insanity dibanderol dengan harga Rp 129.000.
Tidak lupa, sebelum peluncurannya, Pulang: Insanity sudah menorehkan prestasi dengan memenangkan beberapa penghargaan, di antaranya adalah menjadi game favorit terbaik di IGS 2014, serta pemenang BEKRAF Developer Day untuk kategori Best Games Application 2017.
Dengan kisah yang otentik dan unik, penulis optimis bahwa gim ini dapat menarik minat para penggemar game horor dari seluruh dunia.
Nah, itu dia sedikit ulasan untuk gim buatan anak negeri, Pulang:Insanity. Meskipun masih banyak PR yang diperlukan OZYSOFT untuk mengejar kesempurnaan gim ini, gim ini sudah cukup mendebarkan untuk dimainkan.
(Disunting oleh Satya Kevino)