Ruichen: Menyikapi Petaka Pemangkasan Bonus Atlet Esports SEA Games

2672
Ruichen saat memberikan arahan kepada tim EVOS AOV
Ruichen saat memberikan arahan kepada tim EVOS AOV; Credit: ESL

Perhelatan kompetisi SEA Games 2019 telah selesai dilaksanakan pada bulan Desember 2019 lalu. Pada ajang olahraga bertaraf internasional tersebut, esports untuk pertama kalinya diperlombakan secara resmi dan memperebutkan medali (berbeda dengan Asian Games 2018 dimana cabang esports hanya bersifat demonstratif).

Cabang esports di SEA Games 2019 ini mempertandingkan 6 judul esports, yakni Dota 2, Tekken 7, Starcraft II, Hearthstone, Arena of Valor, dan Mobile Legends: Bang Bang (MLBB).

Indonesia mengirimkan tim dan perwakilan atlet pada masing-masing cabor tersebut dan berhasil meraih dua medali perak di cabang Arena of Valor dan Mobile Legends.

Layaknya atlet dari cabang olahraga tradisional yang mendapat bonus atas pencapaian mereka, pemerintah Indonesia juga turut memberikan bonus berupa nominal uang sebagai wujud apresiasi kepada tim dan atlet esports peraih medali perak.

Sayangnya di tengah euforia pencapaian perak oleh timnas esports, kabar tidak menyenangkan justru datang dari Indonesia Esports Association (IESPA), organisasi yang bertanggung jawab untuk mengirim kontigen esports Indonesia di ajang SEA Games 2019.

IESPA berkeinginan untuk melakukan pemotongan terhadap bonus yang diberikan kepada para atlet tersebut.

Komunitas bersuara, pro dan kontra pemangkasan uang bonus

EVOS AOV berhasil menjadi perwakilan Indonesia di SEA Games 2019
EVOS AOV berhasil menjadi perwakilan Indonesia di SEA Games 2019

Hal ini pertama kali diserukan oleh content creator Arena of Valor, Mikael Anthony melalui IG Story-nya. Dirinya menyatakan bahwa pemotongan tersebut menunjukkan bahwa pengurus IESPA lebih terlihat mengincar uang daripada prestasi.

Tanggapan senada juga disampaikan oleh CEO Rex Regum Qeon (RRQ), Andrian Pauline. Pria yang akrab disapa AP ini memberikan komentarnya dalam sebuah post di Instagram dan beliau menyatakan ketidaksetujuannya atas alasan pemotongan tersebut yang digunakan untuk pengelolaan timnas.

Menurutnya, semua persiapan menggunakan anggaran yang telah disiapkan oleh pemerintah. Dirinya bahkan mempertanyakan pengelolaan bagian mana yang memerlukan dana tersebut.

Beliau juga menyinggung tentang kasus pemotongan yang sama sudah pernah terjadi pada peraihan medali Asian Games 2018. AP turut menyampaikan bahwa dalam sebuah pemberitaan media, Kemenpora dan DPR sangat tidak setuju dengan praktik seperti ini.

Panasnya polemik akhirnya membuat IESPA turut membuka suara. Akun resmi IESPA menyebutkan alasan pemotongan tersebut adalah untuk pengelolaan timnas dan lainnya yang lebih mandiri tanpa bergantung dari dana bantuan pemerintah.

Tanggapan RRQ AP

Selain itu, IESPA juga menambahkan argumen bahwa pemotongan uang hadiah bukanlah hal baru di dunia esports. Klub-klub besar sudah tidak lagi asing mengenai sistem pemotongan yang dilakukan pada uang hasil turnamen.

Sebagai catatan, masing-masing atlet peraih medali perak akan mendapatkan bonus sebesar 210 juta rupiah, namun angka tersebut belum dipotong untuk ‘jatah’ IESPA.

Berdasarkan penuturan Sekretaris Jendral IESPA, Prana Adisapoetra kepada Esports.ID, surat yang ditandatangani oleh para atlet menuliskan bahwa pemotongan sebesar 25% adalah untuk kontribusi organisasi.

IESPA juga mengungkapkan bahwa tidak ada pemaksaan kepada para atlet dan penerima bonus untuk menandatangani kontrak pemotongan tersebut.

Salah satu pihak yang akhirnya memutuskan untuk tidak menandatangani kontrak tersebut adalah pelatih timnas Arena of Valor, Agung ‘Ruichen’ Chen.

Tanggapan IESPA

Menanggapi tindakan tersebut, tim Esportsnesia meminta pendapat tentang keputusan yang diambilnya serta polemik pemotongan uang atlet ini.

Ruichen dan sudut pandangnya terhadap tindakan IESPA

Agung ‘Ruichen’ Chen mulai dengan menyatakan bahwa pemotongan uang bonus oleh IESPA menurutnya tidaklah lumrah atau wajar untuk dilakukan.

Jikalau memang IESPA ingin melakukan pemotongan, Ruichen menganggap bahwa bagian tersebut lebih baik diambil dari gaji ataupun honor mereka.

Selain itu, Ruichen juga setuju dengan pendapat bahwa pemotongan yang hanya ditujukan kepada para penerima bonus malah menimbulkan kesan bahwa kontribusi hanya perlu diberikan oleh mereka yang menang, bukan keseluruhan atlet perwakilan.

IESPA memang mengatakan soal rencana untuk mengunakan uang hasil pemotongan tersebut untuk mengelola timnas tanpa perlu bergantung pada dana pemerintah. Namun, saat ditanya apakah dirinya pernah diberitahu seperti apa rencana atau bagaimana pengelolaan dana tersebut ke depannya, Ruichen mengatakan bahwa dirinya memang tidak pernah menanyakan secara langsung hal tersebut, tetapi yakin IESPA juga tidak dapat memberikan detil apapun jika ditanyakan.

Ruichen saat berada di SEA Games 2019
Ruichen di SEA Games 2019

IESPA dianggap tak berkontribusi, atlet enggan ‘menyumbang’

Melihat keinginan keras dari IESPA menggunakan potongan dana untuk mengelola timnas tentunya harus diiringi dengan persiapan ataupun kontribusi yang mereka berikan kepada atlet esports dari saat persiapan hingga pertandingan SEA Games 2019.

Sayangnya, saat disingung tentang hal tersebut, Ruichen mengatakan bahwa dukungan yang diberikan oleh IESPA menurutnya tidak memenuhi ekspektasi.

Salah satunya, ia membahas tahap pelatnas yang menurutnya sangat gagal. Ruichen menyebutkan telah berkoordinasi lebih dari seminggu hanya untuk masalah internet namun pada saat pelatnas berlangsung masih tetap bermasalah.

Selanjutnya, saat ditanya seperti apa pandangan tentang kemanakah harusnya uang pemotongan tersebut dialokasikan, dirinya merasa pertanyaan ini belum perlu ditanyakan karena para atlet sendiri belum menerima uang bonus tersebut.

Namun, di dalam kontrak pemotongan tersebut tidak ada sanksi bila pada akhirnya mereka tidak menyetor kepada IESPA. Menurutnya, keputusan untuk memberikan setoran sepenuhnya milik atlet tersebut.

Ruichen menjelaskan, jika menurut atlet tersebut IESPA memiliki pola kerja yang baik dan jelas, tentu mereka akan rela memberikan potongan uang bonus tersebut.

Timnas AOV Indonesia di SEA Games 2019

Namun, kalau atlet tidak mau mengirimkan potongan, bisa jadi menurutnya IESPA tidak memberikan bantuan apa-apa, dan ini seharusnya menjadi sebuah refleksi bagi IESPA.

Ruichen sendiri menolak untuk menandatangani kontrak tersebut saat disodorkan oleh IESPA setelah timnya mendapat medali perak. Hal ini dikarenakan dirinya sendiri menganggap organisasi tersebut tidak memberikan banyak impact bagi timnas Indonesia.

Terakhir, Ruichen berharap dari masalah ini bisa memberikan dampak perubahan yang sifatnya positif untuk perkembangan esports di Indonesia.

Apalagi saat ini industri esports sudah cukup banyak dilirik bahkan mendapat perhatian dan dukungan dari pemerintah.

Sementara itu, akibat negatif yang terjadi diharapkan dapat menjadi pelajaran agar ke depannya masalah serupa tidak lagi terulang.

Kontribusi tugas milik bersama?

Polemik tentang pemotongan uang bonus pada atlet-atlet esports peraih medali di SEA Games 2019 ini memang menjadi perbincangan hangat di komunitas esports. Perdebatan juga terjadi membagi kubuh yang pro dan kontra tentang masalah ini.

Mereka yang menolak pemotongan menganggap bahwa uang bonus merupakan hak seutuhnya bagi atlet berprestasi tersebut. Jikalau pemotongan tetap harus dilakukan, sebaiknya ditujukan pada honor ataupun uang harian yang didapatkan mereka, bukan dari bonus.

Namun, tidak semua atlet yang menjadi wakil dalam SEA Games 2019 tersebut menolak atau tidak setuju dengan pemotongan ini.

Salah satu atlet perwakilan dalam cabang Hearthstone, Hendry ‘Joth703’ Hadisurya Koentarto, yang mengaku tidak keberatan atas pemotongan dengan tujuan memberi kontribusi kepada IESPA.

Melalui wawancaranya bersama GGWP.ID, Meski tidak mendapat potongan karena urung meraih medali di SEA Games 2019, Pemain dari tim NXL ini mengaku setuju dengan pemotongan tersebut karena tujuannya jelas yakni untuk men-sustain suatu organisasi dan ini adalah hal yang formal. Joth703 menambahkan bahwa dirinya juga pernah terkena potongan pada Asian Games 2018.

Richard ‘nxlfrgdibtj’ Permana Asian Games 2018 Esports
Asian Games 2018

Perkembangan esports di Indonesia saat ini memang sedang pesat, terlebih berkat bantuan hingga dukungan dari pihak pemerintah.

Selain itu, diakuinya esports dalam berbagai kompetisi tingkat internasional semakin membuka jalur bagi para atlet esports tanah air untuk unjuk gigi hingga mengharumkan nama Indonesia.

Terlepas dari semua polemik tersebut, seharusnya kita fokus bekerja sama untuk membangun komunitas beserta sarana dan prasarananya agar mampu melahirkan bibit-bibit atlet baru yang berbakat.

(Disunting oleh Satya Kevino)