Bincang-bincang Seputar Industri Esports Indonesia di Tahun 2020

1861
Industri Esports Indonesia

Tahun 2019 telah berlalu dan terukir sebagai tahun yang cukup baik untuk perjalanan ekosistem esports Indonesia. Prestasi esports dari tim tanah air cukup membanggakan. Sebut saja Bigetron RA yang menjadi juara dunia dari turnamen akbar PUBG Mobile, serta EVOS Esports yang juga menjuarai turnamen tingkat dunia Mobile Legends M1.

Bagaimana dengan keadaan 2 tahun sebelumnya, yaitu di tahun 2018?

Mari kita refleksi sejenak. Bila dibandingkan dengan 2018, ada beberapa perbandingan menarik yang patut kita perhatikan.

Di 2018, turnamen dengan hadiah terbesar di Indonesia saat itu datang dari judul Dota 2 dengan turnamennya GESC Indonesia Minor. Sedangkan di 2019, predikat tersebut dipegang oleh MPL Indonesia Season 4 untuk judul Mobile Legends: Bang Bang (MLBB).

Kedua turnamen tersebut sama-sama memberikan total hadiah sebesar US$300 ribu.

Namun selain persamaan prize pool dan genre MOBA yang dipertandingkan, keduanya jelas berbeda jauh. GESC Indonesia Minor adalah event esports internasional untuk MOBA PC, yaitu Dota 2; sedangkan MPL ID S4 adalah event nasional untuk mobile esports MLBB.

Meski tidak ada penambahan nominal prize pool di turnamen terbesar 2019; bila diamati secara kolektif dari 10 turnamen dengan hadiah terbesar di 2019, yang terjadi justru terdapat penurunan prize pool dari tahun 2018.

Lucas Mao, MPL Indonesia League Commisioner, pun akan membagikan opininya mengenai kejadian ini.

MPL ID

“Saya tidak tahu rencana untuk game-game lainnya namun, untuk MPL, kami akan berusaha untuk terus menjaga agar prize pool-nya masih kompetitif dan juga atraktif.

Meski demikian, hal yang lebih penting lagi bagi kami adalah soal pengalaman yang bisa kami suguhkan bagi pro player, penonton, dan partner MPL ataupun keseluruhan ekosistem esports MLBB,” ujar Lucas.

Sedangkan untuk tren platform, Lucas juga percaya bahwa game esports populer haruslah memiliki user base yang besar. Oleh sebab itu, mobile esports masih akan terus memimpin industri ini baik di Indonesia ataupun Asia Tenggara.

Lalu bagaimana soal total hadiah turnamen di Indonesia yang menurun di 2019 jika dibandingkan dengan 2018?

Pasalnya, jika kita melihat dari Dota 2 dengan The International-nya, total hadiahnya selalu meningkat setiap tahun. Hal yang sama juga terjadi di judul esports populer lainnya, seperti League of Legends (LoL) dengan World Championship mereka.

Mobile Legends South East Asia Cup (MSC) yang merupakan turnamen resmi dari Moonton untuk negara-negara Asia Tenggara sendiri juga menyuguhkan total hadiah yang meningkat dari tahun ke tahun.

MSC 2017 menyuguhkan total hadiah sebesar US$100 ribu. Di tahun 2018, jumlah hadiahnya naik menjadi US$144 ribu (US$100 ribu+US$44 ribu). Sedangkan di 2019, jumlah totalnya masih sama namun base prize pool-nya meningkat (US$120 ribu+US$24 ribu).

Big Six MPL ID Season 4

Lucas pun menuturkan pendapatnya, “Saya netral soal tren ini (pergeseran prize pool). Namun demikian, total hadiah tak bisa sepenuhnya dijadikan patokan perkembangan industri esports.

Di sisi lain, yang bisa kita lihat, jumlah penonton dan angka dari sponsor meningkat cukup besar di 2019. Tren inilah yang akan meningkat di tahun depan dan tahun-tahun berikutnya.”

Pendapat Lucas tadi memang benar dan mungkin perlu dicatat, mengingat banyak orang masih menjadikan prize pool sebagai satu-satunya tolak ukur perkembangan industri esports. Pasalnya, jika kita berkaca dari dunia sepak bola nasional, juara Liga 1 bahkan tidak mendapatkan hadiah uang (setidaknya di tahun 2018).

Dikutip dari Bola.com, “Juara Liga 1 itu tidak ada hadiah uang. Jadi, tolong kepada masyarakat umum, terutama Jakmania jangan berpikir jadi juara liga itu kemudian Persija mendapatkan segalanya. Kami hanya mendapatkan trofi, yang bahkan saat diberikan di lapangan pun masih replika,” kata Gede Widiade, Direktur Utama Persija saat itu.

Champion The International 2017 via Dota 2
Champion The International 2017 via Dota 2

Bila kita melirik pada event esports internasional, The International 2019 memang masih memegang rekor total hadiah terbesar di esports dengan nominal US$34,3 juta. Angka tersebut memang kelihatannya besar namun jadi terlihat imut-imut jika dibandingkan dengan angka total hadiah Piala Dunia 2018 (di Rusia) yang mencapai angka US$791 juta.

Membahas lokasi perhelatan event esports

Selain perihal total hadiah dari event esports, hal lain yang menarik untuk dibahas adalah lokasi. Selama ini, lokasi pertandingan event esports terbesar yang digelar di Indonesia terletak di Jakarta. Harus diakui bahwa industri esports di Indonesia masih sangat terpusat di Jakarta.

Meski begitu, fans esports di luar Jakarta juga banyak sekali jumlahnya. MPL Indonesia sendiri sempat membawa babak Playoffs-nya ke Surabaya di Season 2 (2018). Kala itu, Jatim Expo (JX International) bahkan tidak mampu menampung semua fans esports MLBB yang datang dari kota-kota di sekitar Surabaya.

Namun di 2019, MPL Season 3 dan 4 justru kembali di Jakarta. Apakah tren ini akan terus berlanjut di 2020?

Lucas menyetujui bahwa event esports yang besar banyak yang diadakan di Jakarta. Namun ia berencana untuk membawa babak Playoffs MPL 2019 ke luar Jakarta.

“Sebenarnya kami memang sudah punya rencana untuk membawa Playoffs MPL ke luar [dari] Jakarta. Saat ini, kami bahkan sedang melakukan riset untuk sejumlah lokasi event di luar Jakarta. Kami juga berharap dapat menyuguhkan pengalaman yang unik dan asik kepada semua fans esports MLBB di seluruh penjuru Indonesia.”

Mobile Legends Professional League Indonesia (MPL ID)

Lalu bagaimana soal pasar gaming di Indonesia secara keseluruhan?

Di 2019, menurut DANA yang jadi salah satu sponsor MPL Indonesia Season 4, pasar gamer di Indonesia ada di angka 40 juta (dengan 30 juta orang yang bermain MLBB).

Apakah jumlahnya akan meningkat di 2020?

Lucas pun mengatakan angka ini akan bertambah semakin besar sebab akan semakin banyak gamer muda yang ikut andil dalam perkembangan esports. Ia juga mengatakan jumlah pemain MLBB sendiri juga semakin besar di pasar global.

Sebagai informasi, pasar gamer berbeda dari pasar esports. Tidak semua gamer akan menjadi fans esports, apalagi pro player. Namun sebagian besar dari fans esports adalah gamer, dan tidak semua gamer bisa dikategorikan sebagai fans esports.

Hal serupa juga berlaku di dunia olahraga tradisional mengingat tidak semua orang yang hobi berolahraga (sepak bola, basket, ataupun olahraga lainnya) suka menonton pertandingan olahraga semacam Premier League ataupun NBA. Demikian juga sebaliknya bahwa tidak semua penonton pertandingan olahraga juga hobi berolahraga.

Jumlah fans esports di Indonesia sendiri juga sebenarnya berpopulasi lebih kecil dari jumlah pasar gamer.

Lucas pun mengakui hal tersebut meski memang ia mengatakan bahwa jumlah fans esports akan bertambah besar dengan sangat cepat. Ia juga percaya bahwa memang ada batasan jumlah, berapa persen dari total gamer yang akan menjadi fans esports.

Namun ia percaya bahwa pertumbuhan pasar esports masih akan bersifat masif, mengingat jumlahnya masih jauh di bawah dari batasan tadi.

Terakhir, satu hal yang tak kalah penting adalah soal tim dan kompetisinya itu sendiri

Jika melihat formasi EVOS Esports yang jadi juara MPL ID S4 dan M1 World Championship, tim juara ini memiliki formasi yang unik.

EVOS MPL ID S4

Kala itu mereka berisikan 3 pemain senior (Donkey, Oura, dan Rekt) yang sudah ikut bertarung di panggung MPL sejak Season 1, dan 2 pemainnya yang lebih relatif baru, Wann dan Luminaire.

Apakah formasi seperti ini masih bisa kita jumpai di 2020?

“Bagi saya, rahasia sukses EVOS Esports bukan terletak pada ‘usia’ para pemainnya namun lebih terkait dengan kerja keras berlatih, kekompakan bermain (teamwork dan chemistry), coach, dan ambisi mereka.

Hal inilah juga yang terjadi di olahraga tradisional macam basket ataupun sepak bola. Di 2020, kami percaya bahwa MPL akan lebih menarik lagi untuk disaksikan,” tutup Lucas.

banner iklan esportsnesia