Diana Paskarina: Dari Masalah Perbandingan hingga Dukungan, Anantarupa Studios Tetap Positif Kembangkan Lokapala

1972
Diana Paskarina

Tahun 2020 menjadi tahun yang sangat berharga bagi salah satu developer game lokal, yakni Anantarupa Studios. Setelah melampaui proses perencanaan dan produksi dalam jangka waktu yang tidak sebentar, alhasil Anantarupa Studios berhasil mengembangkan game MOBA bertajuk Lokapala.

Belum ada setahun rilis, Lokapala telah mendapatkan atensi besar dari komunitas dan penggemar esports di tanah air. Akan tetapi, dalam proses pengembangannya tentu ada sejumlah tantangan maupun hambatan. Anantarupa Studios berencana ingin menjadikan Lokapala sebagai salah satu upaya dalam mengembangkan ekosistem esports di Indonesia.

Namun, dari proses awal perencanaan sampai Lokapala rilis, berbagai rintangan muncul dan dihadapi dengan tegar. Mulai dari perbandingan, dukungan, hingga finansial.

Seperti apa tantangan yang mereka hadapi? Dan bagaimana mereka menghadapinya agar Lokapala dapat mengubah ekosistem esports tanah air? Kali ini, Esportsnesia mendapatkan kesempatan untuk wawancara dengan Diana Paskarina, COO Anantarupa Studios yang akan membagikan kisahnya dalam mengembangkan Lokapala bersama tim. Simak jawabannya di bawah ini.

Mengenal Anantarupa Studios dan Lokapala

Anantarupa Studios Tetap Positif Kembangkan Lokapala
Lokapala, game MOBA lokal karya Anantarupa Studios yang rilis pada 2020.

Anantarupa Studios dikenal sebagai studio game yang merancang game esports lokal bertajuk Lokapala. Faktanya, developer game ini sudah beroperasi sejak 2011 sebagai pengembang untuk IP game, aplikasi, AR, dan VR. 

Berbagai brand ternama pernah menjadi klien untuk pengembangan game seperti Nabati, Choki-Choki, Mayora, Indofood, Indomilk, Asian Games 2018, dan masih banyak lagi. Adapun beberapa judul permainan yang dikembangkan sebelum itu antara lain Boma Naraka Sura, Majapahit Online, Qaizoo AR Game, hingga Oriinokards.

Jauh sebelum berencana mengembangkan MOBA, pada 2008 Anantarupa Studios telah melakukan riset untuk pengembangan konsep dan karakter. Riset tersebut dipetakan untuk menciptakan hasil yang padu. Berbagai tantangan dihadapinya selama melakukan riset konsep dan karakter secara mendalam.

Pada 2016, Anantarupa Studios telah melihat tren esports yang merambah ke platform mobile. Mengingat platform tersebut kini semakin digemari oleh kalangan gamer, karena praktis dan tidak membutuhkan biaya tinggi.

Salah satu genre esports yang fenomenal di mobile adalah MOBA. Melihat kesuksesan MOBA membuat developer ini mulai melakukan riset pasar, serta bersiap masuk ke industri mobile esports.

“Genre MOBA dipilih karena merupakan game dengan demand terbesar dibandingkan game esports lainnya, dan sudah terbukti dapat diterima oleh market. MOBA juga memiliki tingkat pengembangan yang cukup kompleks, sehingga game MOBA yang beredar di pasar cukup terbatas. Kami melihat adanya opportunity untuk masuk sebagai early developer dari SEA untuk mobile esports,” ujar Diana.

Dari segala riset yang pernah dilakukannya, alhasil Anantarupa Studios berhasil mengembangkan permainan MOBA pertama di Indonesia. Pada Mei 2020, mereka bersama Dunia Games selaku publisher, meluncurkan Lokapala dengan versi yang lebih stabil. Mengusung genre MOBA, Lokapala diproduksi karena melihat tren esports yang berkembang di tanah air. 

Hal yang menarik dari Lokapala adalah menggunakan konsep dan karakter berbasis mitologi Indonesia. Setiap karakter hadir dengan latar belakang cerita yang berbeda. Istilah karakter di permainan ini disebut sebagai Ksatriya Lokapala.

Selain karena menggunakan konsep Indonesia, para Ksatriya yang hadir di sini juga bertemakan unsung heroes, yaitu para pahlawan berjasa namun tidak dikenal.

“Untuk penerimaan memang tidak semua Ksatriya dapat langsung dipahami, karena karakter yang kami angkat bertema unsung heroes, maksudnya pahlawan yang berjasa namun tidak dikenal,” lanjutnya.

Dibanding-bandingkan oleh Pemain dan Pandangan terhadap Game Lokal

Anantarupa Studios Tetap Positif Kembangkan Lokapala
Tetap digemari oleh banyak pemain meskipun sering dibanding-bandingkan.

Membuat sebuah game tentu memiliki pro dan kontra maupun mengalami perbandingan. Seperti yang dialami oleh Anantarupa Studios. Menurut Diana, Lokapala juga pernah dibanding-bandingkan dengan MOBA luar negeri. Hal ini mengingat bahwa MOBA internasional sudah memiliki banyak pemain dari mancanegara.

“Karena game sifatnya borderless, jadi pasti dibandingkan dengan MOBA luar tanpa membandingkan budget produksi yang melebihi 10x lipat,” ujar Diana dalam interview bersama Esportsnesia.

Dengan pengalamannya yang dibanding-bandingkan oleh para gamer, membuat semangat Anantarupa Studios tidak padam. Diana mengaku, bahwa tim developer merespon perlakuan tersebut dengan tetap berkarya dalam memproduksi konten-konten terbaru untuk Lokapala.

Menurutnya, jika dibandingkan dengan negara seperti Korea dan Cina, pembangunan ekosistem industri game di Indonesia belum terlalu kelihatan.

“Sebagai pelaku, kami melihat pembangunan ekosistem industri game di Indonesia belum nampak, apabila dibandingkan dengan negara Korea yang sudah dimulai sejak 26 tahun yang lalu dan Cina sudah 17 tahun yang lalu. Untuk Indonesia, baru kami yang mengusahakan sendiri di tahun 2019,” lanjut Diana.

Dirinya juga mengungkapkan alasan dibalik game lokal semakin tergerus oleh game impor. Bukan karena tidak diterima, tetapi developer game lokal masih belum mengimbangi dengan kompetitor skala internasional.

Jika melihat kembali berbagai game yang dirilis oleh studio tanah air, kebanyakan adalah genre kasual. Meskipun masih memiliki pasarnya, namun belum sesuai dengan arah perkembangan industri game saat ini.

Niko Partners memaparkan riset dimana 90% gamer di Asia Tenggara menyukai game-game kompetitif atau esports. Anantarupa berupaya untuk membawa local game development ke standar yang lebih tinggi, sehingga dapat disejajarkan dengan game-game impor,” papar Diana.

Anantarupa Studios telah mengamati perkembangan industri game dari Jepang, Korea, dan Cina. Beberapa negara tersebut dianggap telah mampu melibatkan budaya lokalnya ke dalam genre atau tren permainan yang lebih populer. Hal ini diterapkan oleh Anantarupa Studios dalam mengembangkan Lokapala, yang berbasis riset budaya.

Minimnya Pendanaan dan Tantangan Lain yang Dihadapi

Anantarupa Studios Tetap Positif Kembangkan Lokapala
Hadapi berbagai rintangan, tim developer tetap semangat kembangkan konten baru untuk Lokapala.

Memproduksi sebuah game tentu membutuhkan effort yang besar. Diana mengaku bahwa ada berbagai tantangan muncul selama pembuatan Lokapala. Tantangan di awal pembuatan yang dialami oleh Anantarupa Studios adalah menyatukan konsep-konsep Nusantara. Konsep inilah yang kemudian diterjemahkan ke dalam Lokapala.

Selain penyatuan konsep agar sesuai dengan MOBA garapannya, Diana melanjutkan tantangan lainnya adalah kesulitan mendapatkan dukungan dan investor.

“Tantangan lainnya adalah sulitnya mendapatkan dukungan dari investor untuk dapat percaya dengan visi kami, karena di Asia Tenggara bahkan belum ada leading developer yang membuat game selevel ini,” imbuhnya.

Tidak hanya itu. Adapun hambatan lain yang dialami oleh Anantarupa Studios, yaitu dari segi finansial. Pasalnya, saat itu tidak ada akses pendanaan untuk industri game di Indonesia. Akan tetapi, mereka mendapatkan fasilitas dari pemerintah seperti bantuan insentif.

“Adapun fasilitas dari pemerintah biasanya berupa bantuan insentif yang nilainya tidak cukup untuk mendevelop game selain casual atau mini game. Sedangkan budget pengembangan game di luar negeri bisa ratusan miliar hingga mencapai triliun Rupiah,” ungkap Diana.

Namun, dengan adanya keterbatasan dan tantangan, Anantarupa Studios tidak tinggal diam. Mereka tetap berharap bahwa Lokapala bisa muncul di setiap pertandingan esports di Indonesia dan skala internasional.

Tidak hanya itu. Mereka juga berharap adanya dukungan penuh terhadap industri game lokal dari pemerintah Indonesia. Dengan begitu, para stakeholder lain juga akan mengikutinya.

Memperoleh Respon Baik dan Bertambahnya Komunitas Lokapala

Anantarupa Studios Tetap Positif Kembangkan Lokapala
Hadirnya komunitas sebagai salah satu bentuk dukungan kuat terhadap Lokapala.

Meskipun kerap kali dibanding-bandingkan oleh komunitas pemain lokal, Lokapala tetap memperoleh respon yang baik dari gamer tanah air. Sebagai produk permainan esports lokal pertama, Lokapala telah mencapai lebih dari 1,5 juta unduhan dalam waktu 5 bulan setelah perilisan perdana. Promosinya pun juga masih terbatas.

“Komunitas Lokapala terus bertambah dan banyaknya permintaan untuk diadakan sosialisasi dan turnamen di tiap kota, sebagai bukti nyata dukungan dan penerimaan Lokapala di Indonesia. Tidak terbatas pada pasar Indonesia, kami juga menerima respon positif untuk peluang publikasi ke market global,” ujarnya.

Diana mengaku, bahwa developer Anantarupa Studios tidak merasa trauma dan tetap positif dalam melirik pasar esports Indonesia di masa depan. Dengan segala kekurangan yang ada, mereka terdorong untuk memperbaiki dan mengoptimalkan Lokapala lebih baik lagi.

Selain itu, Diana mengungkapkan salah satu respon unik dari pemain lokal. Ada beberapa pemain yang antusias, hingga belajar mengenal nilai-nilai karakter dari mitologi dan sejarah Indonesia melalui game MOBA lokal ini. Sehingga, banyak di antara mereka yang bukan sekadar bermain, melainkan tertarik dengan konsep Lokapala.

“Karena perkembangan market game Indonesia sangat beragam, maka gamer Indonesia juga bermacam-macam. Kebetulan yang tertarik main game Lokapala bukan sekedar bermain, tapi juga tertarik mengenai konsep karakter yang kami perkenalkan,” tutur Diana.

Ekosistem Esports di Indonesia dan Rencana Lokapala ke Skala Internasional

Anantarupa Studios Tetap Positif Kembangkan Lokapala
Lokapala siap ekspansi ke berbagai wilayah.

Bicara mengenai ekosistem esports, Diana mengutarakan pendapatnya bahwa ekosistem esports di Indonesia masih belum terstruktur. Tim profesional dan event turnamen menjadi fokus utama dalam ranah esports di Indonesia.

“Ekosistem esports sebenarnya merupakan perpanjangan dari industri game. Tapi mayoritas hanya melihat ke esports-nya daripada menumbuhkembangakan industri game lokal. Dukungan ada, namun masih tumpang tindih karena masih baru,” papar Diana.

Melihat  fenomena tersebut, membuat Diana bersama tim mencoba hal baru, yang selama ini belum pernah ada dan dikembangkan di tanah air. Lokapala adalah hasilnya, yang dianggap mampu mengubah ekosistem esports di Indonesia. Bukan hanya perihal turnamen dan player profesional, melainkan dapat mengembangkan game esports MOBA sendiri.

Ketika ditanya mengenai rencana membawa Lokapala ke pertandingan skala internasional, Diana mengiyakan hal tersebut. Akan tetapi, semuanya tentu membutuhkan proses panjang.

Jika melirik berbagai judul game esports, tentu sudah banyak yang masuk skala internasional. Sebut saja seperti League of Legends, Arena of Valor, Valorant, Overwatch, StarCraft, Dota, dan masih banyak lagi.

“Sudah pasti, namun kami harus melakukan publishing ke region lain sebelum melangkah ke turnamen berskala internasional,” lanjutnya.

Tetap Berupaya Kembangkan Lokapala sebagai Masterpiece MOBA Lokal

Anantarupa Studios Tetap Positif Kembangkan Lokapala
Mengembangkan fitur-fitur baru yang strategis menjadi fokus utama Lokapala.

Belum setahun rilis, Diana dan tim Anantarupa Studios positif bahwa Lokapala dapat berkembang lebih baik dan meluas. Mereka berencana akan mengembangkan fitur-fitur yang strategis untuk game MOBA besutannya.

Guna menghadapi perbandingan yang dilakukan oleh pemain lokal, developer siap menampilkan gameplay 5v5 dengan fitur tambahan berbeda dari permainan MOBA pada umumnya. Sehingga, pemain nantinya dapat merasakan pengalaman bermain yang berbeda.

Namun, sayangnya Diana belum mengungkapkan fitur atau update yang direncanakan untuk ke depannya.

Selain itu, Diana juga berniat untuk mengekspansi Lokapala ke skala internasional. Ia mengatakan bahwa developer berencana untuk mempersiapkan global publishing ke berbagai negara Asia Tenggara.

Sementara untuk mendapatkan dukungan dan perhatian lokal, Anantarupa Studios akan bekerjasama dengan ekosistem esports dan komunitas dari berbagai daerah di Indonesia. Dukungan dari pemerintahan Indonesia juga dibutuhkan demi membentuk ekosistem esports yang memadai.

“Harapan kami semoga pemerintah mulai mendukung industri game lokal dengan program yang jelas dan nyata agar terbentuk ekosistem yang memadai,” imbuhnya.

Bicara mengenai strategi pemasaran, Diana mengungkapkan tidak ada strategi pemasaran khusus untuk Lokapala. Namun, ke depannya mereka berharap dapat mengakomodir pemain esports di Indonesia. Pemasaran Lokapala sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak publisher, yaitu PT Melon Indonesia. Tetap semangat, Anantarupa Studios!

banner iklan esportsnesia