Pendidikan esports – Perkembangan esports yang sudah mendunia tidak lagi semata-mata hanya berfokus pada kemampuan atlet esports, tetapi juga pada bagaimana cara bisnis esports mengomunikasikan nilai-nilai yang ada di dalamnya.
Esports, selaku industri yang masih hijau namun dengan potensi yang besar, tidak bisa langsung ditelusuri tanpa ada bekal pengetahuan yang cukup.
Tiap orang yang ingin berkecimpung di dalamnya, tentu perlu mengetahui terlebih dahulu bagaimana cara industri ini menghasilkan nilai. Di sini lah peranan penting pendidikan esports untuk turut mengembangkan ekosistemnya.
Sebagai seorang mahasiswa yang sedang bersekolah menempuh pendidikan S3 di University of Hawaii, Sky Kauweloa berkesempatan untuk membuka kelas perdana perkuliahan esports.
Pada tulisan kali ini, Esportsnesia akan membawakan sudut pandang baru dari seorang akademisi University of Hawaii mengenai perkembangan esports di Barat. Yuk, mari kita simak.
Berawal dari hobi, berlanjut ke dunia pendidikan
Sejak kecil di California dan hingga hari ini, Sky sudah mengenal fighting game Street Fighter II. Bermodalkan hobi tersebut, Sky melanjutkan pendidikan lanjutannya terhadap dunia gaming, atau yang kini dikenal dengan esports.
Didorong dengan passion dan rasa ingin tahu yang cukup tinggi, Sky menyorot esports sebagai topik disertasinya. Penelitian Sky berpusat pada bagaimana para mahasiswa gamers mengembangkan aspirasi mereka terhadap industri gaming.
Tidak hanya itu, Sky juga meneliti bagaimana para mahasiswa gamers ini dapat menyeimbangkan kehidupan mereka dalam menjalani kehidupan sebagai mahasiswa dan juga sebagai gamer di waktu yang bersamaan.
Esports sebagai mata kuliah: Esports & Society
Selama masa studi program doktornya di tahun 2018, Sky berkesempatan untuk membuka kelas esports sebagai salah satu mata kuliah di jurusan Komunikasi Universitas Hawai.
Pada awalnya Sky hanya berekspektasi bahwa kelas tersebut diambil oleh setidaknya 10-12 mahasiswa. Namun siapa sangka, hanya dalam waktu 1 minggu kelas tersebut sudah diambil oleh 35 mahasiswa.
Melihat antusiasme yang baik dari para mahasiswa, pihak universitas menawarkan kembali kepada Sky untuk membuka kelas yang sama pada musim semi 2019, dan jumlah mahasiswa yang mendaftar kini sudah mencapai 45 mahasiswa, gabungan dari pria dan wanita dengan tingkat ketertarikan esports yang berbeda-beda.
“Saya sungguh bersyukur, terutama kepada advisor yang mendukungku, Dr. Jennifer Winter, dan juga Departemen Komunikasi Universitas Hawai, atas izin yang diberikan untuk kelas esports sebagai mata kuliah mahasiswa komunikasi,” sahutnya.
Sky menyadari bahwa pendidikan esports masih sangat baru, dan sangat berisiko untuk dijadikan sebuah mata kuliah, tetapi saya meyakini bahwa esports ini layak diberi kesempatan untuk dikembangkan.
Ini menjadi kebanggan tersediri bagi saya, karena menjadi orang pertama yang diberikan kepercayaan akan mata kuliah ini, dan saya sudah punya banyak rencana ke depannya terkait dunia gaming esports,” sahut Sky.
Kelas yang diajar oleh Sky berjudul “Masyarakat dan Esports”. Tidak hanya menyorot satu hal, Sky mencari banyak informasi dari berbagai perspektif: para tim, atlet esports, organisasi, serta struktur turnamen.
Sebagai tambahan, sudut pandang yang berhubungan dengan etik dan moral juga turut disertakan, seperti isu inklusivitas terhadap gamer perempuan di esports.
Yakin terhadap perkembangan esports di masa mendatang
Dengan optimis, Sky meyakini bahwa industri esports mempunyai peluang yang besar di masa mendatang. Baginya, fokus esports ini berpusat pada generasi milenial, anak-anak muda, mulai dari anak sekolahan menengah ke atas, hingga mereka yang berada di bangku perkuliahan atau bahkan beberapa pekerja muda.
Bakat-bakat yang terdapat di dalam diri mereka dibutuhkan arahan yang tepat, untuk mengasah skill gaming mereka agar semakin baik. Untuk itu, perlu adanya badan yang menaungi para bakat-bakat gamers untuk semakin dikembangkan.
Menurut Sky, esports bisa menjadi langkah awal bagi para milenial untuk menyuarakan suaranya dan mengubah dunia.
Sebagai seorang akademisi dalam dunia esports, Sky menyadari bahwa hal yang menjadi tantangan berat bagi para gamers adalah hal yang tidak jauh dari lingkungan itu sendiri.
Baik dari pihak pengajar, teman, atau bahkan orang tua, masih banyak yang menganggap bahwa bermain game tidak berujung kemana-mana dan hanya menuju ke masa depan yang menyedihkan.
Strategi penerimaan esports di masyarakat
Para institusi pendidikan diharapkan mampu untuk menjadikan esports sebagai salah satu subjek dalam akademik pendidikan.
Pertama, melakukan pengesahan agar esports menjadi bagian dari pendidikan akademik. Anak-anak yang telah menunjukkan bakat mereka dalam bermain game cenderung mendapatkan prasangka buruk dari para pendidik atau bahkan orang tua.
Dengan adanya pengakuan dari institusi pendidikan ini; orang tua sebagai pemegang peran terbesar dalam kehidupan anak, mampu memberikan penjelasan bahwa apa yang dilakukan oleh anak mereka bukanlah sesuatu hal yang membuang waktu.
Kedua, institusi pendidikan sebaiknya memberi dukungan yang signifikan terhadap esports, khususnya karena sudah banyak pihak yang meyakini bahwa esports ini memiliki masa depan yang cerah, atau bahkan kelak dapat dijadikan sebuah profesi, seperti atlet, yang sudah banyak ditayangkan dan disaksikan oleh media.
Berlandaskan contoh kesuksesan yang sudah ada, Sky meyakini bahwa institusi pendidikan diharapkan hadir untuk menjadi salah satu perantara terpenting dalam mendukung para murid untuk mengembangkan sisi profesionalisme mereka.
Tidak hanya murid yang perlu dipersiapkan, tetapi juga orang tuanya.
Perkembangan esports dalam dunia akademik
Menjadikan esports sebuah jurusan adalah hal yang berbeda. Beberapa universitas terlihat sudah mulai untuk menyusun jurusan tersebut, atau bahkan memberikan sertifikasi terkait esports. Universitas Hawai sendiri sedang menjalankan program sertifikasi ini.
Tidak kalah, Ohio State University (OSU) bahkan telah bekerja sama dengan beberapa universitas untuk menyusun pembelajaran esports. OSU mengumpulkan dukungan sembari bekerja sama dengan para pihak terkait, mulai dari sisi production, game design, event management, hingga pemain profesional.
Pentingnya esports dari sisi akademik
Ketika awal memulai kelas, Sky memperkenalkan kepada murid-muridnya mengenai isu-isu yang terkait ada di dunia esports. Dalam mata kuliahnya, mereka membicarakan tentang para pemain hebat dari berbagai judul, seperti Faker dari League of Legends dan banyak tim profesional lainnya di esports.
Tidak sebatas itu, Sky juga menceritakan mengenai perkembangan esports di Korea Selatan dan mengapa Korea memiliki peranan penting dalam perkembangan dunia esports.
Informasi-informasi yang jarang mendapat sorotan itulah yang langkah awal Sky dalam memulai kelas. Dimulai dari menceritakan tentang apa itu esports, mengapa esports menjadi penting, jenis-jenis karir di esports, hingga apa saja isu-isu yang ada di dalamnya.
Sangatlah penting bagi kaum milenial yang tertarik di industri esports untuk mempelajari bagaimana cara menjadi seorang atlet esports profesional, perubahan lifestyle yang ada, dan bahkan etika saat berinteraksi dengan media.
Harapan dari industri esports
“Jika ada yang bertanya mengenai keyakinan saya pada industri ini, tentu saya akan jawab dengan yakin bahwa masa depan industri esports ini cemerlang,” Sahut Sky.
Bukan hanya diamati dari sebatas besarnya kompetisi game yang ada, tetapi juga dari sudut pandang kualitas pertunjukan, media, dan event production. Industri ini juga sudah melahirkan berbagai kesempatan baru yang bisa diraih, seperti menjadi seorang analis, ataupun content creator.
Sky berharap kelak para anak-anak dapat masuk ke industri esports dengan bangga dan percaya diri, bahwa mereka mampu berkontribusi dengan banyak cara, di samping hanya sekedar bermain video game.
Tidak jarang pertayaan-pertanyaan yang diterimanya bersifat fundamental, seperti apakah esports adalah olahraga atau tidak. Pertanyaan yang bermuculan seperti itu sudah membuatnya menjadi terbiasa.
“Dalam pengalamanku mendalami dunia esports hingga kini, para gamers tidak sampai mengalami existential crisis hanya karena tidak dipandang sebagai seorang atlet. Mereka akan tetap bermain dan berkompetisi sebagaimana biasanya”, sahut Sky.
Pihak-pihak yang mendukung kemajuan esports di Hawai
Pemerintah daerah di Hawai sedang mencari cara yang tepat dalam mendukung sekolah menengah maupun mahasiswa yang berada di Universitas Hawai. Sky merasa banyak sekali yang perlu dibantu, khususnya untuk para murid maupun mahasiswa yang berada di Hawai.
Hal ini dikarenakan Hawai merupakan salah satu tempat yang banyak ditempati oleh orang asia, baik dari Jepang, Korea, Tiongkok, Indonesia, dan lainnya yang turut menganggap bahwa video game mengganggu kegiatan sekolah, serta pandangan negatif lainnya.
Baru saja bulan lalu, Sky sempat berdialog dengan ESA (Entertainment Software Association), sebuah lembaga yang bertugas untuk memberi rating pada game.
Tidak sendirian, Sky mengajak murid-murid untuk berbincang dengan perwakilan dari ESA, untuk menunjukkan kepada mereka bahwa esports dapat menjadi media pembelajaran baru, meningkatkan partisipasi murid di dunia perkuliahan, dan memberi dukungan terhadap hobi mereka.
Esports sendiri juga memiliki dampak positif bagi pertumbuhan daerah, khususnya di bidang turisme. Seperti layaknya orang-orang membayar tiket mahal untuk menonton tim sepak bola Manchester United bertanding; hal yang sama juga berlaku untuk esports.
Dengan unsur entertainment-nya, esports mampu menciptakan selebriti lokal sambil menganut identitas suatu wilayah. Sebut saja Dendi dari Dota 2, Scarlett dari StarCraft 2, dan masih banyak atlet kece lainnya.
(Disunting oleh Satya Kevino)